Hari Ke Tujuh Puluh Ngampus

Pemaparan materi  pendidikan andragogi
"Kelas kita asyik yah." Komentar Mirza setelah gue tanya kenapa yang lain pada sibuk sendiri saat Dosen menyampaikan materi. 

"Co! Makan itu pakai tangan atau pakai nasi?" Lanjutnya melontarkan pertanyaan.

"Ya pakai tanganlah." Jawab gue pasti tanpa memalingkan muka, karena Dosen lagi fokus menyampaikan materi. 

"Nggak gitu atuh. Masa makan pakai tangan, tangannya di mana gitu. Bukankah pakai nasi? Dan seandainya makan pakai nasi, bukankah kita makan pakai tangan? Gimana tuh, Co?" 

"Iya yah." Jawab gue singkat karena ikut bingung, yang benar yah mana. Apakah makan pakai tangan atau makan pakai nasi? Buset! Tugas baru untuk diteliti lagi. Pikir gue tanpa disadari ternyata itu mengganggu kefokusan belajar, arrrg!

Hari ke tujuh puluh ngampus, mata kuliah hanya satu. Sebelumnya pada hari ke tujuh puluh delapan dan tujuh puluh sembilan, gue absen karena ketiduran. Yeah, mata kuliah pada waktu itu diselenggarakan online, pagi-pagi lagi, jadi gue biasalah kebablasan, efek terlalu memikirkan si dia, haha anjay. 

Mata kuliah kali ini adalah Pendidikan androgogi atau sederhananya pendidikan orang dewasa. Pada saat materi mau dimulai, infocus nggak berfungsi dengan baik sehingga terpaksa pembelajaran tetap dilanjut tanpa menampilkan power point. 

Diawal pembahasan, Dosen mengulas materi sebelumnya untuk menguji sejauh mana mahasiswanya paham terkait materi yang sudah disampaikam sebelum-sebelumnya. Gue yang tidak tahu apa-apa karena ketinggalan materi ini hanya diam sambil memperhatikan. Berikut ada beberapa pembahasan yang akan gue review, diantaranya:

 1. Pendidikan itu untuk menumbuhkan kecerdasan, keterampilan dan berbudi pekerti. 
 2. Landasan pendidikan adalah tumpuan dasar konseptual yang digunakan dalam dunia pendidikan.
 3. Landasan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
 1. Landasan Filosofis, merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, terbagi menjadi tiga bagian yaitu: Landasan Idealisme, Landasan Realisme, dan Landasan Pragmatisme. 
 2. Landasan Yuridis, merupakan landasan yang mengatur kebijakan penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan yang berkaitan hak dan kewajiban pendidik dan peserta didik. 
 3. Landasan Sosiologis, berdasarkan bahwa manusia makhluk sosial.
 4. Landasan Psikologis, berdasarkan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kepribadian yang khas. 

Teori Pendidikan

 1. Teori klasik, pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara dan mengawetkan serta meneruskan warisan budaya.
 2. Teori Pribadi, teori ini mempunyai asumsi bahwa sejak lahir manusia memiliki potensi tertentu. 
 3. Teori Interaksional, menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang sering berinteraksi dan bekarja sama dengan manusia lainnya.

Ada teori pendidikan yang terkenal, diantaranya:

 1. Teori Nativisme, yang mempunyai anggapan bahwa manusia yang berbakat itu sudah bawaan lahir dari sana nya. Jatuhnya kepada pesimis.
 2. Teori Empirisme, yang mempunyai anggapan bahwa manusia itu tergantung dari lingkungannya. Jatuhnya kepada optimis. 
 3. Teori Komprehensif, yang mempunyai anggapan bahwa manusia itu berkembang melalui edukasi atau sosialisasi dari manusia terdahulu.
 4. Teori Humanistik, yaitu pendidikan yang mengedepankan kemanusiaan. Karena tujuan dari pendidikan sejatinya adalah memanusiakan - manusia yang manusiawi. 
 5. Teori Konsistensisme, yaitu pendidikan yang mempunyai kepentingan untuk meningkatkan martabat manusia. 

Ada 4 dasar Androgogi, diantaranya:
 1. Melayani konsep diri
 2. Mempunyai pengalaman
 3. Kesiapan belajar (bertanggung jawab)
 4. Mempunyai arah belajar (tujuan belajar)

Itulah beberapa materi yang disampaikan. Sebenarnya pembahasannya panjang lebar, cuman gue ringkas aja. Selesai mata kuliah, gue kira ada mata kuliah lagi, ternyata nggak ada. Buset! Satu hari satu mata kuliah doang. Mau pulang, gue tanggung lagi karena Sore harus mengikuti kajian sebagai pengganti kontrak mata kuliah agama. Dan, malamnya gue harus mengikuti kajian dari himpunan jurusan terkait situasi kampus. 

Dalam kebingungan itulah, gue putuskan untuk ke perpustakaan dulu. Pas gue masuk ada beberapa perbedaan. Pertama, penjaganya yang cowok diganti cewek. Kedua, dalam perpus mayoritas hampir cewek yang masih remaja dan Ibu-ibu yang mungkin sedang menempuh S2 atau Dosen kali. Ketiga, rak buku bagian novel nggak ada, gue cari-cari ternyata pindah tempat, satu rak isinya novel semuanya. Kan mantaap tuh. Tapi gue kecewa ternyata nggak bisa meminjam skripsi tanpa alasan, entahlah gue juga malas bertanya mungkin lain kali aja. 

Pulang dari perpus gue ke kosan teman untuk istirahat sampai Sore. Kemudian mengikuti Kajian Inspirasi Ramadhan (Karisma) semacam pesantren kilat. Kebetulan pematerinya adalah ketua jurusan gue, jadi selama materi berlangsung gue akan mengamati tifenya bagaimana, siapa tahu itu berguna buat nanti. 

"Sebelum saya mulai lebih jauh, saya punya doorprize, siapa yang berani ke depan mengutarakan pendapatnya apa itu pendidikan non formal?" Pancing pemateri.

Gue langsung mengangkat tangan, kemudian disuruh maju ke depan. 

"Kamu dari Jurusan apa?" 

"Pendidikan non formal, Pak." 

"Astahfirullah." Kata pemateri yang menolak gue untuk mengutarakan pendapat, batal katanya. Gue sih terima-terima aja, konyol emang.

Kajian Ramadhan di Kampus
Pemateri memberikan kesempatan kepada yang lain, entah nggak ada yang berani atau nggak pada tahu semuanya diam. Terpaksa pemateri memanggil gue buat maju ke depan, dalam hati gue senang, anjay dipanggil ketua jurusan nih, senggol dong wkwk. 

Gue paparkan menurut pandangan sendiri dengan singkat, dan diberi doorprize uang Lima puluh ribu. Anjay, kemudian senyum gue pun berubah menjadi saldo dana wkwk. Selama materi berlangsung gue fokus memperhatikan, bukan karena sudah diberi uang yah, tapi karena pembahasannya sangat sesuai dengan kenyataan yang sekarang. Materi yang dibahas tentang 'Jadilah Pemuda Hebat Versi Al-qur'an' dari segi penyampaian materinya menurut gue sederhana dan sangat bermakna. 

Selesai kajian, agenda selanjutnya adalah buka bersama makan snack. Kata teman gue, nasi kotak akan dibagikan setelah shalat terawih, itu pun kalo kebagian. Mendengar hal itu gue putuskan untuk membeli makan di luar, insya Allah pas bagian terawih gue bakalan tetap di Kampus. Realitanya gue nggak jadi terawih di Kampus melainkan di Masjid Umum dekat kosan kami kumpul. 

Awalnya gue kaget dengan sistematika terawihnya yaitu pakai formasi empat, empat, tiga. Udah kayak main bola aja pakai formasi. Setelah gue cari tahu biat tidak salah paham, gue tahu budayanya memang begitu, karena terawihnya sebelas rakaat bukan dua puluh tiga rakaat. Gue merasa ringan banget terawih dengan sistematika itu, yeah, itulah kultur. Setiap organisasi masyarakat mempunyai pandangannya sendiri yang tentunya mempunyai landasannya, jadi tinggal kembali kepada kita, mau menerima perbedaan itu atau menentangnya? Wallahu'alam.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement