Atur Saja Bagaimana Baiknya Tuhan!

Bersama pemain peran di Malioboro
“Bukankah, meminum kopi tidak diperbolehkan oleh Dokter? Lantas mengapa kamu menentangnya?” Tanya Ibu, ketika gue membawa kopi sambil mencari buku.

“Biarlah, saya capek, Bu.” Jawab gue singkat, yang membuat emosi Ibu meluap-luap sambil diselipi humor.

Gue hanya terdiam, mendengar luapannya. Bukan berarti tak bisa membantah, cuman percuma saja berdebat hal-hal yang sepele.

Ujian. Akhir-akhir ini gue sering diberi nasihat oleh Ibu, bahwa sukses itu butuh pengorbanan, dan rasa sakit yang gue alami, meskipun menurut beberapa riset yang gue temukan penyakit sepele, ini adalah bentuk ujian. Mau tak mau gue harus tabah menerimanya. Apakah gue se-tabah itu? Tidak! Gue mengeluh, mempertanyakan mengapa semua ini bisa terjadi! Bagi gue alasannya harus konkrit dulu, baru menyadari, oh… ternyata karena ini dan seterusnya.

Salah satu teman gue di Kampus pernah bertanya yang membuat kami sama-sama bingung. Dia bilang, ‘Bang, kok elo bisa mengalami ambeien sih! Pertama, kalo elo kurang minum air putih, kan elo sering bawa tumbler. Kedua, kalo kurang gerak, ya elo kan sering jalan kaki. Ketiga, elo kan jarang makan yang pedas-pedas, seperti seblak dan sejenisnya. Gue aneh aja, kok bisa gitu?’ Lah, mendengarnya aja gue bingung, beneran nggak bisa menjawabnya pada saat itu, makannya gue langsung tuh mengerahkan kefokusan gue untuk mencari tahu penyebabnya.

Tentu, bila melihat dalam perspektif agama yang gue anut, semuanya karena-Nya. Cuman gue penasaran aja, toh semua juga biasanya terjadi karena hukum kausal---sebab akibat. Jadi, perlu kita ketahui sebagai bentuk antisipasi untuk ke depannya. Kembali lagi ke soal Ibu gue meluap-luapkan emosinya, setelah mendengarnya gue bertanya kepada diri sendiri, apa yang gue lakukan tadi? Lalu menyeruput kopinya.

SUUUP! Harus dong gue cari tahu apa arti ucapan gue tadi ‘Capek’
SUUUP! Ya kali, gue asbun, percuma dong berpendidikan tinggi
SUUUP! Ohh, gue tahu alasannya nih.

Ibu gue perpandangan bahwa, apa yang gue katakana tadi ‘Capek’ adalah bentuk ‘alar ka maha kuasa’ yang artinya putus asa kepada pemberian Tuhan, itu sangat tidak diperbolehkan! Menurutnya, kita harus senantiasa menerima apa pun pemberian Tuhan, meskipun itu tidak kita sukai, karena bisa jadi itu yang terbaik untuk diterima. Lebih lanjut, Ibu mengatakan bahwa kita harus mencontoh Nabi Ayyub A.s. Seorang Nabi, yang ibadahnya tentu berbanding jauh dengan kita, tetapi memiliki kesabaran yang tinggi, menerima ujian-Nya. Apakah pernah Nabi Ayyub A.S berputus asa? Tidak, karena menerima pemberian-Nya.

Gue memandang bahwa antara Ibu dan gue memaknai ‘Capek’ ini berbeda, maka dari pada diperpanjang lebih baik gue jadikan sebagai bahan untuk memperluas wawasan, sambil mengingat-ingat apa yang telah gue pelajari berkaitan dengan hal ini. Menurut pandangan gue mengucapkan ‘Saya capek’ adalah bentuk menyerahkan semua yang gue alami, yang telah gue lakukan, bahkan yang belum dilakukan sekalipun kepada-Nya.

Bahwa gue sudah capek mengeluh, bahwa gue sudah capek menerka-nerka, bahwa gue sudah capek memikirkan terlalu dalam sebab-sebab yang melahirkan akibat, gue capek! Maka gue serahkan semuanya pada-Nya. Atur saja Tuhan, bagaimana baiknya! Mulai detik itu juga, gue bodo amat terhadap apa yang gue alami. Kata Dokter, harus jaga pola makannya, gue gubris aja udah, bukan berarti nggak mau menjaga sih, sadar diri aja gue bukan kipper, jadi kek gimana menjaganya biar nggak kebobolan yang kedua kalinya hehe.

Lagian dalam kamus gue kata-kata ‘Dijaga makannya’ terus ‘Dijaga pola tidurnya’ itu lucu! Karena kalimatnya nggak lengkap. Contohnya, dijaga makannya, kek gimana tuh dijaga makan, apakah ketika mau makan kita mikir dulu, entarlah gue jaga dulu, lalu ditepis layaknya kipper. Kan nggak begitu ya? Hehe. Atau mau tidur misalnya, ya Namanya juga tidur pastinya matanya merem dong, lantas bagaimana sistematika menjaga pola tidur? Kecuali kalimatnya lengkap dan kata ‘Menjaga’ diganti menjadi ‘Perhatikan’ itu lebih tepat.

Contoh kalimat lengkapnya. ‘Diperhatikan makannya ya, jangan yang pedas-pedas dulu, perbanyak makan serat-serat agar BAB-nya lancar layaknya anggaran MBG’ dan ‘Diperhatikan pola tidurnya ya, jangan tidur terlalu larut biar badan tetap fresh’ ini menurut gue konkrit, nggak bikin menerka-nerka. Makannya ketika gue berobat, Dokternya bilang seperti yang di atas, dalam hati gue ketawa, apaan nih cuy! Yeah, lebih konkritnya sih, lebih baik memperhatikan diam-diam, dari pada hanya menjaga jodoh orang hehe.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement