"Kenapa a hadiahnya eskrim kayak gini?" Ucap orang yang barusan diwawancarai.
"Kan tadi saya hanya bilang mau ngasih eskrim doang, tanpa menyebutkan produknya apa, entah itu mixue atau sejenis yang lain."
"Yeah, ini mah KW bukan asli."
"Calm, tapi dibalik ini ada filosofinya."
Membayangkan hal ini gue ngakak, entahlah. Gue merasa idenya konyol aja gitu tapi maknanya lumayan dalam. Cocok nih buat hadiah setelah selesai wawancara orang lain, pikir gue.
Kue Cone Malow itu jajanan anak-anak, bentuknya kayak eskrim. Makannya ketika pertama kali gue lihat, perhatikan dan analisis lumayan unik. Iseng-iseng gue kaji lebih dalam apa saja makna yang gue dapat dari jajanan ini buat memancing kreatifitas berpikir, diantaranya:
1. Mencair
Bentuk awal dari eskrim itu cairan, lama kelamaan juga akan kembali ke bentuk awalnya yaitu mencair. Kecuali tetap dalam pulkas. Artinya apa? Segala hal apa pun yang dimulai dari nol akan kembali kepada nol, tidak selamanya tetap. Nilai nol dari hasil usaha dan kembali ke nilai nol, bila dibandingkan dengan nilai nol yang tidak ada usaha dengan alasan percuma, tentunya akan berbeda.
Nilai nol yang berusaha untuk tidak nol mempunyai wawasan dan pengalaman karena dia mau berproses menjalani, sebaliknya kalau tidak, ya memang nilainya tetap nol tapi benar-benar kosong dalam berbagai aspek.
Begitu juga dalam hidup, semua yang dimulai dengan niat yang baik ending-nya akan mencair menjadi baik, sedangkan niat yang dimuli dengan niat buruk akan kembali buruk, bahkan mencelakakan dirinya sendiri.
Dalam perspektif ilmu, ini berarti bahwa bila ilmu yang kita dapat tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (dimasukkan ke pulkas) akan mencair (lupa atau tidak nambah kekal ilmunya). Maka perlu upaya untuk dikaji lagi lebih dalam maknanya agar bisa dirasakan manfaatnya oleh diri sendiri mau pun orang lain.
Dalam perspektif cinta, bila kita belum berdamai dengan masa lalu (bentuk awal cairan) maka menjalin hubungan dengan orang-orang tidak akan merasakan bahagia, meskipun di muka umum tertawa gembira hatinya menangis menahan derita, ending-nya kembali akan mencair (hbungannya tidak langgeng atau sejenisnya) mengapa? Karena dia merasa hampa, setiap saat selalu dibombardir oleh kenangan-kenangan masa lalu.
Beda lagi kalau misalnya sudah berdamai dengan masa lalu, meskipun ending-nya mencair (dipisahkan oleh usia atau sejenisnya) dia tidak merasa hampa, karena mau bagaimana pun juga sudah menjalani dengan sebaik-baiknya hubungan.
Dalam persepektif agama, semua yang ada dalam kehidupan ini sementara. Benda-benda yang kita miliki bahkan diri kita sendiri semuanya hanyalah titipan, tinggal menunggu waktunya saja semuanya akan kembali kepada sang pencipta. Se-berusaha apa pun kita berusaha memasuki ke pulkas agar apa yang kita miliki tidak mencair (pergi) semuanya percuma, dia akan mencair dengan sendirinya.
Maka dari itu agama hadir bukan hanya sebagai pengatur atau hal-hal lainnya. Melainkan juga sebagai pengingat agar dalam menjalani kehidupan tidak melampui batas dan lupa diri.
Dalam perspektif psikologi, semuanya akan berubah bila kita mau berusaha, dan itu dimulai dari diri kita sendiri. Kita kadang merasa cemas akan masa depan yang padahal ditakuti atau tidak, ya, bakalan datang. Tugas kita hanyalah menyiapkan, merencanakan, urusan hasil atau tidaknya kembali kepada Tuhan. Dan setiap apa yang ditakdirkan oleh Tuhan, terdapat pelajaran yang dapat kita petik untuk menyongsong masa depan.
Ada pepatah yang mengatakan seperti ini:
Kita ini adalah bentukkan-bentukkan dari proses kemarin.
Artinya adalah segala hal apa pun yang kita mulai pastinya akan berakhir. Tetapi akhirnya tidak akan berbentuk seperti halnya awal-awal, melainkan tergantung dari situasi dan kondisi yang dilewati di perjalanan itu.
2. Bentuknya kecil - Membesar
Bentuk dari eskrim itu awalnya kecil sekali, ujungnya besar. Artinya apa segala hal apa pun itu dimulai dari kecil, bukan besar. Pepatah pernah berkata, 'sedikit demi sedikit, membukit' kita kadang terlena akan hal ini karena terlalu menganggap enteng hal-hal kecil, padahal berdampak sekali bagi ke depannya. Mulailah dari hal-hal kecil tapi konsisten, dari pada besar hanya satu gebrakan doang.
3. Tempat bagian bawah kosong
Ketika kita sudah selesai menghabiskan bagian atas, pindah ke bagian bawahnya kosong nggak ada isinya. Yeah, anggapan kita salah ternyata hanya makan angin. Artinya adalah dalam proses awal jangan memikirkan hasil, teruslah berproses nanti juga akan terasa suatu saat nanti.
Seperti halnya kita belajar, mungkin sekarang beranggapan nggak ada artinya hanya buang-buang waktu, uang dan membosankan. Yeah, karena kita lupa masih dalam proses berjuang. Padahal nanti di waktu yang tepat kita akan merasakan betapa berartinya melakukan hal itu dulu.
Seperti halnya gue sering meluangkan waktu buat nulis di blog tentang hal apa pun, padahal apa hebatnya sih, yang baca aja sedikitan, syukur-syukur ada yang baca, kalau kagak percuma. Tapi gue memandangnya ke depan karena, ya, ini bagian proses. Segala hal apa pun akan terasa berarti di mata kita setelah kita berada di penghujung perjuangan.
Kebanyakan dari kita sekarang selalu ingin instant. Baru aja kenalan udah minta pacaran, kan konyol. Baru aja belajar, ingin langsung bisa kalau kagak ya, ngeluh. Atau, baru aja buka usaha, pasarannya sepi langsung tutup. Padahal semuanya butuh proses, seperti halnya mendapatkan si dia wkwk.
4. Berwarna
Pernah nggak sih kita melihat eskrim hanya satu warna doang? Serasi gitu antara wadah di bawah dengan isi yang di atas. Nggak kan? Mungkin di sebagain tempat ada yang sama semua, tapi mayoritas beda. Artinya adalah semuanya akan terlihat indah mempesona bila ada yang berbeda. Kadang kita nggak kepikiran ke situ yah, hanya makan-makan aja, padahal itu mempunyai ciri khas tersendiri dari yang lain.
Coba kita pikirkan, kenapa sih eskrim nya hanya setengah doang dikasihnya, nggak full ke bawah? Itu kan bentuk ketidakadilan. Keinginan kita tentunya ingin full, tapi dalam kecamata yang membuatnya itu tidak baik atau mungkin mempunyai alasan yang lain. Di sini tentunya ada perbedaan antara kenginan kita dengan keinginan yang membuat eskrim, apakah pembuat eskrim menuruti apa yang kita inginkan itu? Belum tentu. Kan dia sudah mempunyai aturan dan ukurannya.
Begitu juga dalam hidup, tidak setiap hal yang kita inginkan bahkan dianggap terbaik, itu baik di mata sang Pencipta. Ia yang maha tahu, maha mengatur, maha penyayang dan maha pengasih, kita hanya patut menerima dan mentafakuri apa yang sudah ditakdirkan-Nya.
5. Garis-garis
Di bagian bawah, tempat eskrim. Terdapat garis-garis melingkar dan lain sebagainya. Artinya apa, dalam proses perjuangan terdapat luka derita yang tergores dan tersimpan dalam memori kita, itu sebagai bentuk keunikkan tersendiri. Yang membedakan perjuangan kita dengan yang lain. Goresan-goresan itu bermacam-macam, bisa kegagalan, kehancuran, penghianatan, pembully-an dan lain sebagainya. Semua itu bukan hanya akan menjadi pelajaran di masa depan tetapi juga sebagai kenangan yang berati, bila kita sudah bisa berdamai dengan hal itu. Kalau belum berdamai, akan menjadi benalu sehingga keindahan yang terpancar dari keunikkan itu berubah menjadi penyesalan dan rasa sakit yang mendalam.
Berikut gue juga kaji landasan-landasan dari kue Cone Malow yang berbentuk eskrim ini, diantaranya:
1. Landasan Geografis
Eskrim itu bersifat mencair karena awalnya dari cairan. Seperti halnya air, dirubah menjadi hal apa pun tetap akan menjadi air karena ya, awalnya air. Tapi meskipun sama-sama air, secara derajat atau kualitas akan berbeda anatara air Aqua yang sudah diolah dengan air sungai. Apakah mereka sama-sama bersaing sampai tawuran? Nggak, itu adalah pemikiran yang konyol haha.
Yang membedakan antara air Aqua dengan di sungai adalah karena air Aqua sudah melewati berbagi proses perjuangan. Diambil dari sumbernya, diolah dipabrik sampai sedemikian rupa, sampailah ke tangan komsumen. Begitu juga hidup kita yang berproses meningkatkan kualitas diri dengan yang hanya baring aja akan berbeda secara status atau minimal pandangan di masa depan kelak. Kita akan berharga di mata orang lain bila bisa bermanfaat, kalau nggak bermanfaat, ya, bakalan jadi sampah masyarakat.
2. Landasan Filosofis
Bentuk eskrim yang sudah siap di makan tentunya bermacam-macam. Ada yang besar, kecil dan lain sebagainya. Kembali ke pembasan awal bahwa eskrim itu berwarna dan itu mencerminkan perbedaan. Kita hidup di Negeri yang memiliki istilah 'Bhineka tunggal ika' semua orang diberi hak untuk berbeda dengan syarat harus tetap bersatu.
Eskrim tadi banyak bedanya, tapi karena bersatu pada akhirnya terlihat begitu menggoda. Begitu juga halnya diri kita dalam menjalani hidup harus berani berbeda dengan kebanyakan orang dari mulai bersikap bertindak, tanpa berbenturan dengan aturan-aturan yang berlaku.
3. Landasan Ideal
Eskrim terlihat unik karena perbedaannya. Semuanya menjalani dan menikmati tugasnya masing-masing tanpa ada saling iri dengki apalagi tawuran. Bayangin kalo eskrim atas dengan bawah eskrim, kita anggap sarung eskrimlah iri sama yang di atas karena lidah manusia selalu mengutamakannya, mungkin kita tidak akan merasakan kelezatan justru ketakutan karena tiba-tiba eskrim bergerak sendiri, saling berdebat, saling lempar batu, benda-benda tajam haha, bayangin dulu aja.
Begitu juga dalam hidup, idealnya setiap manusia itu unik berbeda-beda. Tidak seharusnya memaksa sama antara orang baru dengan orang lama. Kita hanya perlu saling menghormati perbedaan masing-masing dan saling mengingatkan dalam kebaikkan.
4. Landasan Psikologi
Semua manusia memiliki karakternya masing-masing. Kita tak bisa memaksakan seseorang untuk satu kepala dengan kita, itu mustahil. Kecuali sejalan dengan pemikiran kita. Contohnya kita dekat dengan seseorang yang satu frekuensi dalam segi pemikiran dan tujuan, itu bagus buat ke depan. Pertahankan orang seperti itu bila sudah memdapatkannya. Tapi bila belum atau dia pergi, ya udah cari lagi.
Artinya adalah, berhentilah memaksa seseorang untuk selalu ada. Berhentilah berharap lebih kepada seseorang, dan berhentilah beranggapan bahwa semua orang itu harus sama, itu di luar kendali kita. Wong dasarnya aja udah jelas berbeda-beda memiliki karakteristiknya masing-masing. Tinggal kembali lagi dalam bersikap kita harus tetap berprikemanusiaan bukan berpriterserah.
5. Landasan budaya sosial
Setiap orang menjalani kehidupannya masing-masing, sesuai dengan apa yang di maknai kehidupan itu seperti apa. Budaya instant dalam hal apa pun di masyarakat sudah merajarela, ditambah dengan hadirnya teknologi-teknologi terbaru yang memudahkan menjalani kehidupan setiap hari. Tentunya itu menjadi bumerang dengan sendirinya, di sisi lagi berdampak positif di sisi lain juga negatif.
Akibat dari budaya instant ini melahirkan generasi-generasi muda yang cemas dalam berproses menjadi sukses. Contohnya tadi, di sarung eskrim dalamnya kosong itu menandakan awal perjuangan, setelah di atas baru ada isinya dengan berbagai kenikmatannya. Semuanya butuh proses tidak satu hari atau dua haru, tapi bertahun-tahun. Bisa saja bertumbuh cepat kalau kita sat-set dan bisa me-manage nya dari segi waktu dan lain sebagainya. Kalau tidak bisa me-manage nya akan tumbuh dengan sendirinya meskipun waktunya lumayan panjang.
Itulah beberapa hal yang gue dapatkan ketika mengkaji kue bocil yang berbentuk eskrim. Tentunya kalau dikaji lebih dalam maknanya akan lebih banyak lagi, cuman biarlah, yang penting gue sudah dapat ilmu baru.
0 Komentar