Foto Setelah Uts ICT
"Apa itu kognitif, metakognitif dan metakognisi? Serta, bagaimana perannya dalam kehidupan kita sehari-hari?" Tanya gue kepada diri sendiri.
Yeah, setelah sekian lama membaca atau belajar pasif, gue berpikir ada kalanya harus diimbagi dengan membaca atau belajar yang reaktif, karena informasi yang tidak diolah hanya akan melahirkan khayalan semata, disebabkan tidak berkembang.
Kognitif bukan hanya soal berpikir, tapi bagaimana problem solving terhadap apa yang melanda pikiran, karena pikiran yang tidak di problem solving kan lewat ucapan, tindakan atau tulisan, hanya berakhir kepada jalan kebuntuan yang tidak berkelanjutan.
Hari Ke Dua Ratus Tiga Puluh Tiga Ngampus, mata kuliah ada dua, yaitu Revitalisasi Abad 21 dan Pendidikan Dasar Berkelanjutan. Untuk mata kuliah Revitalisasi dimulai pagi hari secara online, topik yang dibahas adalah perkembangan kognitif. Ternyata gue baru 'ngeh' ada perbedaan yang cukup mencolok antara kognitif, metakognitif dan metakognisi.
Tadi gue iseng-iseng searching di goagle dan mendapatkan definisi dari kognitif itu. Jadi kognitif itu adalah proses mental yang melibatkan pemikiran untuk belajar dan pemahaman. Diantaranya meliputi kemampuan untuk menerima, mengolah dan menggunakan informasi. Selain itu mencakup kemampuan untuk berpikir, mengingat, problem solving dan keberanian untuk mengambil keputusan.
Di situ gue berpikir bahwa, pertama hal-hal yang melibatkan atau merangsang untuk berpikir itu disebut kognitif. Contohnya, gue tiba-tiba kepikiran tentangnya itu sedang menggunakan jasa kognitif, meskipun masuk dalam skala kecil. Kedua, kemampuan untuk menerima dan menggunakan informasi itu masuk nominasi kognitif, berarti gue menerima kepergiannya dan menggunakan informasi bahwa di sana dia bahagia dengan yang lain, tanpa menyalahkannya atau bersikap berlebihan, itu bagian dari kognitif dong.
Ketiga, kemampuan untuk problem solving dan keberanian memutuskan perkara, berarti saat gue menganggap bahwa semua ini telah selesai dan memutuskan untuk tidak berharap lagi, itu bagian dari kognitif cuy! Lah, kenapa isinya tentang rasa yah hehe, biarlah namanya juga contoh euy. Terlepas dari itu, tanpa kita sadari dalam kehidupan sehari-hari ada peran kognitif yang terus digunakan baik di skala kecil maupun besar.
Metakognitif adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri, sehingga apa yang dilakukan dapat terkontrol secara optimal. Gue memahami ini sih, kita tahu kemampuan dan batasnya sampai mana. Contohnya, gue hanya mampu mengaguminya diam-diam tanpa pernah berpikiran nanti akan mendapatkannya, karena itu toh di luar batas kemampuan. sehingga apa coba? Gue dapat mengontrolnya secara optimal.
Seandainya gue menyukainya melebihi batas, ada peluang besar mendapatkannya, tetapi itu di luar batas kemampuan gue untuk saat ini, akhirnya apa yang terjadi? Perilaku gue tidak terkontrol dalam memperlakukannya, istilah anak zaman muda sekarang bucin parah cuy. Hal ini yang harus kita hindari, karena ini berlaku kepada setiap apa yang akan kita lakukan baik di skala kecil maupun besar.
Sedangkan Metakognisi adalah kesadaran seseorang tentang bagaimana belajar, dan dapat memahami tingkat kemampuan diri sendiri terhadap sesuatu, kemampuan dalam menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, serta menilai kemampuan pembelajarannya sendiri. Contohnya adalah saat kita belajar bagaimana membuat si dia bahagia, tidak kecewa, menerima kita apa adanya, tapi tiba-tiba gagal membuatnya bertahan, malah pergi ke pinangan orang, owwwwh! Di situ kita sadar dan menilai bahwa kemampuan kita dalam mendapatkannya perlu dievaluasi, nah! Ini masuk kepada metakognisi.
Pada intinya gue berkesimpulan bahwa perbedaan dari Kognitif, metakognitif dan metakognisi adalah adanya tupoksi masing-masing. Kalo kognitif merupakan gambaran umum yang melingkupi keduanya, yeah bayang tayang. Kalo metakognitif adalah kesadaran diri kita, biasanya sering refleksi diri untuk mengontrol apa yang telah kita lakukan serta apa yang akan dilakukan. Dan untuk metakognisi merupakan kesadaran terhadap kemampuan belajar yang kita miliki.
Selesai mata kuliah, tidak ada perkuliahan lagi. seharusnya sih dilanjut mata kuliah Pendidikan dasar berkelanjutan, tetapi karena Dosennya mau pindah ke hari yang lain, ya udah tanpa kesepakatan bersama, kami hanya mengikut. Sejujurnya gue miris dengan perubahan ngampus akhir-akhir ini, di mana kebebasan mahasiswa untuk menyepakati perkuliahan mengikis, mengikuti apa yang diinginkan Dosen. Elo boleh menyalahkan pemikiran gue ini, tapi begitulah kenyataannya.
0 Komentar