Hari Ke Seratus Tiga Ngampus

Foto sebelum berangkat ke keraton kaibon
"Kenapa sih kita mau aja ngikutin apa yang diinginkan Dosen." Keluh Budi (nama samaran)

"Kenapa Bud?" Tanya gue.

"Yeah elo udah tahu juga. UAS kali ini Mk agama menyuruh kita satu kelas buat menyanyikan lagu Nusantara dengan alasan bentuk toleransi. Mana harus di tempat-tempat Ibadah lagi." 

"Yeah gue tahu itu. Letak masalahnya di mana, Bud?" 

"Kita ngerjain UAS, atau dikerjain sih. Sekarang gue tanya, kita jauh-jauh ke pusat Ibadah-ibadah hanya nyanyi doang, esensinya apa? Kalo kayak begitu level anak TK atau SD. Woi! Kita nih mahasiswa! Bukan anak TK lagi disuruh nyanyi!"

Gue hanya tersenyum, menanggapinya. Yeah, kocak emang. Sepanjang perjanan untuk membuat vidio nyanyi itu gue juga menahan kesal, bagaimana tidak ini bisa masuk bentuk kesenjangan. Masa se-level mahasiswa disamain kayak anak TK atau SD, kan kocak. Tapi gue lagi malas speak up, karena bingung mau protes sama siapa, masalahny bukan di jurusan gue aja tapi hampir di setiap jurusan yang mengontrak mata kuliah agama.

Mata kuliah pertama, pekerja sosial dilaksanakan secara offline. Apakah gue telat kali ini? Yeah. Ada dua presentasi di kelas. Pertama membahas soal Pelayanan Sosial seperti Bpjs, SKTM dan bentuk-bentuk lainnya. Kedua, membahas tentang prinsip-prinsip dan strategi pekerja sosial.

Pembahasan yang disampaikan oleh penyaji nampaknya seperti biasa tidak didengarkan secara seksama. Karena pada sibuk mainin hp, yeah hampir semuanya termasuk Dosen dua-duanya. Entah gue juga kaget kok ada dua Dosen utama dan pengganti, tapi menarik sih soalnya pada ikut asyik sendiri.

Di titik ini gue capek ngomel apalagi menyalahkan keadaan. Biasanya gue berkoar-koar agar diskusi aktif, sekarang hanya diam memperhatikan. Biarlah karena itu di luar kuasa gue, capek-capek amat mikirin yang lain biar pada fokus belajar. Lebih baik gue yang fokus sendiri. 

Lingkungan. Gue kembali di tempatkan oleh Tuhan di tempat yang tidak mendukung. Apakah gue sedih? Nggak. Gue tahu ini yang terbaik bagi gue dari Tuhan. Gue lebih beruntung dari yang dulu, di mana lingkungan yang tidak tepatnya di Sekolah Swasta kecil. Tapi sekarang, di kampus favorit yang besar. Apa pun yang terjadi gue akan jalani dan nikmati.

Di akhir sesi, sebelum Dosen pengganti menutup, Ia berbasa-basi siapa yang mau bertanya. Semuanya diam, tanpa berpikir panjang gue angkat tangan, bodo amat dengan tatapan yang lain pada bilang, 'yaaah!' Gue bertanya dua hal, pertama tentang model-model pekerja sosial yang disampaikan oleh Dosen tadi. Kedua, penjelasan secara detail dan contohnya terhadap pekerja sosial secara individu dan komunitas. 

Apakah langsung dijawab oleh Dosen? Yeah. Ia bilang, pertanyaan yang bagus dan proporsional (nggak tahu apa nggak nih kata wkwk) di akhir waktu yang sudah habis ini. Jadi jawabannya nanti di kesempatan yang akan datang, karena waktunya sudah habis, takut masuk nominasi korupsi waktu. Apakah gue menerimanya? Yeah. 

Dalam hati gue ngakak, bisa-bisa di akhir sesi bertanya lumayan berbobotlah, nggak polos-polos amat. Dosen juga terlihat sedikit terkejut, nggak tahu kalo respon teman-teman, gue sih udah bodo amat.

Mata kuliah kedua, tidak ada karena Dosennya sedang ada acara bimbingan. Sebagai gantinya, membuat vidio nyanyi bersama lagu Nusantara di Keraton Kaibon, salah satu bangunan bersejarah Banten.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement