Penulis : Happy Salma
Penerbit : Koekoesan
Halaman : 120
Yang pergi akan ada harapan untuk pulang, sedangkan yang sudah pulang tidak ada harapan untuk kembali pergi berlayar, karena kerinduan, rasa cinta, dan sakitnya menunggu akan pertemuan dengan seseorang yang disayang begitu melelahkan dan bahkan menyakitkan.
Begitulah apa yang digambarkan oleh seorang penulis Happy Salma. Sebuah kumpulan cerita-cerita pendek yang menggugah para pembaca untuk terus membalik halaman demi halaman.
Dibagian pertama, menceritakan pertemuan antara Adik dan Kakak yang sudah lama tak bertemu, dikarenakan dulu si kakaknya kabur dari rumah setelah bertengkar dengan adiknya oleh masalah kecil, biasalah mungkin dah merasakan kali.
Di bagian ini penulis menyelipkan sedikit soal tingkah laku mahasiswa yang sukanya haha-hihi, setelah wisuda baru sadar betapa susahnya mencari kerja, yang akhirnya berpotensi menjadi pengangguran. Padahal buat apa kuliah kalau peluang kerjanya susah layaknya lulusan SMA, yeah begitulah.
Cerita kedua menceritakan Ibu dan Anak Perempuannya. So, si Ibu ini sering sakit-sakitan mempunyai riwayat penyakit gula. Si anak ini dengan teganya meninggalkan si Ibu untuk beberapa hari, drop lah si Ibu ditampar kenyataan itu, anak semata wayangya pergi dengan lelaki. Tanpa si Ibu ketahui lelaki tersebut sudah beristri dan mempunyai dua anak.
Semakin hari keadaan si Ibu mulai melemah, pulanglah si anaknya, dia menyesal setengah mati sebagai gantinya tidak mau menikah lebih baik menjaga dan merawat ibunya sampai sembuh. Melihat hal itu Ibunya menyarankan dia untuk segera menikah karena usianya sudah cukup untuk berumah tangga, tapi usulan itu ditolak dengan lembut oleh anaknya dengan alasan ingin menjaga ibunya. Setelah si Ibunya tidur, si anaknya pergi keluar dengan lelaki lain untuk cek in hotel sambil berharap uang yang dia dapat cukup untuk membeli obat Ibunya, membayar listrik dan kebutuhan lainnya.
Cerita ketiga, menceritakan seorang Adik yang kehilangan kakaknya meninggoy. Dulu sikap Adiknya begitu manja, ceria dan aktif. Tapi setelah kakaknya meninggal semuanya berubah, dia menjadi anak pemurung dan kafir (tertutup).
Cerita ke empat, menceritakan perjalanan jauh. Di mana ada seorang Ibu-ibu yang mempunyi satu anak perempuan yang masih kecil kelas SD. Pada waktu itu si Ibu mau belanja ke Jakarta untuk belanja barang-barang jualan, tanpa mengajak anaknya dengan alasan harus sekolah, lagian hanya sampai sore doang malamnya ada di Rumah.
Pas malamnya si anak menunggu di Rumah bahkan sampai ketiduran sebentar lalu bangun Ibunya belum datang, setelah itu datanglah Ibunya tergopoh-gopoh membawa barang-barang bawaan. Eh, pas dibuka barangnya tertukar yang seharusnya baju-baju, selimut dan kain-kain lainnya, ini malah sayuran. Melihat hal itu si Ibu langsung syok dan tenggelam dalam kesedihan.
Cerita ke lima, menceritakan kenangan singkat seorang artis populer dari Jakarta yang manggung di Papua. Ketika dia menyanyi audiens pada diam aja, setelah diganti oleh band lokal dengan bahasa yang dipahami para audiens acara sangat hidup. Bertanyalah dia kepada yang lain, ternyata lagu yang dinyanyikannya tidak dipahami emang oleh mereka.
Agar tidak merasa 'makan gajih buta' dia kembali manggung diselengi bahasa daerah papua, disambutlah dia oleh mereka bahkan suasananya begitu riuh diandingkan sebelumnya. Ketika acara sudah beres ada anak kecil yang mendatangi dia sangat kucel, tersentuhlah dia mendengar cerita si anak kecil yang begitu teguh melewati susahnya hidup layaknya seorang budak, ditambah tanpa adanya kasih sayang dan belaian kedua orang tua, sebab sudah meninggoy.
Cerita ke enam, menceritakan pada sebuah pementasan kelulusan ada anak yang begitu populer dibenci oleh anak yang biasa saja di mata orang lain. Dia iri dengan anak populet itu, yang padahal baik ke semua orang.
Pada perayaan pelulusan si anak populer akan menampilkan kayak teater tapi tariannya ada, apa tuh gue lupa Co. Si anak populer menjadi seorang ratu, sedangkan si anak yang membencinya ini menjadi tikus yang mengipasi tuan putri. Makin-makin aja tuh panas. Puncaknya satu hari sebelum acara pelulusan di mulai ketika latihan si anak populer terpleset dari panggung yang licin karena sebelumnya sudah ditaburi minyak goreng. Dia terpkeset, terjatuh... dan tak tahu arah jalan puĺanh hahah. Aku tanpamu? Dahlah.
Cerita ke tujuh, menceritakan tentang pulang seorang anak perempuan ke Rumah tanpa ada ketenangan karena tidak direstui oleh Ayahnya. Berbeda keyakinan membuat Ayahnya berpikir calon menantunya bukanlah yang terbaik, lebih baik memaksa anaknya untuh melepaskan pasangannya itu dan mencari yang lebih baik lagi karena dia ingin anaknya didampingi oleh orang yang mapan dari segi ilmu dan pengalaman.
Kemauan Ayahnya diam-diam tidak disetujui oleh anaknya, dia menganggap Ayahnya begitu otoriter terhadap kebahagiannya. Efeknya pandangannya terhadap kampung sekitar tidak begitu menenangkan seperti halnya waktu kecil. Semuanya sudah pergi dan pulang ke mimpinya masing-masing, mungkin giliran dia pergi menuju jalan pulang yang baru karena jalan pulang dulu tidak membahagiakan lagi.
Cerita terakhir menceritakan tentang Umi dan seorang anak yang sibuk memgejar karir menjadi Suster. Di kota dia selalu kepikiran Ibunya di Rumah, pulanglah dia. Eh, setelah pulang semuanya berantakan dan bahkan ketika memasuki kamar Ibunya ada sesosok yang begitu mengerikan yang mungkin itu jelmaan Ibunya atau bukan. Pada bagian ini gue bingung dah alur ceritanya gimana.
Kekurangan dari buku ini pas bagian terakhir alurnya muter mana bahas goib lagi, ya aja kalau bahas si dia wkwk. Kelebihannya adalah mudah untuk dibaca bahasanya juga nggak berat-berat amat. Rekomendasi banget nih.
0 Komentar