Perihal Tugas Menulis Penelitian Ilmiah

Sedang so sibuk menulis tugas artikel
Kemarin pas di Leadership Advance Training (LAT) materi pelatihan membahas soal kepenulisan karya ilmiah. Buset, senang dong gue karena ini adalah satu-satunya materi yang ditunggu-tunggu. Gue menarik nafas lega, esok lusa nanti nggak bakalan bingung dengan sistematika kepenulisan karya ilmiah.

Keresahan ini sebenarnya sudah lama gue pendam, yeah, semenjak masuk kampus. Banyak sekali teman-teman gue ketika membuat makalah pada copypaste. Gue memaklumi akan hal itu karena di kampus sendiri tidak ada tuh pelatihan menulis makalah. Baik dari ormawa, mau pun pihak-pihak lain.

Sebelumnya ketika di Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) gue menyampaikan keresahan ini, bahwa mahasiswa baru dibuat kebingungan dengan sistematika kepenulisan makalah yang akhirnya copypaste termasuk gue sendiri. Maka di periode selanjutnya, dengan semangat 45 gue berharap sekali pelatihan itu diadakan! Elo tahu respon yang lain gimana? Calm banget. Allahumma sholli ala Muhammad.

Meskipun keresahan gue nggak berbuah hasil minimal sudah menyampaikan. Tinggal ke depan strategi dan taktik gue harus bagaimana biar siklus budaya ini dari tahun ke tahun dapat berubah. 

Tuhan tidak pernah diam melihat hambanya yang kegelapan mencari solusi. Tiba-tiba Pengurus Wilyah mengutus gue buat ikut Leadership Advance Training (LAT) karena kebetulan Banten sendiri menjadi tuan rumah. Biasanya salah satu syarat mengikuti pelatihan adalah membuat Makalah. Ya udah gue gas dong meskipun gue nggak berharap banget lolos, yang penting sudah berusaha. Bukan apa-apa, ini tingkat nasional, jadi harus benar-benar punya persiapan yang matang.

Kembali lagi kepada kepenulisan. Kemarin pas Pelatihan, setiap malam tim instruktur sering membagikan selebaran kertas pertanyaan terkait kabar peserta masing-masing dan yang paling menonjol adalah, apa yang dibutuhkan oleh peserta untuk dipelajari pada pelatihan ini? Jawaban gue dari hari ke hari adalah, kepenulisan ilmiah, karena bagi gue penting banget buat persiapan ngampus. Jadi ketika ada tugas buat makalah atau yang berkaitan dengan kepenulisan bisa santai, syukur-syukur bisa bermanfaat bagi teman-teman gue yang mau belajar membuat Makalah tanpa plagiat. 

Di akhir pelatihan, kami dibuat kelompok dan diberi tugas menulis penelitian ilmiah. Buset! Gue antara terkejut dan senang. Ini di luar nalar, membuat penelitian ilmiah itu butuh waktu yang lumayan panjang, ditambah gue masih bingung dengan sistematika kepenulisannya. 

Pada saat mengerjakan tugas, gue benar-benar jujur menjadi orang yang sangat bodoh sekali terhadap kepenulisan ilmiah, apalagi pas bagian pembahasan penelitian kualitatif, gue hanya diam, lalu bertanya dan bertanya. Beruntungnya Bang Zaenal yang gue anggap suhu banget, dengan sabar mengajarkan banyak hal terhadap sistematika kepenulisan. 

"Jadi begini nih caranya mengutip pendapat para ahli, sistematika kepenulisan juga harus rapih." Ucapnya kepada gue.

"Ini hampir kayak membuat skripsi berarti, kang?" Tanya gue polos.

"Yeah, bisa dibilang seperti itu. Cuman untuk skripsi tensinya lebih tinggi lagi." Jawabnya sambil fokus mengetik dengan sepuluh jarinya. 

Melihat sistematika kepenulisan penelitian ilmiah yang rumit itu, gue kepikiran dua hal. Pertama, gue menyadari bahwa dalam hal kepenulisan harus ditingkatkan lagi. Jangan sampai karena punya blog, gue stak di blog aja menulis hal-hal yang remeh tanpa mencoba hal baru lagi seperti karya ilmiah. Yeah, gue harus belajar lagi pokoknya. 

Kedua, gue baru paham terhadap islamic word view. Yang artinya, memandang realitas sosial atau segala hal apa pun yang terjadi dalam kecamata islam. Dan soal penelitian ilmiah ini kan pada intinya adalah menyelesaikan masalah secara objektif yang terjadi di masyarakat, bukan subjektif. Pantesan dalam ajaran agama islam kita dilarang ghibah tanpa tahu sebabnya karena dikhawatirkan berujung kepada subjektif, bukan objektif. 

Pantesan orang yang berilmu lebih banyak diam dari perkataan-perkataan yang tidak berbobot dan berlandas, ternyata diam-diam mereka berpikir secara sistematis dan kongkrit ketika berbicara, bukan koar-koar tapi kosong isinya. Karena koar-koar bakalan subjektif dan itu bakalan menambah masalah baru lagi. Yeah, begitulah kira-kira. Pikiran itu membawa gue kepada hal-hal janggal yang terjadi di masyarakat, termasuk kebodohan-kebodohan yang telah gue lakukan. Tanpa gue sadari, lama berpikir membuat gue tertidur dengan nyenyaknya. 

Tertidur terbebani oleh tugas
Ketika presentasi di depan penguji, kami tidak tampil maksimal. Semuanya dikoreksi untuk diperbaiki. Setelah selesai kami pun pergi dengan penuh tanda tanya, apakah harus mengulang dari awal lagi atau memperbaiki saja? Dalam kebingungan itulah, mereka berinisiatif untuk mengevaluasi kinerja kelompok. 

"Ungkapkan saja keresahan-keresahan yang teman-teman rasakan ketika kerja kelompok. Biar ketika kita pulang ke Wilayah masing-masing tidak menyimpan dendam dan dijadikan pembelajaran." Ucap Aisyah layaknya orang dewasa. 

Usulan itu pun kami terima. Tanpa ditutup-tutupi kami pun saling menyampaikan unek-unek masing-masing. Apa yang kami rasakan setelah itu? Tali kekeluargaan semakin terikat. Perbincangan akhirnya terus berlanjut membahas keadaan antar Wilayah dan lain-lain. Dari sini gue belajar, ternyata komunikasi efektif itu dapat terjalin bila adanya saling mengerti satu sama lain tanpa adanya saling menghakimi. 

Gue salut sama mereka karena dapat mengerti kebodohan gue dalam menulis karya ilmiah. Dengan sabar membuka cakrawala gue tentang kepenulisan tanpa menyepelekan apalagi meremehkan seolah-olah gue itu nggak penting. 

Malamnya ketika masuk lokal, ternyata instruktur tidak menyuruh kami untuk membuat penelitian ilmiah lagi. Melainkan, untuk dijadikan saja sebagai evaluasi ke depan bila membuat karya ilmiah. Tentu dong kami senang. Mulai dari situ gue bertekad untuk belajar lagi membuat karya ilmiah agar mahir, kalo gue sudah mahir insya Allah akan gue trasfer ke kader-kader PII yang lain, minimal Wilayah Banten. Cukup gue dan ketum Firdaus yang banyak ngang-ngong dalam kegiatan LAT dan PID.  Semoga Tuhan mempermudahnya. Wallahu'alam.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement