Namun, mengapa setelah beres upacara, para Siswa tidak konsisten dengan apa yang diucapkannya? Nah, menarik untuk diperbincangakan.
Siswa menjadi tidak konsisten dengan apa yang dia ucapkan tadi, karena menganggap janji Siswa itu biasa. Toh, setiap hari Senin sering dibacakan kok, lantas ngapain ditakuti. Dan juga, tidak adanya transfer penjelasan dari pihak Sekolah agar Siswa nya paham betul dengan apa yang telah diucapkannya.
Jika pihak Sekolah menganggap janji Siswa ini sakral, mungkin perihal janji Siswa akan lebih ditekankan lagi dengan cara membedah point-point-nya. Ini memang prilaku yang nyeleneh, tetapi harus dilakukan agar Siswa paham semua.
Menurut gue pribadi, janji Siswa sekarang hanya dijadikan sebuah iklan yang membuat kita takut sementara waktu. Contohnya yah, kita mengikuti janji Siswa ketika dibacakan oleh petugas upacara pastinya ada rasa takut kepada kita, karena secara tidak langsung merangsang otak menampilkan gambaran-gambaran konsekuensi saat kita tidak menaatinya. Cuman, di saat upacara beres ketakutan itu juga beres.
Terus, bagaimana dong solusinya? Apakah kita harus upacara saja setiap hari agar membuat Siswa takut? Tidak. Itu cara yang tidak efektif.
Cara yang efektif adalah tadi, bedah janji Siswa nya agar pada paham, jika sudah paham, bukan tidak mungkin angka kenakalan akan redup. Mengapa? Karena Siswa sudah mengetahuinya dengan detail.
Seperti halnya ketika bermain bola di kota, apakah ada pelanggaran? Ya, ada. Sedangkan di kampung? Tetap ada. Mengapa bisa sama? Karena mereka sudah paham peraturan-peraturan dalam dunia sepak bola. Begitu juga dengan dunia Sekolah, kita harus memberikan pemahaman kepada Siswa agar kasus-kasus pelanggaran tidak membudaya.
0 Komentar