"Co, elo bagian tilawah yah pas acara milad?" Pesan WA dari Salma di malam hari.
"Yeah, emang kenapa Sal?" Tanya gue balik.
"Tadi divisi acara kan kumpulan, nunjuk gue buat yang bacain artinya."
"Cakep, bukannya si Filsa Sal?"
"Bukan. Emang kenapa Co kalo mau sama Filsa nggak apa-apa."
"Gue sih free sama siapa aja, apalagi sama elo wkwk. Tapi elo emang cocok sih baca artinya, karena elo berarti di hidup si dia."
"Si dia siapa, Co?"
"Gue sendiri sih wkwk."
"Bisa bae lo."
Sebenarnya gue terkejut dengan perubahan ini, nggak nyangka aja gitu. Mimpi apa gue kemarin malam, bisa berdampingan berdua di panggung bersama bidadari wkwk. Iyah, bidadari di film azab. Elo tahu kenapa bukan bidadari syurga? Karena posisi dia masih hidup Co. Kan ngegombal juga harus logis nggak ngawang-ngawang.
"Abis ini giliran kita naik panggung, Co?" Kata Salma khawatir.
"Elo geter nggak?"
"Banget, Co,"
"Calm aja Sal, pengalaman."
"Siaap."
Dan kami pun ke panggung, dengan perasaan dag-dig-dug. Geter banget Co. Lihat audiens geter, duduk geter, pegang mic geter, perhatikan si dia juga geter wkwk. Tapi Alhamdulillahnya kami diberi kelancaran tanpa ada kendala yang lain.
Selesai acara gue nggak ada inspirasi buat nulis di blog, bukan karena nggak ada waktu atau foto-foto acara masih di proses oleh divisi dokumentasi, melainkan nggak mau aja gitu.
Setelah tiga hari pasca acara milad gue melihat Salma buat SW "Thanking yourself is also important" sederhananya sih berterima kasih kepada dirimu sendiri itu penting. Gue kaji lagi tuh kalimat berkali-kali sampai bercabang biar mempunyai beberapa persepsi, kalo udah bercabang ya biarin kan udah berkembang.
Gue mematikan data dan fokus membaca novel filsafat Dunia Sophie karya Justin Garder, lama gue membaca pikiran gue galfok terus, ya, gimana nggak galfok coba kalo tentang si dia menari-nari dipikiranku wkwk.
Kalimat thanking yourself berputar-putar aja tuh, menghasilkan beberapa insipirasi-inspirasi buat gue tulis. Geram dong gue berada di posisi ini akhirnya gue perjelas aja.
"Ngapain sih! Elo sampai kepikiran Co? Posisinya lagi baca buku nih."
"Entahlah, tapi bagus loh buat bahan tulisan judulnya soal cinta kepada diri sendiri, kan banyak yah orang-orang yang tidak mengapresiasi diri ketika sudah melakukan sesuatu, padahal itu penting buat perkembangan selanjutnya."
"Usulan yang rasional. Ya udah nanti kita gas!"
"Kenapa nggak sekarang, Co?"
"Gue lagi banyak tugas, Co. Ini buku novel aja sudah deadline."
"Terserah elo dah!"
Gue sering tuh baca-baca perihal psikologi, di buku-buku atau di channel you tube, lumayanlah buat edukasi yah. Menurut pakar psikologi, bila kita ingin berhenti melakukan kegiatan yang tidak baik, maka hadiahilah diri kita bila tidak melakukan hal itu.
Misal gue sering main game online lima jam sehari, gue ingin mengubah kan. Terus gue kurangi tuh waktu main game dua jam selama tiga hari, dan berhasil. Maka gue harus memberi hadiah karena sudah mencapai hal itu agar lahir kebanggaan dalam diri untuk tidak melakukan hal itu lagi.
Kadang kita menganggap sepele bila mencapai sesuatu, padahal itu berefek banget. Gue sependapat dengan apa yang dilakulan Salma dan tak lupa mengapresiasi juga, karena yang pertama berarti dia membuka peluang buat terus memperbaiki diri, kedua adalah secara langsung menginspirasi gue dengan kalimat tersebut.
Dalam persepektif psikologi melakukan self love akan ada feed back bagi diri kita, diantaranya.
1. Bentuk menghargai diri
Nggak apa-apa di mata orang lain nggak berharga, di mataku kau berharga kok wkwk. Bila kita ingin dihargai oleh orang lain, maka hargai dulu orang lain. Dan sebelum menghargai orang lain, ya, hargai dulu diri kita. (Muter amat yah?) Dengan kita mengargai diri akan ada kebahagian tuh dan menambah kepercayaan diri.
2. Menambah kepercayaan diri
Kita akan berani melakukan sesuatu hal lagi apabila dulu sudah pernah melakukan, tahu caranya atau percaya diri aja gitu. Panji Prgiwaksono pernah berkata bahwa percaya diri itu kunci segala-galanya. Percuma pinter, berprestasi di sekolah atau kampus tapi hasil nyontek. Di mana kepercayaan dirimu wahai kisana? Dengan percaya diri kita akan membuka diri kepada hal-hal baru meskipun jalannya terjal, berbatu, dan membahayakan di awal.
3. Ada dorongan untuk upgrade diri
Orang yang berharga kan pastinya punya nilai yah, ditambah dia percaya diri lagi, bisa dipastikan akan ada dorongan dalam diri untuk meng-upgrade diri menjadi lebih lagi. Dalam posisi ini sedang dalam fase butuh-butuhnya effort dari patner, teman, keluarga, atau masyarakat. Nah, kalo patner nggak punya, teman biasa aja, keluarga nggak, masyarakat apalagi, gimana nih? Effort dari diri sendiri juga cukup bahkan bagus.
Seorang pakar otak yang bernama Jim Kwik pernah berkata dalam channel you tube-nya bahwa:
Telur yang pecah dari dalam itu menandakan awal kehidupan. Sedangkan telur yang pecah dari luar itu menandakan akhir kehidupan.
Artinya motivasi dan effort dari dalam diri penting banget karena itu menandakan awal kehidupan untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan bila pecah dari luar (entah karena terjatuh atau tersesat dan tak tahu arah jalan pulang... aku tanpa butiran debu wkwk) berarti hancur sudah.
Kalau orang lain biasanya memberi effort kepada kita, tiba-tiba besoknya nggak. Lalu kita terkejut, terperanjat, dan kejang-kejang. Efeknya mager melakukan hal itu, ini yang berbahaya. Bagusnya sih luar - dalam dapat effort biar pas jalannya nyelip sana sini sat set.
Dalam persepektif agama self love juga harus. Karena kita adalah manusia yang diciptakan sempurna. Tujuan kita dicipatkan yaitu untuk beribah dan menjadi seorang khalifah di bumi.
Beribadah itu harus dengan ilmu nggak asal aja. Dan menjadi seorang khalifah itu harus tegas, berwibawa dan bisa memimpin dengan baik. Bagaimana bisa memimpin dengan baik seandainya value diri nggak ada dan kepercayaan diri juga kurang, mau mimpin apa?
Di sinilah pentingnya kita sadar diri dengan segala kekurangan diri, bukan malah mencari validasi apalagi menyalahkan Tuhan. Padahal kita sudah diberikan oleh-nya akal untuk berpikir mana jalan yang baik dan mana jalan yang tidak baik.
Ada pepatah mengatakan bahwa, kenali dulu dirimu maka kamu akan tahu siapa Tuhanmu. Itu benar memang, karena dengan mengenali diri secara mendalam dan mensyukuri pencapaian-pencapain yang telah diberikan oleh-Nya kita akan lebih bahagia dalam konteks universal.
0 Komentar