Foto ketika Pelatihan Legislatuf Fisip
"Kenapa elo nggak masuk ke jurusan hukum atau Fisip, Co? Passion elo cocok cuy." Kata Indri dengan heran.
"Iyah, kenapa tuh Co?" Tambah Lail yang ikut penasaran.
"Kembali kepada takdir aja." Jawab gue singkat.
"Eh, Lail pulang-pulang ke Fkip nanti ini anak jadi Bem kayaknya." Kata Indri lagi.
"Wih kocak, elo kira gue cuaca apa bisa diramal."
"Kita lihat aja nanti." Lalu mereka sama-sama mengangguk.
Obrolan singkat, pertemuan yang singkat pula. Apa yang dulu diperbincangkan perihal perjalanan perkuliahan sangat terasa dampaknya sekarang.
Tuhan selalu mempunyai cara yang unik untuk memberikan pembelajaran terhadap hamba-hambanya. Ciptaan-Nya yang berada di alam semesta tidak ada yang sia-sia karena semuanya bermanfaat.
"Belajar lagi menghargai orang lain mulai dari hal kecil, karena dia datang membawa pelajaran yag bisa kita petik, terlepas sikapnya seperti apa."
Setiap dipertemukan dengan seseorang gue sering merenung, apa yang gue dapatkan dari hadirnya dia. Karena gue percaya bahwa hadirnya seseorang dalam kehidupan kita pada hakikatnya untuk memberikan pelajaran yang bisa dipetik hikmahnya.
Kemarin-kemarin gue mendapatkan pelajaran yang berharga dari tiga orang. Pertama, soal menghargai orang lain. Jadi ceritanya gue patneran dengan dia, dengan tujuan mengobrol banyak hal tentang seluk-beluk perkuliahan.
Awal-awal memang dia asyik, di chat pun langsung fast respon. Di tengah perjalanan tiba-tiba dia mengalami transformasi, seperti setengah-setengah patneran, melihat perbedaan tersebut gue mikir, ada apa ini? Mengajaklah gue meet dengan konsep yang matang, bahkan ada Tor nya juga cuy! Eh, pas hari 'H" nya dia tiba-tiba nggak datang, alasannya ketiduran. Okay, masih gue toleransi.
Di hari berikutnya gue kembali mengajaknya meet membahas isu-isu yang sedang hot, tapi dia nggak datang. Kalo ditanya alasan, selalu ada jawaban. Yang gue perhatikan adalah, tidak ada tanda-tanda dia mengaku bersalah gitu, biasa aja.
Gue merasa berjuang sendiri, mengatur alur meet sendiri, bingung cuy. Apa artinya patneran kalo kayak begini yah? kata gue dalam hati. Ini lebih tepatnya sekedar teman doang, mana terkesan gue yang ngemis lagi, nggak bisa dibiarin nih gue harus segera ambil tindakan. Setelah gue pikir matang-matang melepasnya adalah jalan terbaik, ngomonglah gue baik-baik, Alhamdulillah lancar-lancar saja.
Darinya gue belajar soal menghargai orang lain, yeah di hal-hal kecil. Seperti:
1. Menjaga komitmen
2. Saling kerja sama mengorganisir alur pertemuan akan membahas apa saja sehingga tujuan-tujuan yang sudah dirancang dapat tercapai
3. Menjalin hubungan itu tidak harus sendirian, agar tidak lahir sifat si paling. Alangkah baiknya bekerja sama agar tumbuh sifat saling.
4. Bila kita menjalin hubungan pertemanan atau apa pun bentuknya dengan orang lain, lihat dulu apakah dia sudah selesai dengan dirinya sendiri. Kalo belum, kita harus banyak-banyak bersabar, memaklumi dan bekerja sama mengarahkannya ke jalan yang baik. Sebaliknya bila dia sudah selesai dengan dirinya sendiri, jadilah pendengar yang baik untuknya agar dia merasa perjuangannya selama ini sangat berharga dan kita sebagai pendengar dapat ilmu yang bermanfaat dari apa yang sudah dialaminya.
5. Jangan melulu memikirkan diri sendiri, karena itu dapat mengikis rasa peka. Standar aja cuy! Kapan harus menyendiri dan kapan harus bersosialisasi.
Itulah pelajaran yang gue dapat dari orang pertama. Kedua, gue mendapat pelajaran soal menerima diri dari lingkungan yang tidak mendukung sekali pun. Jadi ceritanya gue suka sama itu anak, butuh waktu panjang bagi gue untuk mengumpulkan keberanian mengungkapkan perasaannya, setelah dirasa cukup, gue mengungkapkannya dengan penuh percaya diri. Apa hasilnya? Ditolak cuy! Hahaha.
Beruntung dari awal gue sudah mengantisipasi kalo terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti, ditolak apa yang harus gue lakukan. Dan ketika semua itu terjadi, gue tetap bisa stay cool cuy! Berikut gue paparkan apa yang gue dapat, diantaranya:
1. Ditolak itu lebih baik dari pada diam saja tanpa kepastian, yang ada nanti besar kepala padahal si dia boro-boro kepikiran.
2. Jujur itu nyesek diawal, bakalan tenang diakhir. Ketika gue dengan PD mengungkapkan perasaan kepadanya dengan jujur ada kebanggaan yang mengalir di dalam diri gue, serius dah. Bahkan bagi gue mengungkapkan aja udah cukup, diterima atau tidaknya itu urusan belakangan.
3. Belajar menerima kenyataan perlu proses. Meskipun dari awal gue sudah mengantisipasi akan menerima hal-hal yang di luar kendali seperti ditolak, ada saja sepercik api yang seperti belati yang menusuk hati. Belakangan gue baru mengetahui hal itu terjadi karena adanya rasa ego, yang menganggap bahwa gue itu cowok berkualitas tidak seharusnya ditolak cuy! Padahal itu semua tergantung si Cewek. Perlahan gue belajar menerima secara bertahap, hasilnya? Memuaskan, gue bisa berdamai dengan perasaan itu sendiri.
4. Ketika ada seseorang yang menyukai kita, padahal value dia tinggi, jangan insecure duluan. Dengan beranggapan, dia terlalu pintar, dia terlalu dewasa atau sejenisnya, terima saja. Itu artinya orang yang menyukai kita melihat ada nilai lebih di diri kita sehingga merasa tertarik untuk menjalin hubungan lebih jauh lagi.
5. Harus mempunyai harga diri. Ketika kita tidak disukai oleh seseorang, maka jangan mengemis untuk disukai, toh soal rasa semua orang mempunyai seleranya masing-masing. Lagian kata Boy Chandra, cinta itu kaya, kita tidak patut mengemis. Yeah begitulah. Bagi gue harga diri itu perlu dijadikan prinsip utama, biar orang lain tidak menyepelekan apalagi sampai berbuat semena-mena.
6. Cinta tak pernah salah, kita saja yang lupa arah. Menurut gue menyukai seseorang itu tidak salah, toh itu hak setiap orang. Cuman yang perlu kita tekankan adalah, arahnya mau dibawa ke mana? Kalau ke hal yang positif, itu bagus. Yang menjadi masalah adalah saat kita bingung tidak tahu arah, wih ini sih parah, jangan ya dek haha.
7. Tidak setiap hal yang kita sukai atau inginkan harus digenggam (dimiliki) adakalanya cukup kita perhatikan dan ambil pelajarannya. Gue mendapat pemikiran kayak begini dari filosofi air. Kita semua tahu kan air? Yeah, pertanyaan yang tidak berbobot wkwk. Air itu berharga, semua orang pasti mengatakan iya. Tapi coba kita genggam, apakah dapat tergenggam? Tidak, padahal air begitu berharga. Itu artinya tidak setiap hal yang berharga di dunia ini dapat kita genggam.
Yeah, itulah beberapa point yang gue dapat dari pertemuan dengan orang kedua. Kalo gue membuka lembaran-lembaran kenangannya, lumayan kocak, ada-ada aja gitu. Apakah sekarang gue sudah berdamai dengan rasa itu? Of course. Feed back-nya ternyata sangat berdampak banget buat mendewasakan diri. Gue bersyukur atas bantuan-Nya bisa melewati tanpa ada rasa sedih yang berlarut-larut layaknya orang lain.
DoÄ·umen pribadi
Ketiga, gue mendapat pelajaran soal berharap hanya kepada-Nya. Jadi ceritanya gue sedang ada penelitian tentang perkuliahan perihal politik. Kebetulan gue punya kenalan dari Fisif, ya gue chat kan. Awal-awal dia fast respon, setelah tiga hari kemudian jadi slow respon, soal beginian gue udah nggak aneh sih, toh mungkin dia lagi ada kesibukkan, positif thingking aja.
Melihat situasi yang mulai rumit, gue mengajaknya untuk meet aja biar obrolannya semakin luas. Dibuatlah rencana pembahasannya. Lah kok ada rencana pembahasan? Gue mikirnya begini, kenalan gue yang satu ini pintar banget cuy! Apalagi setiap hari sibuk beroganisasi, ya kali gue hanya meet doang tapi tidak meminta ilmunya, sia-sia dong. Jangan ya dek haha.
Soal pembahasan Alhamdulillah dia mengiyakan. Tapi soa waktu meet, belum ada kejelasan. Gue tunggu dengan sabar karena mau cepat-cepat penelitian ini kelar, toh masih banyak hal yang harus gue pelajari. Lama menunggu tak ada kabar juga, ya udah akhirnya gue memutuskan untuk tidak berharap lagi, biarlah. Apakah gue kecewa? Cuman sedikit, karena gue mikir, ya udah wong dia sibuk ngapain tetap menunggu, biarkan dia menghubungi bisanya kapan, nanti kita tinggal menyesuaikan. Lebih damai bukan? Begitulah.
Dokumen pribadi
Ouh iyah, gue juga sempat hubungi kenalan yang sama satu Fakultas sama dia. Awalnya udah fix kan, eh tiba-tiba di pagi hari memberi kabar tidak bisa karena ada urusan yang lain, lengkap sudah penderitaan gue cuy haha. Masalahnya begini loh, kita udah sama-sama sepakat, lantas ngapain tiba-tiba ada urusan yang lain, tapi yeah itulah uniknya manusia. Ini juga jadi pembelajaran bagi gue biar tidak membudayakannya.
Berikut, gue paparkan apa saja yang gue dapat dari pertemuan yang ketiga dengan seseorang, diantaranya:
1. Bersikap biasa saja. Jujur awal-awal gue berharap banget meet bakalan jadi, biar dapat wawasan dan pengalaman baru. Eh, realitanya tidak begitu. Gue teringat firman Tuhan di Surah Al-Insyiroh ayat terakhir, bahwa hanya kepada-Nya kita berharap. Di sini gue dapat memetik hikmah, bahwa dari awal harusnya tidak berharapp lebih, Tuhan itu maha cemburu, makannya gue digeprek biar hanya berharap kepada-Nya. Gue sih sebenarnya udah mengantisipasi kalo nggak jadi meet harus menerimanya, cuman karena berharap itulah merusak kestabilan pikiran gue, sehingga harus meredamnya biar kembali fokus kepada yang lebih penting dari masalah kecil ini.
2. Memahami kesibukkannya. Teman gue ini sibuk orangnya, maka harus banget gue memahaminya. Kecuali, kata-katanya tidak sesuai dengan apa yang dia lakukan. Gue kan sama-sama anak organisasi, jadi urusan kayak begini okelah dapat ditoleransi. Ouh yah, gue jadikan juga ini bagian dari belajar mengerti orang lain lebih dalam lagi biar nggak gampang emosi atau menghakimi. Lumayan susah sih, makannya gue disuruh Tuhan untuk belajar di situasi begini wkwk.
3. Mengetahui ritme kapan harus menghubunginya. Dia kan sibuk, jadi gue harus pintar-pintar memainkan ritme, biar terjalur. Sejauh ini, gue baru mengerti ritme hubungi dia yang tepat itu malam pukul sembilan ke atas, itu pun kalo dia belum tidur dan tidak ada tugas yah.
4. Gue sering dinasehati oleh Ibu, katanya kalo ada yang nge-Chat langsung balas jangan dibiarin mulu, elo kira patung apa. Hm... berkali-kali tuh nasehat diulangi, tapi gue bandel bat slow respon. Malaikat mungkin sebal melihat tingkah laku gue ini, memintalah kepada Tuhan agar memberikan teguran kepada gue, dan inilah tegurannya. Gue mengerti sekarang arti dari nasihat itu. Okelah, gue akan belajar fast respon, kecuali ke admin pinjol dan slot haha, astagfirullah jangan ya dek.
5. Tidak setiap hal harus kita totalitaskan. Toh contohnya beragama kalo sangat totalitas bahaya, bisa-bisa bikin agama sendiri haha. Sekedarnya saja. Yeah, ada satu kata dari dia yang menusuk bat dah dan itu tak pernah terpikirkan gitu, kalimatnya sederhana, elo emang selalu totalitas. Bjir, kata-kata itu deep talk banget cuy! Soal totalitas gue baru mengerti sekarang harus tahu tempat biar tepat.
6. Sibuk berorganisasi itu bagus, tapi jangan sampai stak di situ aja, carilah lagi tambahan seperti bersosialisasi dengan masyarakat. Yang gue perhatikan, organisasi di kampus tuh hanya aktif di situ aja gitu, program-programnya juga tidak jauh kayak periode sebelumnya. Kalo diganti, muncul beberapa perdebatan, iya aja kalo jadi, nah kalo kagak sia-sia cuy. Kelebihan dari organisasi kampus tuh di manajemen waktunya sistematis banget, tapi di inovasinya kalo dari penilaian gue belum begitu fleksibel. Jadi antara yang berorganisasi kampus dengan yang tidak, pemikirannya sama aja gitu, ini kan kocak cuy!
7. Manusia itu abstrak, menjalani hidup tergantung dari pengalamannya. Maka dari itu, proses pendekatannya bervariasi, kalo nggak ya elo nggak bakalan satu frekuensi. Di sinilah fungsinya riset sangat penting biar komunikasinya tetap nyambung, tidak rentan bersambung. Dalam hal ini gue lagi belajar, biar memudahkan hidup gue ke depan.
8. Jangan ragu ketika mengambil keputusan. Karena diantara dua pilihan itu, pada hakikatnya memiliki resikonya masing-masing, tinggal kita pikir-pikir dulu mana nih yang sebaiknya harus diprioritaskan.
9. Relasi itu penting, karena ketika ada kebutuhan yang misalnya mendesak, kita tinggal minta bantuan ke teman yang bisa membantu di bidang tersebut. Dan relasi itu harus dirawat, jangan dibiarin aja, minimal basa-basi satu bulan sekali.
10. Ketika kita dalam proses berjuang mencapai apa yang dicita-citakan. Jangan lupakan diri kita yang sudah kuat sejauh ini, apresiasi sekedarnya dengan cara istirahat sejenak atau melakukan aktivitas yang membuat diri kita bahagia. Hal ini penting dilakukan, agar motivasi belajarnya tetap stabil.
11. Bentuk terkecil dari menghargai orang lain via WA adalah ketika tidak sempat membalas, cukup ketik, 'Wait ya' atau 'Bentar gue lagi... belum sempat balas' sedangkan via dunia nyata adalah, mendengarkan sambil mengangguk, paham atau nggaknya biarin haha.
Itulah beberapa hal yang dapat gue pelajari. Dari beberapa point di atas, tentunya ada aja yang belum gue lakukan, termasuk fast respon. Yeah, maka dari itu Tuhan memberikan gue teguran biar tidak membiasakannya.
Ouh yah, elo pernah dengar nggak sih cuy! Quotes medsos yang mengatakan bahwa kalo kita fast respon, berarti murahan. Itu kan kocak cuy! Bukankah dulu orang-orang pada fast respon? Tapi sekarang mengapa lahir kata itu, yang bisa membuat orang lain terdistraksi untuk slow respon. Iya aja kalo lagi sibuk, nah kalo kagak mah ya udah, itu kembali kepada prinsip masing-masing wkwk.
Dari beberapa orang yang Tuhan pertemukan, kalo kita mau memikirkannya, selalu melahirkan pelajaran yang dapat kita petik. Gue bersyukur kepada Tuhan sudah dipertertemukan orang-orang pilihan-Nya agar dapat mempelajarinya sebagai bekal untuk menyongsong masa depan. Ura!!!
0 Komentar