Hari Ke Tiga Puluh Delapan Ngampus

Presentasi mata kuliah PSH
"Gue mau ngomong sesuatu sama elo?" Ucap teman gue setelah selesai presentasi.

"Perihal?" 

Dia duduk di samping gue sambil menceritakan panjang lebar masalah yang sedang dialaminya.

"So, dia sudah berubah?" Tanya gue memastikan.

"Yeah, faktanya begitu yang kuat Co." Jawabnya pasti lalu mengalihkan ke topik yang lain.

Sialan! Bisa-bisanya dia bisa berubah menjadi seseorang yang sedikit menyimpang dari moral hanya karena terpengaruh oleh orang-orang sekitar. Bukankah dulu sikapnya begitu santun sehingga membuat orang-orang selalu menebar senyum dikala bertemu dengannya? Lantas mengapa kini berubah di makan lingkungan. 

Kuliah ke tiga puluh delapan kembali presentasi mandiri tanpa dihadiri oleh Dosen, karena mempunyai kesibukkan ke luar Wilayah. Seperti biasa, ruang diskusi tidak kondusif bahkan sesi tanya-jawab tidak ada. 

Kali ini gue nggak koar-koar agar ada sesi tanya-jawab, karena yang pertama gue sebagai pengkaji yang presentasi, kedua membiarkan kelas tidak kondusif. Capek gue peduli dulu, sekali-kali diam sambil memperhatikan sekitar. 

Presentasi pola pendidikan di benua Afrika
Teman gue yang sama-sama presentasi merasa sakit hati seakan tidak dihargai oleh yang lain. Dia sudah kerahkan suaranya keras-keras agar terdengar sampai belakang, tapi percuma tetap tak kondusif. Sebaliknya, gue pas presentasi santai aja nggak keras-keras banget, bodo amat nggak terdengar, suruh mereka aja pada diam nanti juga kedengaran.

Ada sebenarnya yang ingin bertanya kepada gue sebab kemarin pas bagian dia presentasi sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan, cuman ity nggak jadi. Karena desakan yang lain agar presentasi segera di tutup dan langsung pulang ke rumah masing-masing.

Gue pas presentasi nggak ada persiapan sama sekali, gue kira kali ini bagian benua Asia atau Amerika membahas pola pendidikan di negara-negara benua tersebut, ternyata benua Afrika. Dengan santai tanpa memikirkan sesi tanya-jawab bakalan digempur beberapa pertanyaan, karena sebelum-sebelumnya mereka sudah sepakat buat menyerang gue, maju aja gitu ke depan seolah-olah nggak ada beban. Sampai pada akhirnya kelar dengan sendirinya.

Terlihat kondusif aslinya pada sibuk gosif
Pas selesai presentasi gue nggak langsung siap-siap pulang seperti yang lain, gue mikir apakah sekarang aja mengungkapkan perasaan kepadanya? Dan nggak jadi. Karena di saat gue diam memikirkan hal itu datanglah teman gue membahas prilaku si dia yang berubah drastis.

Lingkungan, gue tahu si dia berubah dari lingkungannya yang menyimpang dari nilai moral, seandainya gue juga kalau berada di posisinya pasti bisa ikutan. Gue nggak mau lama-lama mempertanyakan mengapa dia berubah? Tapi solusi apa yang harus gue lakukan agar dia sadar bahwa prilakunya akhir-akhir ini beda banget. Gue nggak mau cewek yang gue suka rusak di makan orang-orang sekitarnya yang tidak bermoral, hedonis dan egois. 

Tentunya ini butuh waktu, dan gue sadar bahwa gue nggak bisa mengubahnya kembali menjadi cewek yang baik, karena itu di luar kuasa gue. Tapi minimal gue sudah memberikan peringatan untuk kembali menjadi cewek yang baik tanpa ada paksaaan. Urusan berhasil atau nggaknya itu belakangan. 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement