Ke Mana Presiden Mahasiswa Kampus?

"Kocak yah, sudah hampir dua bulan tidak ada tanda-tanda Presma hadir menyapa, ya, minimal di akun Instagram resminya." Ucap Kelvin kemarin mengungkapkan keresahannya.

"Calm aja, mungkin mereka lagi proses menyusun kabinet." Kata gue menanggapi karena untuk kali ini nggak mau gegabah.

"Itu konyol namanya. Di saat eselon bawah sudah selesai menyusun kabinet sedangkan pimpinan atasnya belum selesai, apa yang kita harapkan untuk kampus ke depan kalo BEM UNIVERSITAS MATI KAYAK BEGINI! Programnya pasti kaku kayak periode kemarin."

"Hati-hati kalo lo ngomong Vin!"

"Co, selagi kita benar, jangan takut. Karena faktanya seperti itu. Gue tahu ini resiko, tapi kalau kita tidak speak up kayak para ormawa! Yang hanya sibuk ngurus diri dan mengkritik kebijakan pejabat kampus tanpa ada gerakan nyata yang dirasakan oleh semua warga Kampus, terus kapan siklus ini berakhir."

Lalu dia pergi meninggalkan gue dengan penuh emosi. Arrg! Kebiasaan tuh anak, mentang-mentang mau pindah kampus!

Ke mana Presma kampus akhir-akhir ini memang menjadi perbincangan, yeah bagi orang yang peduli. Whaat kok gitu? Faktanya seperti itu. Gue juga mempertanyakan kenapa tidak ada tanda-tanda gerakan dari BEM Universitas, padahal eselon bawah dari mulai BEM Fakultas sampai Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) sudah selesai menyusun kabinet, bahkan menyelenggarakan kegiatan juga.

Yang gue sayangkan adalah tidak ada satu pun oramawa yang speak up akan hal ini, padahal kemarin berita dari bidik, salah satu media berita kampus sudah menginformasikan bahwa belum ada tanda-tanda pergerakan dari BEM Universitas. Memang di halaman resminya sudah tercantum nama kabinetnya apa, cuman aksi nyatanya nih! Dalam hal ini tentunya gue lagi proses mencari informasi lagi agar tidak gegabah, apalagi asal ceplas - ceplos tanpa data dan informasi yang valid.

Gue nggak tahu yah bagaimana kondisi dari berbagai fakultas mengenai hal ini, cuman yang gue perhatikan di FKIP sendiri benar-benar nggak ada gitu. Setelah gue telusuri ternyata ada beberapa hal, diantaranya;

 1. Sibuk Mengkritisi Kebijakan Dekanat

Kebijakan dari dekanat akhir-akhir ini memang bisa dibilang banyak kontroversial, diantaranya soal Penghancuran PKM ormawa secara sepihak tanpa adanya kesepakatan dulu. Alasannya adalah PKM-PKM sudah tidak layak dipakai, banyak yang rusak jadi rusakkin aja sekalian. Alasan kedua, mau di bangun kantin. 

 Isu ini di FKIP sedang ramai diperbincangkan, para ormawa sudah audiensi kemarin dengan pihak dekanat terkait kebijakkan-kebijakkan baru, nggak tahu hasilnya apa  gue belum dapat infonya. 

 2. Nggak Guna Mengkritik Presma

Gue mikir, iya juga yah buat apa mengkritik Presma, emangnya bakalan di dengar? Kalo mereka tanya balik, lah elo fokus urus ormawa elo aja, kan kita sudah punya tupoksinya masing-masing. Jawab apa gue nanti? Untuk hal ini makannya gue nggak mau gegabah, harus mengumpulkan data-data dulu yang kongkrit baru bangkit melawan dengan gagasan yang membangun, bukan mengkritik menjatuhkan doang, apaan sampah! Nantinya kasusnya kayak BEM UI lagi di tantang sama TNI buat kkn ke Papua wkwk.

Evaluasi BEM Universitas kemarin yang gue masih ingat adalah, kurangnya koordinasi informasi, singkatnya sih adanya miskom terkait beberapa persoalan bahkan kegiatan. Contohnya, BEM Universitas menyelenggarakan kegiatan kajian bersama KPU, tapi yang hadir hanya segolongan orang aja gitu padahal kan idealnya minimal perwakilan antar fakultas. Dan gue sering perhatikan yah, siklus itu sering terjadi gitu, BEM Universitas fokus bikin kegiatan, BEM Fakultas juga sama, kedua-duanya belum ada tuh kumpul bareng gitu. Nggak ada! Nah, bagaimana mau sejalan satu tujuan coba kalau geraknya aja masing-masing. 

Gue sering bertanya kepada teman-teman yang bahkan beda Fakultas terkait dengan kehadiran dari BEM Universitas, apakah mereka merasakan kehadirannya? Jawabannya nggak sama sekali, antara ada dan tiada. Nah, kan aneh. Meskipun gue juga nggak menutup mata bahwa kehadiran mereka tentunya sudah memberikan berbagai kontribusi kepada Kampus atau kami para mahasiswa secara tidak langsung, cuman ya gitu, antara ada dan tiada. 

Terkait apa yang disampaikan oleh Kelvin sebenarnya gue mengerti mengapa se-emosi itu. Itu wajar kok. Yang nggak wajar itu emosi sambil memukul satpam kampus haha. Memang yang gue perhatikan ormawa itu pada sibuk dengan dirinya sendiri, yang padahal tentunya itu sebagai bentuk kontribusi mereka untuk kampus, mampunyai seperti itu. Cuman mungkin elo memgerti apa yang gue maksud harusnya seperti apa, nggak apa-apa fokus ke program sendiri tapi cobalah sekali-kali berkolaborasi menggagas perubahan yang dirasakan oleh para mahasiswa. Bukan hanya pas demo aja. 

Misalnya, ada isu yang lagi hot maka semua ormawa segera menyelenggarakan kajian bersama untuk membahas hal itu, terbuka untuk umum yang di koordinir oleh Bem Fakultas. Bukan menyelenggarakannya sendiri-sendiri, iya aja kalo gerak semua dengan caranya sendiri, kalo nggak, ya percuma. Dalam hal ini ada dua cara, bisa antar ormawa langsung mengikuti kajian bersama, atau antar ormawa menyelenggarakan kajian dulu sendiri-sendiri, hasilnya nanti dikembangkan lagi pas kumpulan bersama, lalu ditinjau dan melahirkan kesimpulan. Nah, kesimpulan ini nantinya akan menjadi cikal bakal pergerakan ormawa untuk bersama-sama mengimplementasikannya, sehingga masalah itu benar-benar tuntas gitu ke akar-akarnya. 

Soal mengkritik kebijakan Dekanat dan Rektorat itu nggak apa-ap dilanjut, cuman juga harus memakai aksi yang nyata. Misalnya BEM Fakultas periode sebelumnya akan membuat mimbar bebas berargumen di hadapan Dekanat, tapi sampai periodenya selesai tidak terselenggara karena mungkin ada beberapa kendala, yeah, positif thingking aja dulu. Padahal menurut gue bagus banget kalo terlaksana meskipun pejabat kampusnya nggak hadir. Yang dilihat itu bukan berhasilnya tapi proses dan geraknya, itu doang. 

Terus misalnya ketika meminjam ruangan tidak diizinkan, maka antar ormawa ini jangan sibuk membuat kajian, tapi cobalah ambil paksa kuncinya dan bertanggung jawab, tidak merusak fasilitas. Kalau misalnya Dekanat marah-marah, datang bareng-bareng semua ormawa, Pak maunya apa?! Ini mah masa hanya buat kajian masing-masing, kapan siklus inu berakhir kalo nggak kerja sama. 

Selanjutnya untuk BEM Universitas, menurut gue kehadirannya sangat dibutuhkan sekali oleh para mahasiswa. Maka tingkatkan lagi koordinasinya, minimal ketika ada masalah kampus koordinir antar fakultas bukan hanya duduk manis aja, berikan mereka arahan dan bimbingan untuk bekerja sama kayak garis koordinasi Rektorat ke Dekanat dan Jurusan, bidikkannya pas banget. Hasilnya kan kebijakannya berjalan dengan baik meskipun kadang merugikan mahasiswa itu sendiri. 

Demokrasi, kita sering dibakar oleh slogan-slogan hidup mahasiswa!! Efek dari kata itu melahirkan keberanian untuk melawan para pejabat yang membuat kebijakan tidak tepat. Adakalanya benar apa yang disampaikan oleh kelvin kita terlalu sibuk dengan program sendiri, mengkritisi para pejabat kampus tapi inputnya buat warga kampus sendiri biasa saja. Saking sibuknya mengkritisi kebijakan para pejabat, sampai lupa pimpinan tertingginya mati tak ada kabar sama sekali. Selamat pergi Vin, semoga kampus baru bisa memberikan warna dan ruang baru untuk bermetarfosis.

Mungkin itulah beberapa keresahan gue terhadap keadaan Kampus. Gue tahu apa yang gue sampaikan tidak semuanya benar, minimal sudah berani bersuara menyampaikan keresahan. Dan untuk Presma, gerak Yuk! Merakyatlah, masa dari dulu mau gitu mulu, rugi dong!

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement