Bersama Donal, Mirza dan Ibad
Hidup mahasiswa!Hidup Rakyat Indonesia!
Hidup Perempuan Yang Melawan!
Teman-teman, dekanat sekarang dengan santai membuat jembatan yang tidak berguna bagi kita semua, karena buat apa membangun jembatan kalau tidak bisa menjembatani kebutuhan dan aspirasi dari para mahasiswanya!!!
Huuuuh!!! sorak semuanya.
Pada tanggal 4 September 2024 secara terbuka, para ormawa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melakukan aksi untuk menyuarakan aspirasi dan keresahan yang sedang melanda. isu-isu sekitar sarana prasarana, kebijakan-kebijakan dekanat dan ketidakpedulian terhadap orang-orang disabilitas menjadi topik utama dalam aksi tersebut.
Gue ikut andil dalam aksi, tapi sebagai penonton saja. Tadinya sempat gue diajakan untuk orasi mewakili himpunan, yeah karena nggak mau ya udah. Lagian gue melihat situasi yang sudah kondusif untuk orasi, fokus para massa kayak udah terpecah gitu, tidak seperti pas awal-awal.
Pada hari ke seratus dua puluh satu ngampus, pembelajaran mata kuliah ada tiga, yaitu: Pembelajaran Transformatif, Pengembangan Media Sumber Belajar dan Patologi Sosial.
Mata kuliah pertama, Pembelajaran Transformatif diselenggarakan Pagi hari, Alhamdulillahnya gue nggak telat, malahan lima belas menit sebelum dimulai gue udah stay. Hm... kebiasaan yang positif cuy! Berikut gue paparkan materinya.
1. Pembelajaran Transformatif pada dasarnya merupakan suatu pembelajaran yang menghasilkan perubahan mendasar, pada diri peserta didik.
2. Makna Transformatif ada tiga. Pertama adalah merubah bentuk, penampilan atau struktur. Kedua, mengubah kondisi, hikikat atau karakteristik. Ketiga, Mengganti substansi.
3. Pembelajaran Transformatif (Mazirow, 2000) Suatu proses yaitu dengan mentransformasikan
kerangka acuan (pola pikir, kebiasaan pikiran,
perspektif makna) kumpulan asumsi dan harapan
yang problematis dan membuatnya lebih inklusif,
memilah, terbuka, reflektif dan secara emosional bisa berubah.
4. Sejarah lahirnya teori pembelajaran transformatif. Pertama merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dari perspektif transformatif yang digagas dan dikembangkan oleh Mezirow (1978). Kedua, Pembelajaran Transformatif muncul sekitar tahun 1970-an, berawal dari hasil studi yang dilakukan Mezirow terhadap pengalaman belajar para wanita yang kembali lagi bersekolah setelah lama meninggalkan bangku sekolah.
5. Esensi Transformasi. Pertama, Transformative learning adalah suatu proses pembelajaran yang
melibatkan kesadaran warga belajar dan mengarah pada perubahan baik dalam perubahan berfikir, perubahan sikap yang disebabkan karena menerima informasi baru. Kedua, Mezirow mendefinisikan Transformative Learning sebagai sebuah proses dimana kita mentransformasikan cara pandang kita yang taken-for-granted.
6. Pembelajaran menurut para ahli. Pertama, Cranton (2002) memahami pembelajaran
transformatif sebagai kegiatan pembelajaran yang
ditujukan untuk proses penyadaran peserta didik
terhadap kesalahan atau kelemahan perspektif
beserta asumsi dasar yang dimiliki, untuk kemudian
beralih pada perspektif baru yang dinilai tepat. Kedua, Melalui pembelajaran transformatif, para peserta didik dikondisikan untuk secara terus menerus melakukan refleksi, mempertanyakan atau bahkan menggugat terhadap perspektif yang telah dimiliki selama ini (Rhamadani, 2013).
"Dari awal Ibu sudah singgung bahwa orang dewasa itu susah untuk merubah pikirannya. Sebelumnya ada yang mau cerita perihal pengalamannya mengubah pikiran lama yang sudah tidak layak dipakai?" Tanya Bu Dosen memberikan kesempatan.
Dua teman gue cerita pengalamannya. Yang pertama adalah soal cita-cita ingin kuliah dari tidak diizinkan menjadi diizinkan sampai sekarang oleh orang tuanya. Kedua, berkebalikan dari cerita pertama, orang tuanya memintanya untuk tidak kuliah, mau tak mau dia harus menuruti, setelah dijalani akhirnya dia sadar bahwa kuliah memang sepenting itu.
Ketiga, bagian gue cerita wkwk. Yeah gue cerita bahwa gue tuh orangnya santai, suka menyepelekan sesuatu. Secara kebetulan gue bertemu dengan teman dan dia cewek (Pada bagian ini, teman-teman satu kelas menyoraki gue, terutama si dia yang sudah menolak gue) kita beda fakultas dan jurusan. Dia itu orangnya cerdas, pintar dan sibuk banget berorganisasi, berkualitas aja dah.
Moment aksi
kami sama-sama sepakat menyelenggarakan meet, awal-awal dia fast respon, eh di kemudian hari dia tak ada kabar, okay gue toleransi. Setelah ditunggu sampai sekarang tak ada kabar juga. Di situ gue mikir, ouh ternyata ketika kita sudah bersepakat jangan santai-santai, ya, harus on time. Dan, pemikiran-pemikiran lainnnya.
Jujur dah, pembelajaran tranformatif gue rasa berkualitas banget. Ya iyalah wong yang mengajarnya sudah s3 wkwk, dunia ternyata seru juga kalau mengkajinya bersama orang yang ahli dibidangnya.
Bu dosen juga sempat menyinggung soal Paulo Freire yang di mana teori pendidikannya masih layak digunakan, karena fakta di lapangan ada saja seorang pendidik yag melakukan pembelajaran dengan sistem bank.
Mata kuliah dua, pengembangan Media juga dilaksanakan secara offline. Kecuali Patologi sosial, tidak diselenggarakan karena Dosennya sedang ada kegiatan di luar, yeah jadilah libur.
0 Komentar