Libur Semester di Depan Mata

Kampus utama untirta sindangsari
"Libur semester elo mau ke mana Co, lumayan tuh satu bulan lebih?" Tanya Sherlly setelah mengambil almet.

"Gue inginnya full belajar di Rumah. Tanpa ada yang mengganggu, seperti halnya Albert Einsten atau William James yang melakukan banyak eksperiment."

"Konyol. Jadi elo masih mempunyai pemikiran percuma healing kalau masih overthingking, nambah ingin, dan mager belajar." 

"Yeah, lebih dari itu. Elo tahu sher menara di sana yang terlihat indah dan cantik. Dia terbentuk karena proses yang terus menerus tanpa henti, istirahat sejenak lanjut lagi, hasilnya lihat... begitu memukau." 

Kami diam, memperhatikan bangunan tersebut. Sambil membayangkan betapa kuatnya mental dan fisik para kuli membangunnya di tengah teriknya matahari. 

"Dan setelah selesai dibangun, akhirnya mereka bisa bebas ke mana pun yang di mau tanpa menyesali apa yang telah mereka buat." Tambah Sherlly mulai memahami ke mana pikiran gue. 

"Yeah, kadang dalam membangun masa depan kita kalah oleh kuli bangunan, yang tidak pernah berpikir instant dalam membangun, tapi semuanya selesai dengan sempurna." 

"Eh, itu pacar gue udah datang, elo mau nebeng bareng nggak?" 

"Nggaklah, gue mau nyantai bentar. Duluan aja."

"Okay." Sambil lari.

Di dalam mobil gue lihat, Andri melambaikan tangan pamitan, yeah dia tidak masuk ke dalam kampus karena Satpam di kampus utama Untirta ketat bat dah  buat yang membawa kendaraan. 

Liburan, mungkin yang lain sudah merencanakan mau ke mana jauh-jauh hari. Tujuannya adalah untuk refresh pikiran karena pas jam sibuk kuliah sibuk mikirin tugas. Lain halnya gue, bukannya mau liburan atau healing, gue ingin menjadikan waktu liburan semester fokus belajar banyak hal. Meskipun yeah itu mustahil.

Gue kadang mikir, kenapa yah setiap hari digempur terus untuk belajar dan belajar, kalau nggak belajar minimal tidurlah wkwk. Ibu gue sering bingung melihat gue setiap hari kayak sibuk nugas, lah, padahal jangankan ibu gue yang bingung, gue juga yang sedang nugas bingung melakukannya, tapi seru sih. 

Ada beberapa hal yang membuat gue ingin full belajar pas liburan, diantaranya:

 1. Masih banyak tugas

Ada beberapa tugas yang gue buat buat dan itu membuat gue lumayan berat sih wkwk. Contohnya mencari tahu soal mengapa harus gotong royong, kenapa nggak gotong bareng-bareng, belum selesai digarap. Mengapa gue bisa menyukai si dia wkwk, ini belum selesai. Beberapa review buku-buku, lagu-lagu dan lain sebagainya masih banyak bat dah. Gue nggak terbebani sih, wong gue yang buat toh, gue yang berkuasa dong. Cuman gue target sih semuanya pokoknya harus selesai kapan pun itu. Makin banyak gue bebani di list tugas yang tentunya tak tertulis, gue makin senang aja gitu, konyol emang.

 2. Banyak yang belum gue ketahui

Semakin gue ngomong, bertindak, dan belajar lagi semakin gue sadar bahwa bahwa ilmu yang gue dapat belum seberapa. Dari segi agam, pengetahuan dan lain sebagainya. Bukan gue tidak puas atau insecure cuman gue senang aja gitu disibukkan dengan belajar. Tentunya belajar itu konteksnya luas yah di mana pun dan kapan pun itu, tidak terhalangi oleh ruang dan waktu. Semakin lama gue meneliti sesuatu, gue semakin ingin tahu akan hal itu sampai ke lubuk dasarnya, bila mentok gue cansel dulu. Makin nambah aja dah. 

 3. Healing terkesan rugi

Seperti yang Sherlly bilang di atas, gue masih mempunyai pemikiran bahwa apalah artinya healing kalah menambah overthingking, banyak ingin dan malas belajar. Sebelum healing gue harus memastikan bahwa gue menginginkan bukan hanya ingin. Beda loh antara ingin dan menginginkan. Bila ingin, gue hanya ingin doang gitu. Tetapi bila gue menginginkan itu kayak harus berusaha mendapatkan hal itu. Dua kata ini gue dapat dari salah seorang motivator yang namanya gue lupa lagi dah, tapi nama si dia nggak dong haha.

Contohnya, gue ingin belajar dengan gue menginginkan belajar. Beda banget kan? Gue ingin mengungkapkan perasaan kepada si dia dengan gue menginginkan mengungkapkan perasaan kepada si dia, beda kan? Coba dah pikir-pikir lagi lebih dalam, pasti menemukan perbedaannya. 

Kalau gue ditanya ingin healing nggak? Ya, ingin. Tapi bila pertanyaannya gue menginginkan healing nggak? Nggak juga. Atau kalimat di atas kenapa sih gue hanya ingin belajar full di rumah pas liburan, tidak menginginkan belajar full di rumah? Karena gue anggap itu mustahil. Gue harus bekerja buat memenuhi kebutuhan-kebutuhan ngampus. Bisa aja sih dipaksakan, cuman gue mikir apa salahnya meringankan orang tua.

Lelaki yang hebat bukan dilahirkan dari situasi yang mendukung dari berbagai aspek. Melainkan dari berbagai situasi sulit, dia bertahan dan akhirnya terbentuk.

Begitulah kutipan quotes dari orang bijak. Gue merasa lingkungan dan dari berbagai aspek tidak ada dukungan yang mumpuni, ini menyulitkan bat dah. Tapi yang gue lihat bukan masalahnya, lebih dari itu gue menatap tujuannya. 

Mungkin orang-orang menganggap gagasan gue ini gila. Tapi sebelum orang-orang menganggap gila, gue sudah menganggap gila duluan. Jadi, santai aja dah selama itu tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement