Hari Ke Seratus Delapan Puluh Empat Ngampus

Bersama Caca, Mirza, Ibad dan Cia
“Setelah Ibu totalin, dendanya jadi Sembilan Puluh Ribu yah.” Ucap Penjaga Perpus yang membuat gue dan Vika terkejut.

“Kenapa bisa, Bu? Apakah tidak ada keringanan, bukankah ini kesalahan system?” Bantah gue dengan kritis.

“Tidak bisa, saya sudah diskon ini totalnya ya segini.”

“Tidak bisa Bu, lagian alasan kita berlandas mengapa dari kemarin tidak mengembalikkan Buku, harusnya ada keringanan dari Pihak Perpustakaan.” Kata Vika kembali membantah.

“Ya udah, Vi elo cari buku aja, nanti soal ini biar gue urus ya.” Pinta gue ke Vika melihat emosinya mulai memuncak.

“Nggak bisa gitu dong, masa gue ninggalin elo sendiri.”

“Vika please, elo percaya kan sama gue bisa mengatasi masalah kecil ini?”

Setelah melalui perdebatan yang Panjang, akhirnya Vika mengalah dan yeah, gue sibuk memutar otak untuk nego dengan pihak Perpustakaan Kampus.

Hari Ke Seratus Delapan Puluh Empat Ngampus, mata kuliah ada dua yaitu: Kajian Strategis Pengembangan Sosial dan Pembangunan Berkelanjutan, serta Teknik Fasilitas dan Advokasi Pemberdayaan Masyarakat. Untuk mata kuliah pertama dilaksanakan secara offline di kelas, biasalah Namanya juga awal, materinya tidak jauh kepada kontrak mata kuliah. Output dari mata kuliah ini nanti akan terjun ke lapangan, masalahnya gue masih bingung, ini lapangan apa euy. Apakah lapangan Bisbol, Sepak Bola, Futsal atau lain gitu?

Rencananya, mata kuliah ini akan kolaborasi dengan mata kuliah komunikasi social karena menurut penuturan dari Dosen, masih ada kesamaan. Iya sih gue juga berpikir seperti itu. Komunikasi masyarakat artinya bagaimana kita melakukan pendekatan itu, sedangkan pembangunan berkelanjutan adalah hasil dari komunikasi tersebut. Tidak akan berjalan dengan lancar strategi pembangunan social berkelanjutan kalo adanya miskomunikasi dengan masyarakatnya. Okelah misalnya program itu terealisasi, tetapi apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya? Dan bagaimana tindaklanjutnya? Kalo satu gebrakan doang percuma co. Yeah, begitulah kira-kira menurut pemahaman gue.

Berhubung output dari mata kuliah ini adalah terjun ke lapangan, maka tibalah saatnya pembagian kelompok. Wih, pas bagian ini rebut banget cuy, yang menentukan kelompok diserahkan kepada Dosen dengan Teknik spin, kocaknya setelah terbentuk kelompok, teman-teman minta kembali di spin sampai lima kali, baru setelah itu sepakat. Soal kelompok yah, gue teringat tragedi semester sebelumnya di mana anggotanya hanya ada gue, Cia dan Caca. Itu benar-benar hancur bat dah, sampai dosennya tahu akar masalahnya, makannya ketika pembagian kelompok, dosen yang tahu permasalahannya ketawa-ketawa meihat kami, dalam hati gue bilang, anjay juga nih hehe.

Selesai pembelajaran gue dengan santainya menenteng buku menuju perpustakaan, hati gue sudah mengatakan harus siap-siap kalo nanti hasilnya harus didenda. Ketka mau masuk, di situlah gue bertemu dengan Vika, yeah dia sudah tahu apa yang gue alami, maka tanpa gue pinta ikut mengatar. Katanya sih ingin mencari buku, eh ujung-ujungnya mendampingi gue melaporkan kesalahan system di peminjaman buku. Biasa simulasi kali, biar nanti dampingan di pelaminan udah pro hehe. Kenyataan pahit itulah yang harus gue terima, bayangkan co! Gue harus membayar total tagihan Sembilan puluh ribu euy!

“Elo percaya kan sama gue bisa menyelesaikan masalah kecil ini, Vi?” Kata gue ketika sudah berada di pojok lemari Buku. Orang-orang di sekeliling yang sedang mencari buku, diam-diam melihat drama yang kami bawakan. Untuk itulah, suaranya kami pelankan.

“Gue percaya, tapi ini bukan masalah kecil Co! Apa salahnya gue membantu elo sih.”

“Elo nggak salah sih bantuin gue, cuman ada satu kesalahan elo.”

“Lah, kenapa tiba-tiba elo labil banget sih! Emang katanya salah, katanya nggak, mana yang benar ini?”
“Yeah, salah elo satu, senyumnya cantik.” Ucap gue sambil meninggalkannya pergi, yeah sejauh ini strategi gombal ampuh meredam emosinya dikala naik.

Kepada penjaga perpustakaan gue meminta solusi
lain, beruntungnya mau diajak kerjasama, cuman syaratnya gue harus nego langsung kepada Pimpinannya. Berhubung situasinya lagi ramai, jadi gue harus menunggu dulu, setelah lama menunggu cabut pergilah gue Bersama Vika, usul dari penjaga perpustakaan sih nanti kembali lagi aja besok situasinya sedang tidak memungkinkan.

Keluar dari perpustakaan, gue benar-benar memutar otak, beruntungnya Vika pamit pergi karena ada mata kuliah, jadi kembalilah gue sendiri mencari solusi. Bagi gue ini adalah masalah kecil, yang nantinya akan ada solusinya jadi santai dulu nggak sih hehe. Toh, kalau pada akhirnya tetap harus bayar nggak apa-apa, realistis aja. Jujur gue mengakui itu salah gue, meskipun Vika mengatakan bahwa ada kesalahan system, itu benar. Tapi ya udah sih ngapain membuat ribet kalo bisa dibuat simpel.

Ada satu hal yang mengganggu pikiran gue, dan tentunya pikiran ini sudah gue tepis jauh-jauh. Yaitu adalah, mengapa gue harus jujur. Kesalahan system ini sebenarnya menjadi keberuntungan bagi gue, pertama gue bisa mengambilnya, kedua gue bisa mengembalikkan saja tanpa melaporkan ke penjaga perpustakaan, toh datanya juga sudah tidak ada. Tapi entah mengapa, gue terdorong untuk jujur bahwa itulah yang terjadi dan itu apa adanya tanpa dibuat-buat. Oleh karena itu, setelah gue merenung ini adalah anugerah dari Tuhan yang harus gue syukuri. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kemudahan untuk istiqomah dan memberikan petunjuk-Nya manakala menyimpang dari jalan-Nya ini. Aamiin.

Mata kuliah kedua, Teknik Fasilitas dan Advokasi Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan secara offline. Seperti biasa kontrak mata kuliah dulu, sambil tipis-tipis memberikan pengantar. Dosen memberikan pernyataan kepada kami, apa itu Pemberdayaan Masyarakat? Teman-teman gue menjawab dengan cepat, lalu gue pun tak mau kalah dong ikut menyampaikan pendapat. Jadi, menurut kecamata gue menambahkan dari pendapat teman-teman sebelumnya, bahwa Pemberdayaan Masyarakat itu membangun potensi local di suatu daerah atau tempat, setelah memberikan pemberdayaan kepada masyarakatnya.

Pertanyaan berikutnya, orang yang berdaya itu seperti apa sih? Menurut gue sih yang dapat bermanfaat bagi se-sama sesuai dengan kemampuan sendiri. Simpel tapi mencakup semuanya. Setelah selesai perkuliahan ini, seperti biasa gue langsung OTW pulang untuk segera mengerjakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Perjalanan pulang sih, Alhamdulillah lancar-lancar saja tanpa ada hambatan, berbeda dengan hari-hari sebelumnya.

Pandeglang, 19 – Februari 2025

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement