Filosofi Makan Bersama Dalam Satu Nampan

                  Ilustrasi ketika makan bersama dalam acara LBT

Bagi anak Pondok makan bersama adalah ritual yang sudah biasa. Tetapi bagi orang yang belum pernah tahu ritual ini, mungkin akan geleng-geleng kepala. Satu piring saja tidak kenyang, apalagi satu nampan dengan banyak tangan, itu mustahil akan kenyang.

Dan bukan anak Pondok yang sering melakukan ritual ini, bagi anak organisasi ritual ini sudah biasa juga. Mengapa? Karena tanpa adanya ritual ini, apalah arti sebuah organisasi. Bubar aja sekalian!

Bagi orang yang suka menganalisis lingkungan, makan satu nampan itu memiliki arti yang cukup mendalam, apakah itu? Banyak sih, diantaranya:

1. Solidaritas 

Makan bersama memang rentan kenyang, tetapi kebersamaannya dapat. Kalau yang satu belum kenyang, maka secara otomatis yang lain tidak akan kenyang. Mengapa? Karena kita sama-sama mengeksekusinya, maka bukan tidak mungkin semuanya akan rata, tidak ada yang namanya kasta. Maka kalau misalnya dalam suatu negara para penguasa makan enak di restoran bintang lima sambil tertawa menikmati suasananya, sedangkan rakyatnya sengsara, dapat dipastikan bahwa beliau tidak pernah merasakan makan bersama. Atau, sudah lupa dengan budaya tersebut. Boro-boro inget rakyat, budaya makan bersama saja dia lupakan. Haduh, seharusnya budaya ini dilakukan oleh para penguasa agar sadar betapa pentingnya kebersamaan dalam membangun negeri yang makmur.

2. Keadilan

Arti adil secara sederhana adalah semua dapat merasakan, mengalami, dan tidak berat sebelah. Ketika kita makan bersama ada keadilan di dalamnya. Buktinya apa? Semuanya duduk rapih, menyodorkan satu tangan untuk meraih nasi, lalu memasukkannya ke mulut. Apakah itu adil? Tentu adil. Terus kalau misalnya ada yang menggunakan dua tangan gimana tuh? Tegur langsung, agar tidak di follow oleh yang lain. Sangat simpel bukan?

3. Tahu karakter orang

Ketika kita makan, secara otomatis kita akan tahu orang yang munafik, bar-bar, dan egois. Biasanya orang yang munafik itu ketika diajak makan suka nolak, padahal dalam hatinya ingin segera bertindak. Setelah sesi makan di strart, hatinya dilema antara ikut atau tidak. Solusi untuk menghadapi orang kayak begini, jangan banyak tanya, tarik saja langsung untuk makan bersama, toh dari pada diam mulu. Ditakutkan, ketika kerja di lapangan tidak berenergi dan tidak peka sosial. 

Baca juga:

Di saat orang lain peduli kepada perut rakyat, ini hanya peduli dengan perutnya sendiri. Alasannya apa coba? Dia belum makan bersama tadi.

Ya, itulah filosofi makan bersama. Ternyata tanpa kita sadari, ritual sepele ini ada maknanya juga kalau kita mau menggalinya.


Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement