Hari Ke Seratus Dua Puluh Ngampus

Foto bareng Bpjs
"Kamu tahu, dari berbagai fakultas, perpusatakaan fkip itu peminatnya ramai, cuman minusnya tempatnya kayak begini, kecil dan sumpek." Kata Penjaga Perpus ketika gue meminjam buku.

"Oh yah, memang idealnya harus bagaimana Bu?" Tanya gue penasaran.

Dengan antusias, Si Ibu mengatakan bahwa harusnya Perpustakaan di Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan menjadi prioritas utama, karena cakupan dari Ilmu Pendidikan itu sangat luas. Perpustakaan hadir untuk memberikan nutrisi bacaan-bacaan yang membuat cakrawalanya tidak satu sudut, tapi berbagai sudut.

Gue melihat situasi sekitar yang begitu riuh, orang-orang secara bergantian keluar - masuk mencari buku pilihannya, sebagian ada yang sibuk mengerjakan tugas di depan laptopnya. Aneh memang, FKIP mahasiswanya paling banyak tapi dari segi sarana dan prasarana selalu terbelakang.

Hari ke Seratus Dua Puluh, mata kuliah seharusnya ada dua, yaitu Perubahan sosial dan Statiska Terapan. Tapi mata Kuliah Statiska akan pindah hari, alasannya Dosennya di hari tersebut waktunya ngampus semester tiga.

Gue berangkat tampil bat dah, setengah tujuh biar nggak telat. Jadi begini, gue kan semalam datang ke rumah setengah dua belas, lanjut menulis keseharian ngampus, eh baru setengah nulis gue langsung tumbang, habis ngantuk banget euy.

Perubahan sosial adalah adanya peningkatan dan penurunan di mayarakat. Contoh, indeks literasi kita tinggi, berarti masuk kepada peningkatan. Ini peningkatan positif yah, karena ada peningkatan sosial tapi memberi dampak negatif cuy. Apakah itu? Pengangguran. Nah, pengangguran ini lebih tepat masuk kepada perubahan sosial yang penurunan, bukan peningkatan.

"Teman-teman tahu apa yang mahal di perkuliahan itu? Tanya Bu Rahmi.

Teman-teman menjawab sesuai dengan kemampuannya, seperti: Ilmu, relasi, pengalaman, inspirasi dan diskusi. Dalam persepektif Bu Dosen yang paling mahal dari perkuliahan itu adalah, proses berpikir. Ketika mendengar kata ini, gue merenung, iya juga yah.

Proses berpikir itu penting biar tidak cepat salah paham dalam menerima informasi. Kita akan mengkritisi dulu kebenarannya sampai ke akar-akarnya, baru percaya. Sambil mendengarkan, gue juga mengajak pikiran gue bepikir biar tambah paham.

Ternyata proses berpikir ini memiliki keterkaitan dengan mata kuliah pembelajaran transformasi. Di mana proses berpikir kita dari segi nilai, prinsip dan asumsi harus dirubah ketika berada di lingkungan yang baru. kalo kita pegang terus bisa menmbulkan masalah serius, pola pikir kita nggak bakalan berkembang hanya di situ-situ saja. Yeah, lumayan menarik, gue baru 'ngeh' sekaligus takjub dengan apa yang disampaikan oleh Bu dosen barusan.

Perubahan sosial adalah adanya perubahan prilaku, hubungan sosial, lembaga, struktur sosial pada waktu tertentu. (Farley, 2005)

Perubahan sosial mempunyai tiga jenis. Pertama, natural atau alami. Contohnya adalah dulu dalam satu keluarga di rumah, banyak kepala keluarganya. Tapi sekarang berubah dengan sendirinya, mereka membuat rumah masing-masing.

Kedua, secara bertahap. Contohnya di pertanian, dulu ngebajak sawah memakai kerbau, sekarang mah memakai mesin collector (Kalo Typo bodo amat wkkwk). Ketiga adalah secara radikal atau esktrim. Contohnya, peristiwa 98 dan program cukup dua anak.

Bagi gue pembelajaran kali ini berdaging sekali dan mudah dipahami. Sehingga membuat gue terus memotivasi untuk mematangkan proses berpikir, biar tidak ngang-ngong ketika terjun ke masyarakat.

Selesai mata kuliah, gue shalat dhuha dulu baru pergi ke Perpustakaan. Wih, ramainya bukan main cuy! Mana cewek semua lagi, sedangkan gue sebagai cowok sendirian doang haha. Kocak yah, tapi begitulah realitanya. 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement