Kata Bu Histi: Pintar Itu Relatif

"Ibu tidak pernah memaksa siswa untuk pintar di pelajaran yang Ibu pegang. Kalian tahu kenapa?"

"Nggak tahu, Bu," jawab kami serentak.

"Karena Ibu tahu, setiap orang itu mempunyai keahlian di bidang masing-masing. Si A misalnya hebat di bidang Matematika, tetapi belum tentu hebat di bidang Bahasa. Kalian paham kan dengan apa yang Ibu maksud?"

"Insya Allah, paham."

Bro! Kita memang sudah tahu bahwasannya setiap orang itu mempunyai keahlian masing-masing. Ada yang hebat di dunia fisika, kedokteran, bucin, pertanian, bahasa dan lain sebagainya. Tetapi sayangnya banyak orang-orang yang tidak mau menerimanya.

Seperti halnya ketika kita mempunyai keahlian di bidang bahasa, tetapi di bidang matematika kita rendah, seharusnya kita bangga! Jangan berkecil hati. Mengapa? Karena garis takdir kita seperti itu.

Banyak orang-orang di luar sana, ketika di mata pelajaran eksak rendah langsung berkecil hati. Alih-alih mencari keahlian yang kita punyai, ini malah santai-santai.

Gue setuju dengan apa yang dikatakan oleh Guru gue. Pintar itu relatif, maka untuk itu kita jangan tinggi hati apalagi so cool, hih! Alay banget deh.

Guru gue juga pernah bilang kayak begini. 'Ketika guru memaksa muridnya untuk bisa di pelajarannya, itu salah. Kecuali untuk paham, itu wajar. Jika dipaksa untuk bisa banget, itu salah besar. Karena tugas guru sejatinya adalah mendidik dan membina muridnya ke jalan yang benar. Maka untuk itu, berilah wejangan berupa akhlak dan budi pekerti yang baik, bukan materi saja,' ya, kurang lebih seperti itu.

Terkadang yah, ada saja guru yang ketika melihat muridnya tidak pandai dalam pelajarannya, dia mengabaikannya. Gue sudah pernah sih mengalaminnya dulu, kalau sekarang alhamdulillah nggak.

Gue sering miris mendengar cerita dari teman gue, dia dipaksa banget buat bisa dipelajaran yang tidak diminati. Kalau tidak bisa, gurunya akan mengabaikan.

Kasus seperti ini tanpa kita sadari sudah hampir membudaya, sok aja buka di internet banyak kok contohnya. Memang, tidak setiap Sekolah gurunya seperti ini, tetapi bukan tidak mungkin angka guru yang tidak memahami Muridnya lebih besar kebanding yang memahami.

Guru yang mengajar tanpa memahami keahlian seorang Murid, akan membuat sepercik kepercayaan diri sang Murid untuk menggali keahliannya akan bermental tempe. Dan semangatnya untuk mencari tahu keahlian dia itu sebenarnya apa, akan terhambat karena kepercayaan dirinya sudah terpatahkan dari awal.

Maka untuk itu, pentingnya seorang guru memahami potensi muridnya. Agar ketika si Murid tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan, kita bisa memakluminya. Karena pada dasarnya pintar itu relatif.








Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement