Filosofi Kue Nextar

Foto jepretan pribadi
Selama se-minggu gue dibuat bingung dengan kue nextar. Yeah, gue merenung apa filosofi dari kue tersebut, biar kalau melihat kue ini yang terbayang bukan makananan apalagi muka si dia wkwk, melainkan makna dibalik kue. 

Sekelebat pas malam secara tiba-tiba setelah sukses memaknai kue Cone Malow, gue mendapat ilham untuk memaknai kue nextar, senang dong gue. Berarti se-minggu mikir ada hasilnya. Tadinya gue mau barengin dalam satu tulisan, tapi karena satu filosofi aja udah lumayan panjang, ya udah, pisahin aja dah.

Kue Nextar itu enak apalagi yang rasa coklat, begitu nikmat. Anjay kenapa gue promosi yah haha. Berikut gue paparkan hasil kajian yang telah gue pikirkan selama se-minggu, diantaranya:

 1. Bentuknya Bulat/bundar

Nextar berbentuk bundar seperti halnya roda yang berputar. Artinya adalah, segala hal yang berada di dunia ini berputar dari mulai nasib, harta, usia, dan lain sebagainya. Berputar juga dapat berarti adanya pergantian akibat dari semuanya berpasangan. Sebagai mana kita ketahui ada siang - malam, musim hujan - kemarau dan masih banyak lagi. 

 2. Kue berisi tiga 

Di dalam kemasan Nextar ada tiga bagian. Artinya adalah dalam hidup itu ada kita, kontribusi orang lain dan Tuhan. Istilah ini bisa kita sebut tiga serangkai antara aku, kamu dan Tuhan. Aku itu kita sendiri, kamu itu adalah orang-orang yang memberikan kontribusi kepada kita dalam menjalani hidup entah itu PLN, Supir Angkot, Tukang Parkir, Pelayan Toko dan lain-lain. Mereka tanpa kita sadari berperan penting dalam hidup kita, cuman kadang kita tidak terpikirkan ke sana atau mungkin baru menyadari. 

Sedangkan Tuhan itu adalah sebagai penjaga, pemberi petunjuk dan masih banyak lagi. Ketiga hal ini harus berjalan serasi terutama hubungan kita ke pada Tuhan harus dijaga dan diyakini dengan sebenar-benarnya tanpa ada kemunafikkan. 

Dalam perspektif ilmu sosial kita sering mendengar bahwa manusia itu adalah makhluk sosial. Segala hal apa pun akan berjalan dengan baik karena banyak tangan yang bahu - membahu sesuai kemampuannya masing-masing mengisi pos-pos yang kosong untuk mempermudah menjalani kehidupan. 

Dalam persepektif agama kita sering mendengar adanya hubungan dengan Tuhan dan hubungan kita dengan manusia. Kedua hal ini tak pernah terpisahkan, bila kita paksa memisahkan maka nilai-nilai kemanusiaan hanyalah sebatas kata doang.

 3. Tempat dalam kemasan khusus

Ada bagian khusus dalam kemasan, gue nggak tahu namanya apa dah. Cuman dengan adanya tempat itu kue Nextar terlihat rapih dan semuanya di tempatkan ke tempatnya masing-masing. Artinya adalah antara aku, kamu dan Tuhan memiliki tempat batasannya masing-masing, tidak disamaratakan semua. 

Okelah soal batasan antara kita dan Tuhan itu tentu konteksnya jauh, di luar nalar. Sedangkan batasan antara kita dengan orang lain itu dekat. Meskipun dekat kita harus memiliki batasan-batasan jangan dekat terus. Seperti halnya kalau kita menjalin hubungan, orang yang kita sayang setiap hari ingin nempel terus ke mana pun pergi dia ngikut, ngerasa bebas nggak kita? Atau minimal nyaman nggak? Nggak pasti. Mengapa? Karena nggak ada batasan. 

Seperti halnya kemampuan kita dengan orang lain tentunya berbeda. Dan mempunyai batasannya masing-masing. Sehebat-hebatnya Lionel Messi dan Cristian Ronaldo dalam mengolah si kulit bundar, mereka tidak akan mahir di bidang yang lain, mengapa? Karena mempunyai batasan. 

Tempat yang berada dalam kemasan juga dapat berarti bahwa kita harus adil menempatkan segala hal apapun pada tempatanya. Bila tidak tepat, ya, bakalan terjadi kiamat.

 4. Berlapis

Bentuk kue nextar berlapis ada tiga bagian. Bagian pertama hanya sebagai pelindung, bagian kedua juga sama, bagian ketiga baru intinya. Lapisan ini membuat rasa kue menjadi nikmat. Artinya adalah semua hal itu memiliki lapisan-lapisan yang bermacam-macam. Lapisan ini hadir bukan hanya untuk melindungi melainkan sebagai pelengkap rasa. 

Seperti halnya hidup, ada suka dan duka itu adalah lapisan-lapisan kehidupan yang tidak pernah terpisahkan. Lapisan itu bagi orang yang kurang berpikir sebagai ancaman sehingga membuat hidupnya tidak tenang malahan selalu dilanda cemas. Sedangkan bagi orang yang berpikir itu adalah sebagai bentuk pelengkap atau pelajaran untuk masa depan kelak. Semakin banyak lapisan yang dilewati sehingga terkumpul menjadi satu padu, akan memancarkan ketentraman tersendiri.

 5. Lembut digigitan

Kue nextar begitu lembut di makan, tapi nggak lembut-lembut amat ada kerasnya sedikit, sehingga ketika digigit kayak tepat banget gitu. Klop bat dah. Istilah ini sering kita dengar lemah - lembut. Artinya adalah, lemah - lembut seimbang dan melahirkan ketentraman. Kita tidak akan disepelekan apalagi dikucilkan dari lingkungan sekitar karena menghadirkan kedamaian. Apa yang kita rasakan ketika memakan kue kayak nextar? Nikmatlah. Begitu juga apa yang kita rasakan ketika melihat orang yang lemah lembut dalam bersikap dan bertindak? Adem gitu yah lihatnya. Maka dari itulah kita harus membiasakan lemah - lembut biar lingkungan yang kita tinggali nyaman dan tentram untuk ditempati.

Berikut gue juga paparkan landasannya, diantaranya:

 1. Landasan geografis

Alam selalu menerima diri di tempatkan di tempat yang sudah ditetapkan oleh-Nya. Seperti halnya ikan hidupnya di air, ya, dia menerima itu tanpa banyak mengeluh, belum pernah tuh kita dengar di sosmed ikan curhat betapa menderitanya hidup di air wkwk. Karena menerima di tempatkan di air itulah Tuhan memberikan kelebihan yang membuat mata-mata manusia melihat ikan itu unik, harus ada sebagian yang di makan dan sebagian lagi dijadikan ikan hias buat pajangan di rumah. Bayangkan, mereka tinggal di rumah, bahkan dibuatin rumah loh! Kan luar biasa sekali ikan itu. 

"Elo bayangin akuarium yang ada ikannya, co." Ucap gue kepada diri sendiri.

"Yeah, kenapa?" Tanya gue sendiri, konyol emang.

"Apakah si ikan itu buat sendiri akuariumnya untuk di tempati? Saluran airnya? Lampunya sehingga mempesona?" 

"Nggak, semuanya dilakukan oleh tuan rumahnya."

"Yeah, begitulah halnya cinta. Seseorang yang benar-benar cinta sama kita akan selalu mencari diam-diam tentang kita tanpa kita ketahui. Seseorang yang benar-benar menyukai kita akan selalu berusaha berada di dekat kita, bisa memberi effort, perhatian, pengertian dan lain-lain. Sesibuk apa pun seseorang yang menyukai kita akan selalu berusaha menyempatkan waktu, dan kalau nggak bisa minimal dia akan memastikan bahawa orang yang dia suka baik-baik saja. Ketahuilah itu akan terlihat dari sikap bukan perkataan."

"Mengapa demikian?" 

"Apakah si pemilik ikan hias itu setiap melihat ikannya di dalam akuarium berkata, 'Ihh! Cantik bat dah, lucu banget. Gemes deh' dan lain sebagainya."

"Mungkin ada yang kayak gitu."

"Yeah, kebanyakan mereka hanya diam memperhatikan sambil tersenyum tulus, itu sudah cukup. Bukan ngomong sana - sini tapi sikapnya dalam metawat ikan itu biasa saja. Mungkin untuk lebih jelas elo pikir lebih jauh lagi."

Itulah percakapan dialog diri yang secara tiba-tiba ada gitu. Kembali ke konteks awal, alam selalu menerima yang diberikan oleh-Nya. Maka sudah sepatutnya kita juga belajar menerima tanpa membandingkan apa yang orang lain terima, toh dibalik semua itu terdapat makna yang berbeda tinggal kita mikirnya ke arah mana. 

 2. Landasan Ideal

Hidup itu seperti halnya roda, sekarang kita berada di titik terbawah mungkin lusa nanti berada di atas, yeah begitulah. Secara ideal kita harus menjalani hidup itu dengan lemah - lembuat layaknya kue nextar enak digigitan dan kuta harus menerima berada dalam posisi apa pun itu karena tidak setiap orang mencapai apa yang kita miliki itu.

 3. Landasan Psikologi 

Menerima diri itu adalah langkah awal menuju perubahan. Berapa banyak orang-orang di luar sana yang super kaya tapi masih saja korupsi dapur orang lain, padahal urusan rezeki itu sudah diatur banyak tidaknya oleh sang pencipta.

 4. Landasan Sosial Budaya

Budaya kita sekarang cenderung tidak menerima posisi yang kita miliki, padahal semuanya sudah diatur oleh-Nya. Contohnya soal jodoh, jauh-jauh hari Tuhan sudah tentukan siapa orangnya. Lantas kenapa kita sibuk mikirin yang lain malahan takut ditinggalkan, kan kocak. Tanpa kita sadari Tuhan sudah skak kita dari awal perihal jodoh. Cocok atau nggaknya kembali kepada diri kita sendiri. Itu baru soal jodoh, apalagi hal yang lain. 

Itulah beberapa landasan yang gue dapatkan setelah merenunung. Landasan filosofis sengaja gue nggak masukkin biar memakan waktu terlalu lama, bukan apa-apa gue ngantuk nih mau tidur dulu. Mungkin gue tinggal perdalami lagi nanti untuk sementara biarlah sampai sini dulu.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement