Hari Ke Tiga Belas Liburan

"Setelah ini kita akan belajar dalam metode apa? Travelling atau beli buku?" Pertanyaan sekelebat hadir di kepala.

Yeah, dua hari kebelakang gue mengakui bahwa proses belajar mengalami sedikit surut, maka dari itu perlu upaya agar kembali pasang dengan cara mengubah metode-motode lama. 

"Travelling bisa kapan juga. Kalau beli buku kayaknya cocok dah." 

Sebelum memutuskan gue membuka beberapa target yang harus dicapai, buset dah masih menumpuk, mungkin gue juga harus mencari cara bagaimana menyelesaikan target tanpa menutup mata terhadap proses belajar yang akan surut. 

Hari ke tiga belas liburan gue hanya habiskan dengan tiduran, yeah badan gue kurang fit. Badan sedikit mengginggil dan terserang demam flu. Setelah shalat dzuhur sambil istirahat gue menonton acara seminar bertajuk 'memaknai kegelisahan hidup manusia' yang dibawakan oleh 
Dr, Fahrudin Faiz. Vidio lama sih sebenarnya cuman gue tonton lagi aja, biasa iseng.

Eh, iseng-iseng gue kepikiran karya bukunya yang berjudul, 'Menghilang, menemukan jati diri' membayangkan buku itu ada di tangan, jujur dah ngiler gue ingin baca. Pada titik itu pikiran gue berbenturan antara ingin belajar travelling kayak kemarin tadabur alam di curug leuwi bumi atau beli buku. 

Kedua-duanya bagus. Tapi setelah gue pikir-pikir duit eksperiment buat belajar hanya cukup digunakan satu kali. Konyol emang, kemarin-kemarin gue sengaja menyimpan duit yang diberi nama 'ďuit eksperiment' digunakan khusus untuk belajar kalau di luar dari itu harus jelas dulu alasannya apa dan landasannya apa. 

Soal travelling gue anggap itu bisa belakangan tidak semuanya harus diburu-buru. Toh, gue juga harus bisa menyesuaikan keuangannya dan memilah mana kebutuhan, mana keinginan. Untuk soal buku gue makin 'ngiler' tertarik aja gitu. Gue tahu meskipun di rumah masih ada beberapa buku yang belum atau selesai dibaca, keinginan gue kali ini untuk membeli buku harus, karena itu sebagai bentuk reward diri yang tetap teguh berjuang. Harapannya semoga ini yang terbaik dan kalau pun tidak, ya udah calm aja.

Di dalam vidio yang gue tonton, Dr Fahrudin Faiz sedikit menjelaskan arti menghilang itu. Beruntungnya ada satu orang yang bertanya bahwa menghilang di sini secara eksistensialisme atau esensialisme. Berikut penjelasannya. 

 1. Menghilang secara eksistensialisme, yaitu menghilang dengan cara menarik diri dari keramaian sambil musahabah diri, apa saja yang telah kita lakukan akhir-akhir ini? Banyak manfaatnya atau tidak? Dan lain sebagainya. 
 2. Menghilang secara esensialisme, yaitu menghilang dengan cara sebaliknya tidak menarik diri dari keramaian tapi bersemedi sambil muhasabah diri, apa yang sudah dilakukan? Dan lain sebagainya. 

Semuanya efektif tergantung nyamannya kita di mana, asal jangan nyaman di hati si dia aja haha. 

Gue sebenarnya menyesal karena tidak puasa di hari pertama Rajab. Tapi karena badan kurang fit dan gue juga harus sigap sana-sini buat persiapan tahlil, ya udahlah semoga ke depannya lekas baik dan gue bisa menunaikan puasa.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement