Fotbar bareng Ibad, Donal, Mirza dan Arik
"Woi Co! Cowok gue nanyain kapan katanya elo bisa bedah buku?" Tanya Elsa ketika mau turun dari lantai 4.
"Kocak, bilangin dulu sama dia, baca dulu baru bedah. Ini mah tiba-tiba datang, langsung dibedah. Dia kira mau bedah rumah kaget apa."
"Haha, gitu-gitu juga doi gue. Eh, dengar-dengar elo punya gebetan baru haha, kocak co!"
"Kocak kenapa?'" Tanya gue dengan heran.
"Elo tahu co. Setelah gue amati, si dia ternyata Tuan Putri banget. Itu artinya elo harus tahu alur dan ritme melakukan pendekatannya. Banyakin sabar aja."
"Hm... siap suhu."
"Lah, elo mah gitu mulu diberi sarannya, siap-siap gue ingin punya doi. Eh, ending-nya bilang, gue lagi fokus memperbaiki diri. Ya Allah, kok gue bisa punya teman se-kocak ini yah."
"Ya Allah kok gue juga kenapa bisa teman yang selalu support untuk segera menjalin hubungan yah, padahal gue nyaman-nyaman aja jadi jomblo."
Yeah, soal rasa kadangkala ingin segera menggenggam, tiba-tiba kembali disadarkan oleh diri yang masih kafir ini.
Hari ke seratus dua puluh dua ngampus, Mata kuliah hanya ada satu yaitu, Perencanaan Program Pnf. Gue berangkat pukul sembilan pagi karena mata kuliah akan diselenggarakannya pukul sepuluh. Buset dah, dag-dig-dug banget cuy! takut telat, padahal dibilang mepet ya nggak.
Gue bersyukur atas perubahan kebiasaan ini, biasanya satu jam lagi mata kuliah akan dimulai gue masih santai-santai di rumah, ini sudah siap-siap agar on time. Alhamdulillah, semoga gue tetap istiqomah. Tentu ini semua karena bantuan-Nya. Apakah gue telat? Nggak, malahan bisa santai-santai dulu sambil tersenyum mengingat si dia wkwk.
Berikut gue paparkan materi kuliahnya:
1. Ciri-ciri Pendidikan Non Formal. Pertama, Fleksibel: Waktu dan tempat belajarnya lebih luwes dibandingkan Sekolah. Kedua, Beragam: Materi yang diajarkan bervariasi, mulai dari keterampilan hidup, keagamaan, hingga pelatihan kerja. Ketiga, Peserta: Beragam dari orang dewasa maupun anak-anak dan dari berbagai latar belakang ekonomi serta sosial. Keempat, tujuan: Tujuannya sangat luas untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap seseorang.
2. Manfaat Pendidikan Non Formal. Pertama, Melengkapi pendidikan formal: Menambah pengetahuan dan keterampilan yang tidak diajarkan di Sekolah. Kedua, memperkaya pengalaman: memperluas wawasan dan membuka peluang baru. Ketiga, meningkatkan kualitas hidup: Membantu seseoranng lebih mandiri dan produktif. Keempat, menyesuaikan kebutuhan individu.
3. Pendidikan non formal penting karena, pertama seseorang dapat terus belajar dan berkembang sepanjang hayat. Kedua, membantu mengatasi berbagai masalah sosial, seperti: Pengangguran, Kemiskinan, dan kurangnya kesadaran masyarakat.
4. Menetapkan tujuan Pendidikan Non Formal. Pertama, Relevan dengan kebutuhan masyarakat. Kedua, spesifik jelas dan mudah dipahami. Ketiga, berjangka waktu yang jelas. Keempat, terukur dan dapat dinilai keberhasilannya. Kelima, dapat dicapai dengan sumber daya yang ada.
Dosen hanya menjelaskan apa yang ada di power point, lalu setelah itu membagi kelompok untuk tugas dipertemuan yang akan datang. Kalo dihitung-hitung, nggak satu jam pembelajarannya, padahal bobot mata kuliah tiga sks cuy! Ibad sambil bilang ke kami, ke kampus hanya kayak beginian doang ngapain. Yeah, begitulah.
Setelah dzuhur tadinya gue mau langsung pulang, tapi melihat informasi dari grup asisten dosen agama ada test mengaji, ya gue gas aja. Eh, ternyata Dosennya bilang setelah pembelajaran agama kelas ini, ada satu lagi cuy! Ya, mau nggak mau kami harus masuk lagi.
"Gue dan yang lain ada Mk, elo aja nanti yang masuk yah." Kata willy dan teman-teman kepada gue.
Gue mengangguk, sambil bertanya ke salah satu cewek dari jurusan Bimbingan Konseling, apakah dia bisa masuk lagi untuk test qur'an? Dengan auranya yang tenang, dia mengangguk. Okay, itu artinya jam tiga gue harus kembali lagi ke kelas untuk test Al-qur'an.
Jam masih menunjukkan pukul dua, itu artinya masih lama test al-qur'annya, lebih baik gue nyantai dulu ke lantai satu mencari ruangan yang kosong. Gue berangkat kan, eh, di lantai satu gue melihat cewek yang dari jurusan Bimbingan Konseling sedang duduk, tadinya gue mau mengajak ngobrol, tapi... ragu cuy!
Begini yah, dia tuh orangnya pendiam dan terlihat dewasa bat dah. Jadi, mau basa-basi juga gue mikir berkali-kali dulu. Ruangan kosong adalah tempat yang gue cari untuk rehat dulu sambil makan siang. Setelah pukul tiga kurang sepuluh menit, baru gue OTW ke kelas tadi. Dan elo tahu, di sana sudah ada si cewek sedang menunggu, mana sendirian doang lagi. Sini abang temenin wkwk.
"Kontek yang lain teh, masa kita doang berdua." Kata gue basa basi.
Dia tidak menjawab, hanya mengangguk. Wih, auranya bukan main, dewasa bat dah.
"Jangan masuk dulu teh, kan perjanjiannya jam tiga tadi. Calm aja." Cegah gue karena dia terburu-buru mau masuk ke kelas.
"Iya siap." Jawabnya singkat, lalu mendekat ke arah gue. Yeah, biar leluasa melihat Dosen di dalam kelas.
"Kamu lulusan pondok kah?" Tanya gue basa-basi.
"Hm... bukan, biasa aja dari lulusan sekolah. Emang kenapa?" Jawabnya dengan nada bersahabat.
"Nggak, kelihatannya kayak anak pondok."
"Biasa aja, dari bajunya yah?"
"Yups, iya euy."
"Sebenarnya hanya menyesuaikan aja kan perkuliahannya agama."
Perbincangan kami alhamdulillahnya lancar, gue bertanya apakah dia suka membaca buku? Dia menjawab nggak. Ketika menjelaskan dia bilang, enaknya ini bicaranya pakai kata 'Gue' atau 'Aku' ya, gue jawab bebas sih, dia mengangguk sambil mengggunakan kata aku saja.
Menurut gue kocak bat dah, obrolan itu. Lumayan intens, cuman kepotong waktu aja. Pas perjalanan pulang gue bilang obrolan kita masih banyak, gue juga masih penasaran dengan pemikirannya yang terlihat dewasa. Dan... salam kenal. Dengan auaranya yang seperti biasa, dia mengangguk.
Aih, pesonanya begitu menarik, hampir saja membuat gue tertarik. Yeah, petemuan ini tentu dari-Nya, gue harus bisa memetik hikmahnya apa yang dapat gue pelajari darinya yang singkat, tapi begitu menyengat.
0 Komentar