Hari Ke Empat Puluh Lima Ngampus

Jepretan kedua dari Mirza khusus untuk Azka
"Dia udah fix keluar." Ucap Keyza lesu ketika gue tanya salah satu temannya yang jarang masuk.

Mendengar hal itu gue diam sambil berucap dalam hati, kita memang tidak bisa memaksakan seseorang untuk bertahan dalam zona yang tak nyaman, padahal dalam kecamata orang bisa diterima di kampus ternama itu suatu hal yang sangat spesial, lantas mengapa disia-siakan? Entahlah.

"Woi, Co! Ngelamun mulu lo, lihatin apa co?" Kat Mirza yang membuat lamunan gue buyar.

"Tuh! Lihat cewek cantik banget, Za." Sambil menunjuk.

"Anjay, itu mah si Ibad haha." Jawabnya spontan sambil ngakak.

"Bukan Za, itu yang disampingnya tuh, manis bat dah."

"Ibad kan pakai celana Co, bukan samping. Gimana sih elo."

Gue diam, tidak menjawan celoteh Mirza, kalau kata Yasya menjawabnya, tolol! Ya, maksud gue yang berada di samping Ibad itu loh, bukan samping atau sarung buat shalat. Apalagi seperangkat alat shalat wkwk.

Mata kuliah pertama, agama dilakasanakan secara online. Presentasi kali ini membahas soal etika sosial yang berada di masyarakat. Pembahasan yang berada di buku konteksnya luas, bisa masuk ke pakaian, pernikahan, perikanan dan pertanian haha, nggaklah. Pokoknya gitu dah.

Pada sesi kontra gue nggal di acc oleh moderator karena banyak memang yang mengangkat tangan, dan pada akhirnya harapan gue untuk bertanya bertepuk sebelah tangan. Merespon hal itu gue mikir kenapa bertepuk sebelah tangan yah? Kenapa nggam tepuk tangan aja yah? Kan sama-sama merayakan. Bedanya bukan merayakan harapan itu sesuai apa yang sudah direncanakan, melainkan merayakan telah dipatahkan oleh si dia yang gue anggap spesial wkwk. Haha, apaan gue anggap spesial yah, dikira dia martabak spesial wkwk, anjay juga. 

Jepreran pertama mk psh
Diujung sesi gue memencet tombol angkat tangan, iseng aja gitu. Gue nggak memperhatikan apa yang sedang disampaiakan karena sedang berdiskusi perihal makrab dengan si Yasya. Tiba-tiba moderator mempersilahkan gue buat memberikan tambahan terhadap materi etika sosial. 

"Lah, gimana nih sya? Ngomong apa gue?"

"Waah, hayolah!" 

"Calm aja."

Dengan santai gue on mic, menyampaikan argumen tersebut. Apa yang berada di pikiran gue sampaikan, termasuk apa yang pas pagi gue baca pemikiran dari Sigmun Freud. Bahkan gue juga sampai menyebut pemuda pancasila haha. Padahal apa hubungannya coba? Gue perhatiakan orang-orang di pelataran yang lewat bahkan yang dari tadi kerja kelompok memandang gue, ada yang diam-diam, dan terang-terangan. Dalam hati gue ngakak, konyol aja gitu.

Gue menyadari bahwa apa yang gue sampaikan itu berbelit-belit banget, terlalu ke mana-mana. Tapi biarlah, bukankah itu bagian proses belajar. Soal etika sosial gue hanya sekilas mengetahui, dan yeah perlu digali lagi biar pengetahuan gue akan hal itu bertambah.

Mata kuliah kedua, Pendidikan sepanjang hayat dilaksanakan secara offline. Nggak ada presentasi, kami hanya mengerjakan tugas kelompok antar benua. Ringkas banget pembelajarannya, tapi lumayan seru sih karena Dosen spill beberapa hal tentang pengetahuan baru yang tentu gue nggak bisa utarakan karena lupa lagi. Abisnya gimana nggak lupa coba, kalau bayang-bayang tentangnya berputar-putar dipikiran wkwk.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement