Hari Ke Lima Puluh Lima Ngampus

"Buset dah, soalnya banyak anaknya banget nih."

"Sabar ya guys, kita kerjain aja."

Itulah keluh-kesah di grup kemarin ketika diberi soal UAS filsafat yang janjinya di kirim pukul lima shubuh, jadinya pukul delapan pagi. Sontak! Teman-teman gue pada kaget, karena bentrok dengan jadwal ngambil almet. Bagi gue sih seperti biasa, santai aja dah.

Gue lihat soal-soalnya siapa tahu susah, etdah ternyata menantang kreatitifitas banget. Bila dibandingkan soal UTS dengan UAS ini lebih baik gue pilih soal UAS dah, soalnya menantang kreatifitas sedangkan soal UTS mematikan kreatifitas. Mengapa gue berpikir demikian? Pas UTS itu kita disuruh mencari data-data perihal PNF dari para ahli, tidak ada ruang buat mengutarakan pendapat kita, jadi gue berpikirin ini mematikan kreatifitas. Mana kalau pakai pendapat sendiri nilainya kecil lagi, yeah begitulah.

Percayalah pada jawaban sendiri

Itulah kalimat yang tercantum di sana, dan elo tahu itu membuat gue ngakak kegirangan mendapat tantangan kayak begini. Ibaratnya gue dikasih masalah buat diselesaikan sendiri. 

Berikut gue paparkan jawaban-jawaban soal UAS. 

 1. Setiap Negara memiki filsafat pendidikan yang berakar pada budaya bangsanya masing-masing, Indonesia tentu filsafat pancasila sebagai filosofi hidupnya dan menjadi dasar bagi penyelenggaraan pendidikan nasional. 

a. Saudara jelaskan pandangan antroposentris tentang manusia.
b. Suadara juga jelaskan pandangan naturalsentris tentang manusia.
c. Jelaskan pikiran anda bagaimana pancasila memandang manusia.

Gue jawab kan sesuai dengan kemampuan aja gitu, untuk pengertian antroposentris, naturalsentris gue cari dulu di goagle tanpa ada niatan lebih buat copypaste. Gue percaya bisa berkreatifitas tanpa copypaste, begitulah isi pikiran gue pada saat itu.

a. Antroposentris. Manusia adalah pusat sistem kehidupan, sebagaimana kita ketahui bahwa diciptakannya manusia ke Bumi salah satunya adalah untuk menjadi seorang khalifah dalam mengelola kehidupan. Menurut Justin Garder dalam sebuah buku Novelnya Dunia Shopie yang saya baca, mengatakan bahwa, kita dilahirkan ke dunia ini untuk memberikan makna atau nama-nama. Contohnya kura-kura, kucing, buaya, dia tidak akan bernama demikian bila tidak ada yang memberi nama. Dan dia tidak akan bermakna bila tidak ada manusia. Artinya, Justin Garder secara langsung menyatakan bahwa kita ini sebagai antroposentris. 

Tapi sayangnya kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya itu sebagai pusat kehidupan, atau sebagai khalifah bagi lingkungannya minimal bagi dirinya sendiri. Karena kepincangan ini akhirnya banyak manusia-manusia yang hidup asal hidup, tidak mempunyai tujuan. Alih-alih menjaga lingkungan sekitar agar tidak terjadi bencana alam, ini santai aja. Dan terbentuklah menjadi manusia yang egois. Padahal kalau manusia sadar bahwa dirinya sebagai pusat kehidupan, tindak-tanduknya dalam melakukan sesuatu tidak berdasarkan nafsu belaka, melainkan berdasarkan penalaran pemikiran yang rasional.

b. Naturalsentris, arti sederhananya manusia itu murni diciptakan dari bumi ini, yang dalam pandangan kita terbuat dari tanah. Bila manusia sadar bahwa dirinya dari tanah nggak bakalan tinggi hati, malahan rendah hati. Dan hidupnya akan selaras dengan alam. Para filsuf yunani yang beraliran stoitisme sering menyampaikan bahwa, kita harus menjalani hidup selaras dengan alam, karena bagaimana pun juga alam lebih dulu diciptakan kebanding manusia. Maka sudah sepatutnya belajar dari alam. Seperti soal kesabaran menunggu proses sukses dan lain sebagainya. Jadi pada intinya, harus mempunyai sifat murni menjalani hidup seperti halnya alam yang tidak pernah buru-buru tapi semuanya tercapai.

c. Pancasila memandang manusia itu sebagai makhluk yang beradab. Dalam point kedua tercantum kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya bila kita korelasikan antara antroposentris dan naturalisentris maka akan terciptalah manusia yang adil dan beradab. Bila kedua kalimat ini sudah tertanam kuat di dalam hati masyarakatnya maka point pertama, ketuhanan yang maha esa, point ketiga, persatuan indonesia dan point selanjutnya akan terpenuhi secara otomatis. Mengapa? Karena inti pusat ini, adil dan beradab. Bila pada dirinya sendiri sudah adil dan beradab, bisa dipastikan kepada orang lain akan sama. 

 2. Pendidikan non formal mempunyai peran yang penting dalam membangun sumber daya manusia indonesia.

a. Saudara jelaskan 3 peran PNF dalam kaitannya dengan Sekolah, yaitu sebagai: 1. Suplemen, 2. Komplemen, 3. Subtitusi.
b. PNF juga memiliki peran penting untuk mengentaskan kemiskinan yaitu melalui program kecakapan hidup. Jelaskan bagaimana program ini dapat mengentaskan kemiskinan di pedesaan?

A. Tiga peran PNF

a. Sebagai suplemen atau melengkapi dari pendidikan formal yang masih bolong-bolong. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses pembelajaran di sekolah masih banyak yang belum sempurna hal ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya: kurangnya perhatian guru terhadap peserta didik, kualitas guru yang belum sempurna, pihak sekolah yang tidak memberi ruang kepada peserta didik untuk mengasah minat dan bakatnya dalam hal yang dia kuasai. Maka pnf hadir sebagai suplemen kekurangan itu.

b. Komplemen, di pnf tidak ada perbedaan antara peserta didik yang pintar dan bodoh, semuanya sama-sama pintar dan unik, cuman pihak sekolahnya saja yang tidak memberi ruang untuk mengetahui dan berekpresi sesuai kemampuannya tanpa dihalang-halangi oleh kompetensi sains saja. Peserta didik sekolah paket mempunyai hak yang sama seperti sekolah di pendidikan formal. 

c. Subtitusi, sistem pembelajaran dan kurikulum di pnf itu fkeksibel tergantung dari kesepakatan antara pihak pnf dengan peserta didik. Berbeda dengan di Sekolah. 

B. Peran PNF mengentaskan kemiskinan

Program kecakapan hidup dapat menjadi solusi bagi pedesaan yang mengalami kemiskinan. Dengan cara, dicari tahu dulu apa potensi besar di desa tersebut yang dapat diolah, bila banyak sawahnya maka dijadikan pertanian, bila pegunungan maka bisa dijadikan wisata atau lainnya. Bila sudah mengetahui potensi besar tersebut, maka langkah selanjutnya adalah diselenggarakan pelatihan-pelatihan agar masyarakat tersebut paham apa yang harus dilakukan. 

 3. PNF memiliki karakteristik yang khas yang membedakan dengan pendidikan formal dan informal. 

a. Sebutkan dan jelaskan 7 karakteristik PNF
b. Bandingkan 7 karakteristik PNF yang anda sebutkan itu dengan karakteristik Sekolah, apa yang berbeda dan apa yang sama.

a. Karakteristik PNF diantaranya: Fleksibel kurikulumnya, waktunya, dan pembelajarannya. Tidak memaksa, menambah, mengganti dan melengkapi. 

b. Perbedaannya: PNF fleksibel waktunya sedangkan PIF fleksibel tapi tidak ada kesepakatan. PNF ada sasarannya dari pemerintah sedangkan PIF tidak ada. PNF melengkapi kekurangan peserta didik sedangkan PIF mensupport.

Pada bagian ini gue baru sekarang ternyata ada kekeliruan, anjay juga. Tetapi gue memaklumi sih karena pada saat itu waktunya sebentar lagi dan gue mengukur-ngukur sisa waktu bentar lagi sedangkan point nomor lima lumayan panjang nih. Biarlah salah, lain kali gue harus lebih teliti lagi agar si dia tidak pergi ke lain hati haha, anjay juga. 

Foto bareng Dohri & Mirza
 4. Program PNF dibuat berkaitan dengan kebutuhan masyarakat (masih panjang, gue skeap aja dah).

a. Sebutkan dan jelaskan 5 program PNF lengkap dengan sasaran pendidikannya. 
b. Anda pergi ke Baduy dengan kondisi pemudanya tidak bersekolah, buta huruf, tidak bisa mengelola hasil Bumi dan ekonominya miskin. Tapi di Desa itu mempunyai kekayaan singkong, Ubi dan Pisang yang sering mereka jual mentah dengan harga murah karena miskin keterampilan. Buatlah perencanaan program pendidikan di atas!

A. Program-program 

a. Kecakapan hidup, keterampilan kerja, pelatihan-pelatihan, kursus, dan TBM. 

b. Sasarannya adalah untuk orang dewasa dan orang tua bisa pelatihan, kursus, keterampilan kerja. Sedangkan bagi anak-anak itu TBM dan keterampilan. 

B. Solusi di Baduy

Potensi di Baduy sudah diketahui bahwa bertani tetapi kekurangannya adalah tidak bisa membaca dan tidak terampil dalam mengelola itu. Dalam kecamata saya ada dua solusi, pertama bila posisi kita sebagai mahasiswa selenggarakan penyuluhan untuk mengedukasi tanpa menggurui. Seperti yang dilakukan dulu oleh para walisongo melalui wayang. Kita utamakan budayanya bukan orangnya. Misal budaya di sana berkebun, maka kita ikut berkebun dengan dua orang atau satu orang setempat yang berpengaruh di sana, kita ajak diskusi dan berikan pertimbangan seandainya ada pelatihan keterampilan mengelola hasil bumi yang hasilnya melambung tinggi pasti kampung akan sejahtera. 

Atau bila posisi kita sudah bukan mahasiswa lagi, berkolaborasi dengan organisasi atau pihak yang mempunyi misi yang sama untuk mendirikan PKBM atas izin dari pihak mereka tentunya. Kedua, buat mereka nyaman dengan mengikuti belajar keaksaraan fungsional. Ketiga, motivasi atau pengaruhi mereka dengan pertimbangan seandainya bisa mengelola pasti akan sejahtera dan lain sebagainya. Keempat, laksanakan pelatihan keterampilan membuat keripik, atau pisang goreng yang hasilnya tentu lebih tinggi dibanding dijual mentah. 

Soal nomor lima menurut gue menantang kreatifitas bat dah, ai andai sekiranya waktu tidak kepepet gue mungkin akan menjawab dengan panjang. Tapi biarlah, gue sudah sangat puas sekali terhadap soal-soal UAS yang menantang kreatifitas ini, meskipun nggak ada jaminan semuanya benar, yang penting nggak copypaste dan gue puas mengutarakan gagasan sesuai kemampun, itu cukup banget.

Selesai mengerjakan soal UAS, gue tadinya mau OTW ke kampus utama Untirta untuk mengambil almet, tapi nggak jadi karena gue malas kaki panas bat dah. Di grup angkatan yang lain sudah rame berangkat bareng, gue tanggapi dengan santai aja dah nggak apa-apa berangkat sendiri, di sana sendiri, dan pulang sendiri lagi, yang penting gue tetap happy. 

Gue berangkat jam satu siang, matahari panas bat dah membuat kulit gue makin hitam aja. Pas di dalam Bis gue melihat ada kutipan quotes yang menarik di saat itulah lahir inspirasi buat menulis. 

Kita punya kendala, tapi Allah punya kendali. Yakinlah bila Allah sudah ikut andil, maka semua itu tidak ada yang mustahil.

Demikianlah kutipan quotes yang tercantum di mobil Bis. Perjalanan ke kampus, sambil di iringi lagu dibatas kota ini karya Tomy J Pisa sukses membuat pikiranku menari-nari akan masa lalu dan masa depan.

Betapa cepat masa kecil lewat, tergantikan oleh usia dewasa yang menuntut untuk tertawa haha-hihi di tengah orang oran-orang yang tak berani mengungkapkan perihal perasaan kehidupan. Entah itu suka atau bahkan duka.

Baros, 20 - 12 - 2023.

Datang di kampus gue ketemu kating yang ternyata belum Pulang, pas gue mau ke bagian antrian ngambil almet dikejauhan melihat teman-teman angkatan dan para kating sedang pada kumpulan, gue tebak pasti sedang bahas permira. Ya udah gue ambil almet dulu, baru setelah itu ikut gabung.

"Ada yang mau bertanya atau menyampaikan aspirasinya kepada Calon Presma dan Calon Wakil Presma?" 

Semuanya diam, gue juga diam karena baru ikut gabung. Mata teman angkatan dan sebagian kating tertuju kepada gue buat speak up, dalam hati gue ngakak, anjay juga nih baru datang gue disuruh speak up. Tanpa mikir panjang gue angkat tangan, bodo amatlah yang pentung Pede dulu nggak sih.

Bergaya memakai almet baru katanya
"Literasi kampus yang saya perhatikan itu masih kurang, apa sih program yang akan ditawarkan oleh aa? Dan, banyak isu-isu yang tidak pernah dikaji dengan serius di kampus kita ini, dan parahnya ada semacam sekat antara Bem Universitas dengan Bem Fakultas soal kajian ini, contohnya kemarin Bem Universitas menyelenggarakan acara edukasi bersama KPU hanya segelintir anak Untirta yang hadir bahkan yang tahu, apa program aa untuk mengatasi hal ini agar kita selaras tidak ada sekat?" Kurang lebih itu pertanyaan gue.

Jawaban dari Capres dan Wapres ini lumayan sih kata gue mah. Untuk literasi mereka memang meng-iyakan masih minim, maka dari itu mereka mengusung satu program festival kebudayaan atau sejenisnya, gue lupa lagi nih wkwk. Dan soal mengkaji isu-isu gue kembali di iyakan, anjay juga. Mereka menyadari bahwa memang ada kepincangan maka dari itu program ini belum beres dirancang paling malam ini katanya. 

Gue kembali lagi perihal aspirasi mahasiswa yang kadang tidak tersampaikan. Memang kalau mengacu pada garis teritorial organisasi dari Hmj dulu, lalu dibawa ke Bem Fakuktas, baru ke Bem Universitas. Cuman karena sering ada keterhambatan, mereka akan mengusung program yang mudah dan efesien, entah itu dalam bentuk media apa, mereka sedang merancang. 
Foto bareng lintang, Jihan dan Eva
Terakhir yang menyampaikan aspirasi yang selama ini dipendam bahwa dua tahun terakhir presma untirta sering di undang adu gagasan oleh Rumah Dunia dan sayangnya tidak datang, entah karena ciut atau takut. Bila kesempatan itu ada lagi, apakah aa bisa hadir adu gagasan dengan presma UIN agar kami yang menonton tidak kecewa dan menganggap bahwa presma itu hanya simbol doang? 

Dari Wapres terkesan menolak bahwa bukan saatnya adu gagasan melainkan berkolaborasi membangun Banten. Tapi dari Presmanya sendiri jawabnya singkat, kabari saja nanti saya akan datang. Buset dah. 

Sebelum pulang, gue diajak ngopi besok di Fkip bersama Wapres, siapa coba yang nggak mau bicara soal gagasan? Ngiler gue dah. Cuman gue nggak bisa, karena terhalang oleh beberapa hal terutama ongkos sih wkwk. 

Gue nggak nyangka bat dah si dia ternyata ada, akhirnya gue bisa melihat senyum manisnya lagi dan meredam kerinduan-kerunduan yang tersimpan di lubuk hati terdalam. Haha anjay juga. Ini adalah hari terakhir ngampus, saatnya liburan. Meskipun merindukannya entah kapan libur wkwk. 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement