Catatan Mengikuti Test Baca Al-Qur'an

Foto ketika test baca Al-qur'an
"Kenapa yah kak, orang-orang yang bisa ngaji, bukannya ngajarin ini malahan merendahkan, dia kira itu sebuah lelucon. Kita juga ingin bisa." Kata Fazri (nama samaran) ketika selesai tes.

"Jujur kak, di umur yang sudah dewasa ini saya ingin belajar mengaji, biar lancar. Tapi malu sama teman-teman." Ujar yang lain.

"Kamu serius ingin bisa?" Tanya gue

"Iya kak, tapi malu."

"Ya udah begini aja, nanti kalau luang kabari kakak atau yang lain, bahwa kamu ingin belajar mengaji privat. Soal tempat nanti kita atur."

"Emang bisa kak?" Tanyanya dengan antusias.

Gue jawab mengangguk, sehingga membuat matanya bersinar, seolah-olah keinginannya yang selama ini dipendam akan tercapai.

Tes Baca Al-Qur'an adalah program dari mata kuliah agama di Kampus. Tujuannya adalah agar melihat kemampuan mahasiswa bagaimana membacanya, apakah bisa atau tidak. Kalo nggak bisa, ada nanti kajiannya yang mengarah ke sana.

Gue gabung organisasi Lingkar Study Pekanan (Lsp) Atau yang leebih kerennya sebagai Asisten Dosen Agama, tugasnya membimbing para mahasiswa baru yang mengontrak mata kuliah agama untuk belajar seputar ilmu agama. Posisi gue adalah sebagai mentor, setelah sebelumnya merasakan bagaimana menjadi mente.

Kemarin, ketika program test baca Al-qur'an, gue bersyukur bisa mengikutinya ke tiap-tiap jurusan, lumayanlah mengasah publik speaking cuy! Dari pada setelah selesai mengikuti mata kuliah, nggak ada kegiatan yang berkualitas, lebih baik ikut kayak beginian, ilmu dapat, relasi dapat, pengalaman dapat, si dia juga dapat. Haha, astagfirullah. Berikut gue share apa yang didapat.

1. Teman baru dari lintas jurusan

Ketika gue mau masuk ke kelas yang mau di test, biasanya kenalan dulu sama teman-teman yang akan masuk, lalu mengobrol basa-basi perihal jurusan masing-masing. Tanpa gue sadari, ternyata itu menambah jumlah teman cuy! Sejauh ini gue belum meluangkan waktu untuk mengobrol lebih tentang jurusan teman-teman, karena gue lagi sibuk ke hal yang lain.

Gue juga bisa masuk ke ruang kelas jurusan yang lain tanpa larangan, itu kesempatan yang berharga bat dah. Apalagi masuk ruang jurusan B. Indonesia, wih, vibes-nya bukan main. Sehingga membuat gue berandai bisa duduk di sana, tapi biarlah, ngapain gue mengungkit lagi sih, jurusan yang gue ambil sekarang sudah nyaman kok, karena Mata kuliahnya cocok untuk dipelajari.

2. Kesempatan Mengasah Publik Speaking

Gue sering ditunjuk oleh teman-teman yang lain untuk menjadi juru bicara, ya gue sih iya-iya aja. Gue mikirnya kesempatan nih bisa berbicara di depan jurusan yang lain, kalo bicara di kelas mah sudah nggak aneh, biasa aja gitu. Setiap masuk, pasti gue, kecuali ada Hana dari jurusan Bimbingan Konseling, pasti dia mau.

Karena begini co, ketika gue ditunjuk jadi jubir biasanya memberikan kesempatan ke yang lain. palingan mereka menolak, udah elo aja dah. Kalo si Hana gue beri kesempatan kayak begitu sama gue, siap-siap aja dia mah wkwk. Kocak emang, tapi begitulah realitanya.

Saat kami masuk ke jurusan Pendidikan Seni Pertunjukan, para mahasiswaya bilang, kak Spil tipis-tipis dong soal jurusan pendidikan non formal itu apa? Dalam hati gue bicara, kocak banget nih! Mereka kira gue lagi promosi apa. Tapi, atas desakannya mereka dan izin dari teman-teman, ya gue sampaikanlah tipis-tipis.

Kebetulan pada saat itu, gue baru belajar soal perencanaan program pendidikan non formal, ya gue mikir hitung-hitung mengulas materi aja dah. Karena menurut psikologi, strategi agar kita memahami materi adalah sering-sering menyampaikannya kepada orang lain.

Kemampuan Publik Speaking gue lumayan terasah ketika sering ikut keliling dari satu kelas, ke kelas jurusan yang lain. Gue mengerti kapan harus berbicara dan kapan harus diam.

3. Belajar peka terhadap perbedaan

Kepekaan lahir dari adanya perbedaan, orang yang mempunyai kekurangan kadang di kucilkan oleh lingkungan tempat di mana dia hidup. Oleh karena itulah, kita sebagai manusia yang dititipkan nurani oleh Tuhan, peduli dengan orang-orang yang merasakan dikucilkan itu.

Dari beragamnya jurusan gue sering kasihan kepada orang-orang yang ingin belajar membaca Al-qur'an, tapi malu dengan lingkungan yang kurang mendukung. Seperti halnya percakapan di atas, ada beberapa mahasiswa baru yang mempunyai keinginan kuat belajar mengaji secara privat biar tidak jadi bahan ejeken teman-temannya.

Meskipun pada akhirnya belajar mengaji secara privat belum terlaksana, setidaknya menjadi pegangan bagi gue ketika nanti tugas sebagai mentor sudah berlaku, gue bisa peka dan membantu mengarakan para mente ke jalan yang lurus atas bantuan-Nya.

4. Meningkatkan Pengetahuan Agama

Bagi para mentor, biasanya sering diselenggarakan kajian-kajian agar menambah pengetahuan agamanya, sehingga mengajarkannya kepada para mente tidak mononton. Hm... bagi gue tentunya ini sebuah kesempatan, kapan lagi coba gue rajin belajar ilmu agama kalau nggak dimulai dari sekarang.

Itulah beberapa hal yang gue dapat ketika mengikuti program tes Baca Al-qur'an. Tentunya masih banyak catatan-catatan yang gue alami di lapangan, tapi tidak semuanya gue tuliskan di sini. Contohnya, dipertemukan dengan si dia wkwk, itu cukup menjadi cerita pribadi sebagai motivasi memacu diri untuk terus berproses, ura!!
 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement