Hari Ke Tiga Puluh Sembilan Ngampus

Potret mk teori belajar dan pembelajaran
"Gimana Co, rencana elo berjalan dengan lancar kepada si dia?" Kata teman gue setelah selesai MK pertama.

"Nggak Co, biasa ada kendala."

"Yah sayang amat, terus solusi elo terhadap rencana yang gagal ini gimana?"

"Bawa calm aja."

"Whatever! Gue hanya mengingatkan satu kali lagi, cewek itu butuh kepastian bukan penantian. Semakin elo biarkan kode-kode darinya tanpa ada keberanian buat mengungkapkan, fix elo bakalan menyesal di akhir waktu."

"Kita lihat aja nanti, lagian gue bingung kenapa namanya gotong royong bukan gotong bareng-bareng menjadi masalah rumit begini melebihi tugas dari Dosen, konyol bat dah. Tapi menarik kita kaji."

Kuliah ke tiga puluh sembilan penuh dengan drama. Diantaranya gue kesiangan kejebak macet, air minum di tas hilang tanpa jejak, tumbang berjenjang dan masih banyak lagi. 

Gue datang terlambat yang kebetulan sudah ada Dosen di kelas. Yeah, gue bukan bangun ke siangin sih tapi ada dua alasan mengapa bisa terlambat. Pertama karena membuat bekal terlalu santai dan kedua kejabak macet karena di Baros lagi pembangunan jalan. Dari kedua hal itu, seandainya gue tidak di izinkan masuk, gue bakalan menerima. Lagian ngapain membela diri kalau itu kesalahan sendiri.

Pada pertemuan kali ini mata kuliah Filsafat dan teori PNF membahas perihal program-program Pendidikan Non Formal dari para ahli. Berikut gue cantumkan:

Program PNF (Herbinson)

 1. Program yang mempersiapkan angkatan kerja bagi generasi yang akan memasuki dunia kerja.
 2. Meningkatkan kemampuan kerja bagi pekerja.
 3. Memperluas pemahaman masyarakat terhadap dunia kerja.

Program PNF (Hoxeng dan Srinivasan)

 1. Pembelajaran yang memusatkan pada bahan ajar (Content Centered).
 2. Pembelajaran yang memusatkan pada pemecahan masalah (Problem Solving Centered)
 3. Pembelajaran yang memusatkan pada perubahan kesadaran masyarakat (Cansciantion)
 4. Pembelajaran memusatkan pada kreativitas perencanaan dam pengembangan sumber daya manusia (Human development and creative planning)

Program PNF (Merioki)

 1. Belajar mandiri dengan menggunakan jarak jauh.
 2. Belajar dari sumber lingkungan yang tersedia.
 3. Belajar dari latihan hubungan kemanusiaan.
 4. Belajar secara volunter.
 5. Belajar melalui kegiatan kemasyarakatan.

Program PNF (Husen dan Postlethwaite)

 1. Pendidikan yang relevan dengan pembangunan pertanian, jasa, dan industri.
 2. Pendidikan yang relevan dengan pembinaan kesadaran politik.
 3. Pendidikan yang relevan dengan perkembangan nilai-nilai sosial budaya.

Program PNF (Seshoad)

 1. Pendidikan Ideologi Negara
 2. Pendidikan Dasar
 3. Pendidikan Upawijaya/Mata pencaharian
 4. Latihan kerja
 5. Latihan kader
 6. Penyuluhan
 7. Pendidikan melalui media massa.

Hanya itu yang dibahas, banyak yang nggk masuk karena alasan nggak enak badan dan lain-lain. Entahlah gue nggak mau mengkomentari itu hak mereka, gue hanya mengingatkan doang. Dan yang membuat gue berpikir adalah gagasan dari Merioki yaitu belajar dari latihan hubungan kemanusiaan. Kalau dikaji lebih dalam luas banget tuh maknanya. Selain kita belajar latihan dari prilaku orang-orang, bisa juga kita belajar menjalin hubungan bersama si dia wkwk. 

Dari semua program itu di kegiatan masyarakat secara tidak sadar kita melakukannya, cuman kembali lagi kegiatannya seremonial doang apa banyak esensinya karena kadang ada nih pelatihan atau seminar hanya seremonial doang, kualitasnya dikesampingkan. Padahal salah satu diadakannya kegiatan itu untuk menyelesaikan masalah bukan menambah masalah.

Mata kuliah kedua online, gue masuk goagle meet doang dengerinnya nggak. Parah emang yah. Gue dengerinnya lewat mimpi karena tertidur di kelas, pas mau di screen shoot baru dibangunin, ya gue bangun dong, iyah bangun dari kenyataan wkwk.

"Coba di setiap MK elo tidur Co, mungkin kelas bakalan sepi nggak ada yang nanya." Semprot ketua kelas yang kedengarannya sih gitu, gue menanggapinya calm aja lagian enakan sepi dari pada ramai tapi merasa sendiri, anjay. 

Jam dua belas lewat setelah gue selesai shalat dzuhur, si Najwa chat gue ingin wawancara, buset kayak gue orang penting aja yah. Tanpa basa-basi gue mau, kebetulan waktu lagi luang karena jam setengah dua gue mau mentoring. 

Gue tunggu di luar perpus dengan harapan dia segera datang, karena gue belum makan, nge-print tugas mentoring dan menghafal tugas mentoring juga. Dia balasnya sih lagi makan, it's okay masih bisa ditoleransi, lama-lama gue mikir lama amat yah dia padahal lama itu nggak bakalan terasa lama kalau dia nggak lama-lama datang. Akhirnya gue memutuskan pergi tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nanti, hak dong.

Pas gue nge-print Najwa telpone katanya di mana, tadinya gue mau jawab di Negeri yang penuh onak duri, tapi nggak jadi gue langsung to the point.

"Gue lagi nge-print nih. Kan tadi gue udah nunggu,"

"Iya maaf gue tadi makan dulu. Mau ke sini nggak?"

"Yah, nggak kayaknya Co soalnya gue mau mentoring."

"Lah, kan mentoring jam setengah dua ini baru jam satu Co."

"Iya bener, tapi gue belum makan dan ngafal. Sorry yah gue nggak bisa nih, Co."

"Yah."

Kemudian gue langsung matiin telphone. Habis nge-print gue dan kedua teman yang kebetulan nge-print pergi ke kosan atau biasa kami sebut markas happy-happy. Di sana gue lihat Andhika tumbang katanya habis observasi. Sambil ngobrol, gue makan siang dengan cepat lalu setelah itu mikirin hafalan di kasur, dan... tumbang.

Jam dua lewat mereka bangunin gue buat mentoring di kampus, badan gue bukannya segar setelah tidur ini malah terasa kurang fit. Mereka duluan mentoring gue mau tiduran sebentar, setelah dirasa cukup langsung otw ikut mentoring.

Pas mentoring suasana kurang kondusif, pada lemes gitu kayak kurang gìzi. Bahkan Mirza sampai tumbang pas penyampaian mentoring. Gue mikir kenapa yah badan gue jadi kurang fit, bahkan yang lain juga terlihat nggak bergairah, apakah karena suasananya, cuacanya, atau karena hal lain? Entahlah. Yang jelas selesai mentoring gue langsung pulang ke rumah, dan kembali... tumbang.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement