"Apa yang elo dapat ketika melihat ini?" Tanya gue kepada diri sendiri.
Gue terus mengulang pertanyaan itu, setelah mendapatkan pencerahan dicatat di buku, kemudian kembali bertanya layaknya crazy.
Tanpa gue sadari, dikejauhan kakak perempuan gue memperhatikan dalam kebingungan.
"Ngapain elo bertanya sendiri, ya udah makan aja langsung." Semprotnya sambil mengernyitkan dahi.
Menanggapi hal itu gue hanya ketawa, sambil kembali memikirkan apa yang gue dapat dari melihat jajanan ini.
Hari Ke Dua Puluh Dua, gue awali kegiatan pagi jam sepuluhan dengan bantu-bantu tetangga yang masih memiliki tali keluarga membuat 'soronoy' untuk acara pernikahan yang akan diselenggarakan Minggu depan.
"Sat-set buka tali nya dong." Ucap seseorang yang membuat gue sadar akan sat-set.
Kadang gue merasa malas bantu-bantu kayak beginian, memang bagus sih itu bukti bermasyarakat tapi kalau nggak merasa satu server dalam segi komunikasi kayak gimana gitu. Hal ini ternyata sering dialami oleh orang lain, mereka takut mau melakukan apa? Ngobrol apa? Sedangkan nggak gaul-gaul amat.
Menyikapi hal ini gue sih calm aja, kalau merasa sendirian di keramaian dan bingung mau ngapain, ya udah nikmati aja wong kalo udah selesai tinggal pulang.
Selama membuat 'soronoy' topik yang dibahas itu politik, apalagi malam kemarin baru aja debat cawapres, dibahaslah di sana dengan panjang lebar sampai selesai pekerjaam itu. Mendengar perbincangan yang berbau politik gue hanya diam, dalam hati sih ngakak lucu aja.
Di tahun politik ini di setiap mendengar obrolan orang-orang tentang politik, jujur dah gue ngakak dalam hati. Lucu aja gitu orang yang bodo amat sama politik ketika pemilu tiba-tiba peduli akan politik, ke mana-mana selalu membahas politik, padahal kemarin ke mana aja bang?
Elo mungkin bisa menilailah cara mereka ngomong politik kayak gimana. Muter-muter aja, mana nggak mau kalah lagi. Sekalinya di serang malah tutup kuping, tutup mulut dan tutup usia haha, nggaklah. Kocaklah dengarnya.
Soal kemarin-kemarin pas Pak Anies menyerang Pak Prabowo selaku menteri pertahanan banyak di kampung gue mulai dari Ibu-ibunya, bapak-bapaknya, anak-anaknya akan coblos tanggal 14 Februari 2024 haha, bukan itu. Mereka beranggapan bahwa penyerangan Pak Anies ini nggak baik karena mempermalukan di depan Publik. Lah, padahal lagi adu gagasan, wong Pak Ganjar juga sama-sama ikutan.
Mereka belum memahami atau mungkin entah karena alasan apa belum bisa membedakan antara mengkritik kebijakan dengan mengkritik secara personal. Kedua-duanya beda jangan disamaratakan. Dari hal ini gue belajar betapa pentingnya pendidikan agar tidak tenggelam oleh berita-berita yang hoaks. Ibaratnya mereka mungkin termasuk gue kayak kambing gitu yang digiring oleh media-media berita tentang ketiga paslon.
"Mau pilih nomor berapa?" Tanya mereka sama gue.
"Pilih yang mana aja dah." Jawab gue simpel.
Sebenarnya gue belum fix mau pilih yang mana, semuanya bagus cuman tentunya ada plus minus toh namanya juga manusia. Gue lagi mengkaji mana yang cocok di pilih, mereka atau si dia yah haha.
Pulang ke Rumah saking lelahnya gue tertidur dengan nyenyak, masya Allah betapa nikmatnya.
Sorenya ketika gue mau menulis tiba-tiba kakak gue minta dikerik, ya udah gue pindahin nulis abis isya aja. Eh, abis isya gue nggak nulis, tapi gue kepikiran dua hal. Pertama soal goes to school memotivasi anak SMA kelas dua belas biar semangat meneruskan kuliah. Kedua, memikirkan makna kue Cone Malow dengan kue nextar. Seru aja gitu.
Tiga jam gue habiskan dengan mikir, baru jam sepuluh nulis selesai jam satu, buset. Biarlah yang penting nulis dari pada nggak sama sekali, kan sia-sia.
0 Komentar