"Berbuat kebaikkan itu jangan ragu atau malu, Dek. Toh, orang-orang juga buat dosa nggak malu. Malah dipamerin." Ucap Bapak-bapak yang tampilannya kayak Dosen, memberikan gue nasihat ketika nolak buat Adzan.
"Siap Pak." Jawab gue pelan, sambil melangkah ke depan mengumandangkan Adzan.
Selesai shalat, si Bapak yang ternyata namanya Pak Anies adalah seorang pengawas pendidikan di salah satu desa Kota Serang. Literasinya yang tinggi tak berhenti-berhenti memberikan gue wejangan berupa siraman rohani. Pesan yang gue paling ditonjolkam adalah, terus berproses memperkaya diri, terutama ilmu agama yang semakin hari di kampus kian terkikis di makan budaya-budaya modern.
Soal budaya modern yang tanda kutip 'ke barat-baratan' sebenarnya gue nggak anti. Toh, lagian di kampus diberikan kebebasan mempelajari beberapa ideologi. Tinggal kembali kepada diri kita, sudah sekuat apa pondasi diri sampai dengan PD-nya mengikuti arus yang bertentangan dengan yang tidak seharusnya tidak dilakukan.
Hari ke seratus enam ngampus, mata kuliah ada dua. Pertama, dinamika kelompok tidak ada pembelajaran, katakanlah libur yah. Mata kuliah kedua, dilaksanakan secara offline, yeah hanya presentasi kelompok.
"Elo aja yah, yang presentasi Za." Kata gue kepada Mirza.
"Yeah, Bang. Yang tahu persoalan kan elo, kenapa harus gue dah." Tolaknya.
"Yaelah Za, gantianlah. Nanti gue yang pegang papan mapping-nya, elo yang jelasin. Kalo ada apa-apa gue bantuin dah." Rayu gue dengan logis, karena memang dia sedikit nervous.
"Oke siap Bang."
Presentasi yang dibahas tentang penolakan proyek geotermall yang ada di padarincang kota Serang - Banten. Kami dibagi beberapa kelompok, setiap kelompok diberi tugas untuk menganalis masalah. Ada beberapa analisis, yaitu; analisis dinamika sosial, analisisi aktor, analis stakeholder dan lain-lain.
Kelompok gue mengambil analisis stakeholder, berdasarkan kesepakatan bersama. Bagi gue sih, bodo amat, yang penting dikerjain biar tahu rasa. Kalo nggak dikerjain namanya bukan tahu rasa, tapi tahu kalo dia bermain di belakang layar dengan yang lain wkwk.
Analisis stakeholder itu adalah kepentingan-kepentingan beberapa pihak yang terkait di sana. Ada pihak internal dan eksternal. Dalam kasus penolakan proyek ini, pihak pemerintah dengan pihak swasta masuk kepada internal. Sedangkan pihak masyarakat masuk kepada eksternal. Kami analisis tuh biar bisa menyimpulkan dari beberapa pihak kepentingan.
Selesai MK, gue seperti biasa agenda rutin hari Rabu memgembalikan buku sekaligus meminjam lagi di perpustakaan fakultas. Kenapa gue nggak ke perpustakaan universitas? Gue lagi mikir-mikir dulu nih, bukan hanya uang yang terpakai tapi juga otak dan waktu.
Pas mau shalat Ashar, di situlah gue ketemu Pak Anies. Bukan Pak Anies Baswedan yah wkwk. Gue disuruh Adzan Ashar, dalam hati gue nolak, buset dah di kampung aja jarang Adzan, ya kali di sini harus. Mau tak mau, gue turuti. Nggak apa-apalah, coba dulu aja, meskipun suara gue jelek kaya TOA wkwk. Bodo amat dengan komentar orang, toh mereka juga sibuk dengan dirinya sendiri.
Banyak sekali sebenarnya pesan yang disampaikan oleh Pak Anies, diantaranya; harus tetap semangat Syiar kebaikan-kebaikan, harus bangga terpilih oleh Tuhan menjadi orang-orang yang berbeda dengan yang lain, buktinya orang-orang pada sibuk dengan dunia sendiri sehingga panggilan dari Tuhan dibiarin aja. Dan, harus se-bisa mengutamakan Tuhan dalam kesibukkan sehari-hari.
Itulah beberapa pesan yang gue dapat. Beruntung gue dipertemukan dengan orang yang memberikan nasihat rohani. Gue mengakui, bahwa ini semua karena-Nya. Bukan se-mata-mata kebetulan. Maka dari itu, gue harus berusaha mendekat-Nya meskipun banyak dosa yang tak terhitung jumlahnya.
0 Komentar