Aku dan Linda

Tidak Konsisten

"Ada satu hal yang kamu lupakan hari ini As," kata seseorang di sebrang sana. Otomatis gue langsung bingung. Memikirkan kata yang diucapkan dia tadi.

"Hm...lupa apa yah lind?" Akhirnya kata itulah yang keluar dari mulut gue, bukan telinga yah. setelah sedari tadi bingung memikirkan.
"Koreksi dulu deh," Buset! Dia nyuruh gue buat mikir yang kedua kalinya lagi. Dasar Linda! Maki gue dalam hati.

"Bentar, mau tanya dulu ke nyamuk," kata gue konyol.
"Hehehe, terus jawabannya apa?" Tanya dia setelah memberi jeda dua detik buat gue nanya sama nyamuk.

"Ngiiiiiiiing,"
"Hehehe, kamu itu aneh As. Wong itu nyamuk, buat apa ditanya."
"Biarinlah, kan nggak ada yang larang." Balas gue santai. 

Ia diam sejenak, entah sedang melakukan rutinitas apa. Sebagian pikiran gue menyatakan dia lagi berenang, sebagian lagi menyatakan, dia lagi makan kiko. Entahlah, buat apa memperidiksi, lebih baik memikirkan dia yang sedang senyum dengan gombalan maut yang akan gue keluarkan nanti.

"Linda..." Panggil gue pelan, padahal aslinya ingin ngebentak. Iyah ngebentak, kenapa sedari tadi nggak ada respon. But no worrie! Gue bukan tipe cowok yang pemarah kok.

"Eh, iyah. Maaf, tadi ada bunda manggil."
"Ok, aku kira tadi kamu lagi menatap bintang di atas lagit."
"Hm...nggak tuh, aku kan lagi di dalam kamar. so, nggak bisa lihat bintang."
"Ya udah, bayangin lagi lihat bintang bersamaku saja. Gimana?"
"Maaf nggak mau As,"
"Kenapa nggak mau?" Tanya gue penasaran.
"Itu namanya berhalu, yang realita saja nanti," ucapnya dengan yakin. 
"Amin." Kata gue mengamini.

Hening kembali.

Tiba-tiba sambungan telephonnya terputus. Duh! What happened? Kata gue dalam hati. Ternyata sinyalnya lemot. Haduh! Ganggu orang yang lagi bermesraan saja nih sinyal. Gue kembali nelephone linda setelah sinyalnya normal, tapi sayang ada kendala yang membuat emosi gue memuncak. 

Apakah itu?

HP GUE MATI! Kenapa sih matinya mendadak kayak begini. Terkesan so sweat tahu, hehehe. Akhirnya gue cash hp dan pergi ke kamar untuk baring. Jam di dinding, menunjukkan pukul sepuluh malam, waktunya shalat hajat dulu baru tidur nih. 

Sebelum gue ke kamar mandi buat ngambil wudhu, gue buka tas sekolah dulu karena besok gue harus mengumpulkan tugas semua mata pelajaran yang telah diberikan oleh Guru di grup kelas.

Deg! Gue terkejut ketika membuka buku matematika, ternyata gue belum mengerjakan. Ditambah tugas dari pelajaran yang lain juga belum, gimana ini? Gimana? Spiderman! Bantu gue! Keluh gue kepada spiderman. Tapi sayang, dia tak kunjung datang.

Setelah gue buka beberapa buku pelajaran yang lain, ternyata bukan hanya tugas matematika yang belum gue kerjakan, ada beberapa mata pelajaran yang belum gue kerjakan juga. Diantaranya: Biologi, sejarah, B. Inggris, dan yang paling banyak, B. Arab. Duh! Gue harus ngebut nih, jangan sampai besok nanti, gue absen gara-gara  nggak mengerjakan tugas.


                            ...  .... ...


"Kenapa kamu nggak ngerjakan tugas dari ibu," Kata bu Nika, dengan tutur bahasanya yang lembut. Ia memang terkenal seorang guru yang baik, tapi sayang ia memegang pelajaran Matematika, makannya gue nggak terlalu memfavoritkan.
"Saya lupa bu," kata gue beralasan. Biasa, seorang pelajar memang sering mengatakan seperti ini, jika tak mengerjakan tugas. Padahal gue sadar, ini tak baik dilakukan.

"Kamu bukan lupa, tapi pura-pura lupa," 
"Hm...iya bu, saya terlalu berleha-leha." Akhirnya gue jujur. Toh, tak baik berbohong kepada seorang guru makannya lebih baik gue jujur saja. 

Memang gue merasa bersalah banget sih nggak mengerjakan tugas ini. Soalnya, rasa lazy gue naik drastis banget deh awal-awal ini. Sebenaranya semalam masih ada kesempan buat mengerjakan tapi karena ada serangan ngantuk yang mendadak, akhirnya gue tertidur dengan nikmatnya tanpa memikirkan tugas yang  belum beres. Termasuk tugas yang lain, hehehe.

"Ya udah, kamu kerjakan dulu gih. Ibu tunggu di kantor yah, kasihan tuh teman-teman kamu menunggu dibelakang," Kata bu Nika akhirnya, setelah melihat barisan dibelakang gue semakin memanjang kayak kereta laut. Eh, kereta api yah hehehe.

"All right." Jawab gue sambil tersenyum.


Gue nggak mengerjakam tugas matematika di kelas, melainkan di perpus. Coba elo pikir, gimana gue bisa fokus mengerjakan tugas ditengah riuhan teman-teman yang lain. Ada yang lagi ketawa dengan keras, sehingga membuat gue gagal fokus. Ada yang lagi nangis saja karena belum beres mengerjakan tugas (kayak gue) ada juga yang lagi enak ngupil dengan nikmatnya. Pokoknya bermacam-macam banget deh.

Makannya gue cari alternative yang lain, mengerjakan tugas di tempat yang sepi, tiada penghuninya selain gue dan penjaga perpus. Yups, lebih tepatnya di perpus.

Di dalam perpus, gue nggak live ngerjakan tugas, gue hanya merenung memikirkan perubahan yang terjadi dalam diri gue awal-awal ini. Dulu, gue nggak pernah telat sekalipun mengumpulkan tugas, lantas kenapa sekarang bisa terjadi? Apakah ini ada kaitannya dengan hubungan gue sama si linda? Ya, mungkin ini salah satu sebabnya. Lantas, gue harus bagaimana yah menyikapi semua ini? Lagian gue cuman temenan doang kok. Gimana yah? Ya wes, take it easy, it's going to be okay. Kata gue dalam hati.

"Hei!" Kata seseorang mengagetkan.
"Astgfirullah!" Kata gue setengah terkejut!
"Jangan melamun, nanti kerasukan loh,"    kata seseorang yang tadi mengagetkan, tak lain si Linda. 
"Siapa yang lagi melamun, wong lagi merenung," sergah gue nggak terima.
"Oh gitu, emang lagi merenung apa?" Tanya dia akirnya.
"Hm... masa depan kita bersama." Canda gue akhirnya.

Ia terkejut ketika mendengarnya. "Astagfirullahaladzim!" Lalu tersenyum kembali. Raut muka nya yang bersemu merah jangan ditanya lagi. Dia sudah kayak kepiting rebus deh.

"Tumben kamu ke perpus, sendiri lagi. Biasanya berdua sama si indri?" Tanya gue mengarahkan ke topik yang lain.

"Biasa, setor buku. Oh, si indri lagi sibuk ngerjakan tugas yang belum Makannya aku sendirian ke sini nya."

Inspirasi buat ngegombal, hadir begitu saja dalam kepala gue, ketika dia mengatakan sendiri. "Tapi sekarang kamu nggak sendiri kok, tahu nggak kenapa?" Tanya gue memancing. biar dia penasaran.

 Tapi sayang, dia nggak penasaran. Terlihat di raut wajahnya, dia bisa membaca pikiran gue. "Karena ada kamu," jawabnya sambil tersenyum. 

Ia diam sejenak, lalu melanjutkan "Eh, aku boleh nanya nggak?"
"Yes, pleasure darlin," kata gue dalam logat inggris, yang masih belum sempurna.

"Btw, semalam kenapa sambungan telephonnya mati, pas aku telphone nggak bisa lagi. Kenapa?  kamu ada kesibukkan?"

"Oh itu, semalam sinyalya turun drastis. Pas aku mau telephone lagi, eh hp-nya lowbat."  

"Kirain ada kesibukkan, aku khawatir saja takut ada apa-apa. Syukurlah kalau begitu."

"Take it easy, aku baik-baik saja. Cuman akhir-akhir ini aku disibukkan sama beberaal kendala nih."

"Hm... sibuk apa saja nih,?" Goda dia.

"Sibuk mikirin tugas, dan sibuk mikirin kamu," 

"Hehehe, tugas boleh dipikirkan, kalau aku jangan deh,"

Sontak! Gue bertanya kenapa nggak boleh yah? Dia kan masih single. So, free dong mikirin. Tapi gue tetap santai, toh siapa tahu dia hanya Becanda. Ingat! Tidak boleh jadi lelaki yang over protektive. 

"Emangnya kenapa? Ada yanga larang?" Tanya gue dengan polos.
"Nothing. Takut terlalu nyaman, tapi ending-nya tak bersama-sama ke pelaminan." Dengan senyum.

Deg! Apa?! Pelaminan ndasnya? No baper, no baper deh. Take it easy. Pikir gue dalam hati.

"Oh, poor thing," balas gue dengan senyum kembali.

Suasana perpus hening sejenak, kami kembali tenggelam dalam pikiran masing-masing. Gue fokus kepada tugas yang belum juga beres, sedangkan si linda sedari tadi hanya diam mematung. Entah lagi mikirin apa, mungkin dia lagi memikirkan masa depan bersama gue lagi hehehe, ingat! Hanya level mungkin, no more no less!

"Eh kalian!" Kata seseorang mengagetkan kami. "sedang apa kalian, kok sama-sama diam." Lanjutnya lagi.

"Eh, pak. Nggak kami..."
"Lagi diskusi tentang buku ini nih," potong linda, sambil memamerkam buku novel ditangannya, kepada pak Hikam selaku penjaga perpus. Ya, itulah pak Hikam salah satu penjaga perpus yang misterius, karena sering hadir secara tiba-tiba.

"Oh, novel Burlian, novel yang bagus juga tuh," Nilanya setelah tadi membaca judulnya.

"Iyah, ya udah linda pamit dulu pak," pamit linda kepada pak Hikam. Eh bentar, kenapa dia terburu-buru amat yah?

"Lah, terburu-buru amat. Emang nya
udah beres diskusinya?" Tanya pak hikam memastikan.

"Alhamdulillah sudah pak. Lagian, As'ari nya mau mengisi tugas dulu katanya, ya udah Assaalamualaikum," ucapnya, sambil mencium punggung tangan pak Hikam. Kepada gue? Nggaklah, nanti saja setelah sah jadi pasangan suami istri yang halal. Hehehe....

"Waalaikumsalam." Balas kami bersamaan.

Selepas linda pergi dari ruangan, pak Hikam menggoda gue. Ups! Pak! Gue bukan cewek tapi cowok.

"Cie... kayaknya ada yang ehm nih," godanya, sambil tersenyum jahil dan membuat gue salting banget deh.

"Eh, nggak pak. Take it easy cuman teman doang. No more, no less." Jawab gue calm, padahal aslinya deg-degan banget.

"Temen atau pacar nih," goda dia lagi. Sumpah deh, gue rasanya pingin lemparain nih buku kepada mukanya. Tapi gue sadar, itu tindakan yang buruk banget! Terus gue harus bagaimana yah? Take it easy. Walaupun aslinya nggak.

Baru saja gue mau jawab, hanphone yang berada di saku celana pak Hikam berdering. Asik! Free nih gue dari godaannya. Girang gue dalam hati.

Benar saja, ia pergi meninggalakan gue setelah tadi bilang, "Bapak pergi dulu, By," dan gue juga balas " By too."

Hening. Kembali suasana menjadi hening. Tak ada suara nyamuk yang mengganggu gue buat berpikir untuk mengerjakan tugas plus memikirkan si linda cantik itu, hehehe. Eh, satu lagi gue juga lagi memikirkan perubahan yang sedang gue alami. Yaitu: tidak konsistennya gue dalam mengatur waktu untuk belajar dan pacaran. Lantas gue harus bagaimana? Entahlah, ini tugas yang harus gue pecahkan.


Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement