Hari Ke Seratus Tujuh Puluh Enam Ngampus

Bersama Bu Isna dan Pak Ladwik
"Terima kasih kepada teman-teman yang sudah menyempatkan hadir,  meskipun keadaan kita sekarang sedang mengalami gelombang tugas yang begitu deras." Kata gue ketika menyampaikan pembukaan rapat perdana, di komunitas. Sontak! Itu menjadi humor yang membuat suasana mencair.

Soal gelombang tugas, yeah akhir-akhir ini sedang begitu deras. Ketahanan mental dan emosional sedang benar-benar diuji layaknya goyangan-goyangan malehoy Inul Daratista atau Zaskia Gotik. Alunan musiknya, bukan cinta satu malam. Tapi alunannya yang sendu, memacu adrenalin. Salah satunya, Sampaikan pada jiwa yang bersedih, dari Ghea Indrawi.

Tak aneh, kata-kata stres menjadi budaya yang kolektif untuk sementara ini. Yeah, gelombang. Pilihannya ada dua, antara tetap bertahan atau menghilang.

Hari Ke Seratus Tujuh Puluh Enam Ngampus, mata kuliah ada satu, yaitu Statiska Terapan. Tidak seperti biasanya, kali ini dilaksanakan secara offline cuy. Karena menurut penuturan Pak Ladwiek selaku praktisi yang diamanahkan oleh Dosen Pengampu mata kuliah ini, Ia kebetulan sedang ada kunjungan ke BPS se-tempat, jadi mengusahakan menyempatkan waktu untuk bertemu.

Gue berangkat dari Rumah ke Kampus, mepet bat dah. Saking mepetnya tidak ada ruang selangkah pun untuk berusaha menggapai hatinya haha, kocak. Beruntungnya, tanpa menunggu lama gue sudah dapat mobil angkutan umum.

Tidak ada materi yang dibahas. Karena fokusnya adalah bimbingan judul membuat karya tulis ilmiah dengan menggunakan metode kuantitatif. Gue lupa banget dah, belum mengirim judulnya ke goagle from, dengan santainya gue tulis di buku, haha kocak emang.

Selesai bimbingan, gue langsung ke Masjid untuk Shalat Dhuha. Gue meminta jalan kepada Tuhan untuk bisa tetap stabil mengatur antara motivasi belajar intrinsik dan motivasi belajar ekstrinsik. Biar, di hadang sama badai atau gelombang se-hebat apa pun tetap bisa bertahan, kecuali si dianya yang meminta untuk pergi haha, anjay.

Dalam bingung itulah, setelah Shalat gue keliling dari lantai satu sampai lantai empat untuk mencari kelas yang tepat. Yeah, yang memacu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Kemudian, mulai menuliskan beberapa list apa saja yang sedang mengganggu pikiran gue.

Yeah, menurut gue kalau misalnya yang mengganggu pkiran ini dibiarkan, bisa berpotensi membuat gue hilang arah. Maka dari itulah gue tulis list beberapa yang menggangu pikiran, dan apa saja tugas kuliah yang harus dikerjakan. Setelah semuanya ditulis, baru gue kritisi untuk menguji tingkat rasionalnya, baru lanjut ke solusi. Lumayanlah cara ini menengkan pikiran yang sedang penat!

Sekitar Siang, gue dipinta bersedia untuk diwawancarai oleh Anah dan Najwa, ya oke aja gue mah. Lalu kemudian, gue lanjut diskusi dengan Najwa sampai waktu Ashar tiba. Banyak hal yang kami diskusikan dengan alur random, tapi cukup berbobot.

Tadinya setelah Shalat Ashar gue mau ke Rumah dunia dulu untuk menindaklanjuti tugas observasi, yeah hanya minta tanda para bocil yang kemarin ikut sosialisasi edukasi sampah. Tapi renacana itu tidak jadi. Pertama, gue ada agenda rapat perdana sama komunitas dan yang kedua, teman-teman gue pada sibuk untuk dipinta bantuan. Sebenarnya bisa aja gue jalan kaki kayak kemarin, tapi yang gue pertimbangkan adalah rapat perdana ini cuy, mengingat, memperhatikan dan memutuskan posisi gue cukup strategis, perlu berpikir dua kali untuk izin.

Semuanya berjalan dengan baik. Tanpa gue sadari ternyata hal kecil seperti menuliskan beberapa list mana yang harus diprioritaskan dulu itu berdampak besar sekali bagi produktifitas gue selama di Kampus. Jadi terjalur gitu, nggak asal ngalir lalu terkilir dan terombang-ambing oleh gelombang tugas. 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement