Silaturahmi dengan Ibu Pkk di Baros Daragem
"Untuk terakhir, sebelum kita tutup pertemuan ini, berdoa dulu meminta kelancaran perjalanan kita nanti. Yang akan dipimpin oleh yang saya pilih tadi, silahkan!" Ucap Dosen mempersilahkan.
"Co! Buruan mulai." Senggol teman gue.
"Lah, serius!" Sontak gue kaget.
Gue diam, dan berpikir mencari solusi. Doa apa yah? Ya kali doa ijab kobul, yeah ijab kobul musangking hehe. Seketika, gue teringat doa singkat namun sangat ampuh khasiatnya, yeah doa sapu jagat! Tanpa pikir panjang, gue melakukannya. Selesai memimpin doa, teman gue menyodorkan pertanyaan layaknya intel, mengapa doanya singkat? Gue jawab, whatever!
Hari Ke Dua Ratus Tiga Puluh Empat Ngampus, mata kuliah ada dua, yaitu: Kajian Strategis Pengembangan Sosial dan Pembangunan Berkelanjutan, serta Teknik Fasilitas dan Advokasi Pemberdayaan Masyarakat. Untuk mata kuliah pertama pengembangan masyarakat berkelanjutan dilaksanakan secara offline, membahas fiksasi keberangkatan praktikum ke Klaten nanti. Alhamdulillah, semuanya sudah siap dari segi keberangkatan, tempat dan lain sebagainya.
Yang membuat gue terkejut adalah, saat disuruh berdoa itu cuy! Sumpah dah, gue nggak ekspek bat! Awalnya memang gue diberi tahu harus memimpin doa minggu nanti ketika melepas keberangkatan, ya gue sih it's okay aja, justru situasi itu berbalik delapan puluh derajat tanpa disangka bahwa tiba-tiba gue harus memimpin doa detik itu juga. Beruntungnya, gue teringat apa yang dulu pernah dibaca khasiat doa sapu jagat, jadi cukup melegakan dah.
Mungkin elo berpikir, alah lebay amat soal gitu doang. Hm... yeah gue sepakat banget. Lantas kenapa gue bisa panik begitu kalo tahu itu hanya masalah sepele? Di detik itu juga gue teringat apa yang pernah Almarhum Bapak gue bilang, bahwa dalam berdoa kita harus melihat situasi. Contonya, lagi menyelenggarakan acara Ulang tahun, ya kali kita baca doa selamat dari azab kubur? Atau, lagi menyelenggarakan acara Pernikahan, ya kali kita baca doa Shalat Dhuha. Nggak apa-apa sih, cuman kurang tepat aja.
"Kadang Bapak aneh sama Ustadz Kampung, acaranya apa pun, doanya itu aja, all in one." Ujar Bapak gue dulu, menyampaikan kritik sosial.
Maka dari itu, ketika disuruh memimpin doa, gue berpikir apa yang sekiranya tepat, nggak asal gitu, eh qodarullah gue teringat doa sapu jagat, ya udah tak pakai dah. Mungkin, bila Bapak gue tahu apa yang gue lakukan ini, Ia akan Cengcengin gue, 'Kata Bapak juga apa dulu, hafalin doa-doa, biar beragam. Bukan All In One' Hehe, semoga diberikan ketenangan dan kelapangan di tempat sana, Pak. Amieen.
Mata kuliah kedua, tidak ada karena sedang diganti oleh tugas lapangan. Untuk mengisi kekosongan itulah, mata kuliah yang lain, yaitu komunikasi pembangunan hadir. Konsepnya sama seperti yang sebelumnya, kami satu angkatan dikumpulkan dalam satu kelas.
"Bang, makan siang kuy! Tenang aja, gue punya ide nih!" Ucap gue kepada diri sendiri.
Gue melihat sekeliling, Dosen belum juga masuk. Okay, dari pada gue so kuat menahan lapar, apalagi setelah ini langsung otw observasi, lebih baik gue menggunakan ide gila ini, lagian palingan hanya kumpulan doang bahas instrumen penelitian di praktikum nanti. Setelah dipikir matang-matang, gue menitipkan ransel, lalu berjalan santai ke luar kelas, elo tahu gue mau ke mana? Warteg cuy wkwk, anjay emang.
(Sambil mengetik gue masih menahan tawa atas kekonyolan itu)
"Kamu siapa?" Tanya Dosen, ketika gue memasuki kelas.
"Teman kita Bu, yang satu angkatan itu." Jawab teman-teman gue.
"Oh yah, saya kira anak semester dua, soalnya jarang lihat. Apakah yang kemarin sakit itu?" Tanyanya
"Iya Ibu." Jawab yang lain.
"Terus gimana udah mendingan dan ikut nggak praktikum nanti?"
"Aman, Bu." Jawab gue santai. Yeah, lalu menertawakan kekonyolan yang telah dilakukan sebelumnya.
Setelah selesai memberikan instrumen penelitian di klaten nanti, perkuliahan bubar. Tinggal lanjut Observasi, yeah yang mata kuliah Kajian Fasilitas dan advokasi tadi. Rute pertama, kami berhenti di SKB Kota Serang, mengantar pemilik Mobil mengantarkan surat. Yeah, kami berlima: Gue, Mirza, Iis, Devi dan Dila ditinggal begitu saja. Sesekali kami bercanda, begini yah rasanya menumpang hehe.
"Woi! Hujan! Hujan! Buruan pindah!" Ucap Devi dengan panik.
Entahlah, respon kami melihatnya malah santai. Membuat si Devi yang tadinya panik langsung diam, sambil bilang, lah kok pada santai banget! Lalu, kami pun tertawa bersama.
Meskipun berliku-liku, diterjang oleh hujan yang dingin, membuat ingin obser menyurut, kami tetap maju menghadang. Alhamdulillah, kami sampai juga di tempat tujuan, tepatnya Desa Baros, Kampung Baros Daragem. Kami disambut baik oleh Pak RT setempat, kemudian berkunjung ke rumah Ibu-ibu PKK untuk menindaklanjuti program pemberdayaan masyarakat.
0 Komentar