Krisis Kader Yang Mau Berproses

Bersama Ketum Adi Gustiadi
"Pada hakikatnya kita tidak kekurangan kader yang banyak, yang pintar, yang berprestasi, dan yang cerdas, tapi kita hanya kekurangan kader yang mau berproses." Ucap gue kepada teman-teman Pengurus Daerah PII Kabupaten Lebak dalam rangka Training Centre.

"Terus apa yang kita lakukan kak?" Tanya mereka dengan antusias.

"Mulai dari diri kita sendiri, dan ayolah kita pahami kembali setiap poin yang ada di tafsir asasi, karena di sanalah salah satu strategi PII menjadi besar."

Mereka mengangguk, memhami apa yang gue maksud. Yeah, bila mengacu kepada kelembagaan yang tertulis dapat dinilai, semuanya sudah teratur secara sistematis, hanya saja sering ada kendala dalam proses mengimplementasikannya. Di sinilah pentingnya PPO Pusat memantau arah dan gerak eselon bawahnya agar kolaborasi menggagas perubahan, bukan hanya sekedar jargon.

Pengalaman gue kemarin, ketika terjun ke berbagai Daerah, banyak hal yang terjadinya kejanggalan, salah satunya soal administrasi dan kelembagaan. Karena soal kelembagaan dan aparatur adalah tugas gue, jadi dengan penuh kesadaran diri itu salah gue. Yeah, gue mengakui itu.

Secara langsung, gue pernah disindir, katanya 'Baru masuk ke Wilayah tanpa bekerja apa-apa, langsung buat LPJ, bingung nggak tuh.' Menyikapi hal itu gue hanya membalas dengan ketawa sambil bilang 'Iya juga yah' jadi calm aja.

Gue belum kerja apa-apa sebenarnya sebagai PPO tingkat Wilayah, tentu ini bukan prestasi cuy, tapi kebodohan diri sih hehe. Gue sih berpandangan, karena ini akhir periode biarlah selesai dulu, dan di kepengurusan baru tinggal tancap gas.
Foto bersama membership LBT Cilegon tahun 2025
Kembali lagi kepada pernyataan yang di atas soal kader. Yeah, pada hakikatnya kita tidak kekurangan kader yang berkualitas, nggak. Tapi kita hanya kekurangan kader yang mau berproses. Mengapa bisa demikian? Bisa karena berbagai faktor. Diantaranya faktor ekonomi, faktor sosial, faktor mental dan lain-lain.

Oleh karena itu, gue menekankan kepada teman-teman yang hadir di kegiatan tersebut beberapa poin, diantaranya:

1. Telaah kembali kelembagaan yang ada di Organisasi

Seperti yang sudah gue senggol di atas, bahwa secara kelembagaan yang tertulis sudah tersusun dengan sisitematis dari hal terkecil. Mulai dari cara pandang, sikap, surat dan lain-lain. Tinggal bagaimana kita mau meluangkan waktu untuk membacanya, lalu menerapkannya dalam berorganisasi.

"Kak, kadang kita tuh bawaannya malas membacanya?" Tanya mereka mengeluhkan rasa malas.

Yeah, gue menjawab bahwa soal rasa malas setiap orang tentu mempunyainya. Termasuk gue sendiri, sering banget malas. Yeah, munafik kali kalo gue beranggapan rajin membacanya hehe. Tapi bagaimana strategi untuk memaksa diri membacanya? Yeah, sering-seringlah menyampaikan di kegiatan organisasi. Maka dari itu, harus memperbanyak kegiatan.

Karena begini, ketika kita menyelenggarakan kegiatan dan posisi kita sebagai pemantik, pasti sehari sebelum kegiatan dimulai kita melakukan persiapan apa yang mau dibahas, di situlah letak kita belajar lagi mentelaah apa yang sudah dipelajari sebelumnya.

2. Sering sampaikan apa yang telah kita ketahui

Kemampuan dalam menyampaikan apa yang kita ketahui kepada orang lain, harus dilandasi dengan jam terbang. Yeah, kalo jarang membiasakan, ya pasti kesulitan dalam  menyampaikannya. Oleh karena, gue menekankan kepada mereka untuk memanfaatkan kegiatan yang sedang diselenggarakan untuk menjadi pembicara, entah posisinya sebagai moderator atau peserta.

Seperti halnya kemarin, gue membersamai ditunjuk menjadi instruktur lokal dadakan, ya gue menganggap itu adalah sebagai kesempatan untuk mentransformasi pengetahuan, jadi gas aja. Terkait hasilnya maksimal atau tidak, biarlah yang penting sudah mau berproses. Meminjam kata ketum ikhsan, aksi dulu baru evaluasi untuk perbaikan yang akan datang.

3. Tuntaskan tanggung jawab yang sedang kita pegang.

Jika kita sebagai ketua umum, tuntaskan. Jika menjadi sekertaris, bendahara, atau ketua bidang tuntaskan itu. Bila merasa belum maksimal, uasahakan sesuai dengan batas kemampuan diri.

Seperti halnya gue belum merasa maksimal menjadi PPO di kepengurusan sekarang, maka gue berkomitmen untuk memperbaiki di kepengurusan selanjutnya. Biar tuntas selama dua periode itu. Yeah, kita tahu bahwa perubahan besar itu membutuhkan proses, jadi itulah bentuk prosesnya. Perlahan yang penting sampai, dari pada terburu-buru tapi tidak maksimal. 

5. Nikmati di setiap proses, hindari sifat terburu-buru

Terkadang, kita di kepengurusan ingin cepat dalam berproses tanpa menikmati setiap momen nya. Belum tuntas di bidangnya, tiba-tiba ingin naik tingkat di bidang selanjutnya, dan yang paling parah adalah tiba-tiba ingin berada di posisi atas, yaitu menjadi ketua umum. Tentu, itu adalah hak setiap orang, tetapi bila diuji dari segi treck recond, ketuntasan dalam bidangnya, ini sering dilewat begitu saja, padahal ini penting untuk melihat arah kepemimpinan selanjutnya. Yeah, begitulah.

Intinya adalah, terus berproses dan nikmati setiap momennya. Lakukan saja perlahan, karena perubahan besar bukan lahir dari kegiatan dadakan, tetapi dari kegiatan yang konsisten. Perlahan lebih baik, dari pada besar hanya satu gebrakan doang.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement