Hari Ke Seratus Delapan Puluh Lima Ngampus

Bersama Mirza, Donal dan Ibad
“Kamu lucu, seperti Undang-undang Dasar 1945.” Ucap gue becanda.

“Undang-undang 1945, apanya yang lucu?” Tanya dia kritis, yang beruntung bukan dari jurusan hukum.

“Yeah, kamu lucu seperti UUD 1945 yang dapat menaungi semua, tetapi tidak dapat digenggam. Kecuali, oleh pihak-pihak yang sudah ditentukan oleh-Nya.”

Setelah mengetik kata-kata itu dan statusnya terkirim, dalam hati gue ketawa, kok bisa gitu. Padahal dari kemarin gue nggak baca buku novel dah. Tapi yeah, biarlah kata-kata itu mengalir sebagaimana mestinya.

Hari ke seratus delapan puluh lima ngampus, mata kuliah ada dua. Yaitu: Analisis kebutuhan dan  model-model pelatihan serta komunikasi social dan pembangunan. Untuk mata kuliah pertama, analisis kebutuhan dan model-model pelatihan dilaksanakan secara offline di kelas. Gue berangkat jam setengah tujuh, itu beneran lumayan pagi, gue sengaja memperkirakan perjalanan sampai ke kampus durasinya satu jam biar nggak mepet.

Ada satu kebiasaan yang gue lupakan sebelum berangkat, yaitu membuka WA dulu. Jujur dah, dengan durasi waktu satu jam, cukup khawatir bila ada kendala di jalan. Tanpa gue ketahui sebelumnya, bahwa Dosen sudah memberikan informasi masuknya nanti jam delapan, bukan jam setengah delapan. Bila gue tahu informasi ini dari awal, sudah dapat dipastikan gue santai aja gitu, tapi yeah begitulah realitanya. Oleh karena itu, gue harus membiasakan untuk mencari informasi dulu sebelum tancap gas berangkat.

Dosen masuk ke kelas jam delapan lewat, lumayanlah menunggu cukup lama. Seperti biasa, awal perkuliahan hanya kontrak mata kuliah dan tipis-tipis pengantar materi. Mata kuliah ini sebenarnya lanjutan dari mata kuliah di semester sebelumnya, yaitu perencanaan program PNF. Di sinilah Dosen kembali bertanya kepada kami tentang materi-materi tersebut. Pertanyaannya tentang tahapan-tahapan dalam membuat program ada apa saja? Sempat terjadi dua pendapat dari teman-teman yang mengatakan bahwa tahapam pertama harus analisis masalah dulu, dan ada yang identifikasi masalah dulu.

Ternyata yang tahapan pertama pada akhirnya adalah, identifikasi masalah. Kemudian untuk resiko yang harus ditanggung oleh mahasiswa yang tidak masuk perkuliahan lebih dari tiga kali hukumannya, dosen memberikan kesempatan kepada kami untuk menyumbang usul. Gue mengusulkan untuk membuat desain program pelatihan, lalu merealisasikannya sendiri karena itu masuk kepada output dari mata kuliah yang diampu. Teman gue juga yang lain memberikan usulan, dan pada akhirnya keputusan kembali kepada Dosen hukumannya akan seperti apa nanti, yang jelas mulai dari sekarang harus rajin-rajin belajar.

Untuk mata kuliah kedua, komunikasi social dan pembangunan dilaksanakan secara offline di kelas. Seperti biasa hanya kontrak mata kuliah sambil tipis-tipis pengantar materi. Perihal komunikasi, gue teringat dengan teori akomodasi komunikasi yang di mana itu merupakan strategi untuk mempermdah komunikasi. Yeah, begitulah. Selesai dari perkuliahan tujuan selanjutnya adalah ke perpustakaan untuk bernegosiasi terhadap denda yang harus gue bayar.

Alhamdulillahnya, setelah melalui proses yang penuh percaya diri disertai bantuan dari Tuhan, akhirnya gue mendapat keringanan, tetapi dengan catatan tetap harus membayar dengan nominal lima puluh ribu dan selama belum membayar tidak diperbolehkan meminjam buku. Bagi gue sih bodo amat dah. Elo tahu, ternyata total aslinya adalah seratus dua puluh ribu, berhubung nego turun menjadi Sembilan puluh ribu, eh gue nego lagi euy, akhirnya menjadi lima puluh ribu hehe. Gue bersyukur kepada Tuhan bahwa senantiasa memberikan kemudahan terhadap kesulitan yang gue alami.

Ketika gue keluar dari ruang perpustakaan, rasanya kayak ploong banget cuy. What a relief! Meskipun gue belum punya uang untuk menebusnya, biarlah nanti juga ada, yang terpenting sekarang adalah gue menikmati momen ini dulu. Apalagi saat negosiasi, ada satu anak PKL yang melihat dengan terkejut, jujur dah itu bikin gue bertanya-tanya, ngapain ini anak melihatin gue kayak begini, tapi yeah begitulah.

Pandeglang, 20 – Februari – 2025

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement