Review Seminar Nasional Pnf 2023

Foto Bareng Semnas Pnf 2023 
Program himpunan mahsiswa jurusan pendidikan non formal setiap tahun menyelenggarakan kegiatan semnas, dan mungkin setiap jurusan menyelenggarakan kegiatan ini karena secara tidak langsung menjadi program wajib.

Tema yang diangkat dari semnas ini "Transformasi Pendidikan Non Formal, Dalam Menyongsong Indonesia Emas." Gue nggak terlalu dalam mengetahui mengapa tema ini diangkat, alasannya apa dan landasannya apa. Untuk tahu, gue minta penjelasan dong ke panitia penyelenggara tor nya atau kalau nggak ada minimal landasan-landasan mengapa adanya semnas ini. 

Alasan gue ingin tahu adalah biar pas ikut semnas nggak ngang-ngong aja gitu karena gue udah tahu duluan maksud dan tujuan acara ini diselenggarakan. Seharusnya setiap kegiatan kayak begini biar pas di forum semua peserta aktif berbantah-bantahan mengeluarkan gagasan-gagasannya yang akhirnya nilai inti dari diselenggarakannya kegiatan tercapai, yaitu untuk menyelesaikan masalah. Bukan masalah yang didiskusikan lahir dari gagasan pemateri doang. Yeah, begitulah pandangan gue terhadap seminar-seminar dari dulu monoton nggak ada perubahan, entah itu seminar bisnis, pendidikan, ketenagakerjaan dan masih banyak lagi.

Gue tunggu tuh tor atau konsep-konsep acara semnas dari panitia penyelenggara. Katanya tor itu hanya untuk pemateri doang, gue hanya akan dikasih point-point penting aja. It's okay. Gue tunggu dua hari, tiga hari, sampai acara semnas selesai nggak ada kabar. Sakit juga nunggu kepastian yah wkwk.

Padahal apa salahnya sih peserta tahu tor atau konsep-konsep acara? Kan tujuan gue hanya ingin tahu! Bukan ingin mengganggu terlaksananya acara. Lagian kan sebelum buat acara adanya kajian dulu terhadap isu yang akan diangkat, setelah digodog sampai mateng baru di proses menjadi konsep-konsep teknisny bagaimana. Point intinya di situ apa coba? Isu yang akan di angkat. 

Kalo menyelenggarakan acara isunya belum matang ya acaranya seremonial doang, karena point intinya tidak digagas dengan serius. Acara mungkin meriah, lancar tapi esensi-esensinya nggak dapat, setelah selesai acara semua masalah dianggal selesai nggak ada tindak lanjut lagi. Padahal tujuan besar dari diselenggarakannya acara adalah menyelesaikan masalah, bukan kenalan dengan masalah. 

Meminjam kata kakak gue, acara seminar sekarang seremonial doang, esensinya kurang seksi, karena ada beberapa alasan. Yaitu, isunya belum matang, pihak penyelenggara belum sepenuhnya paham tujuan acara sebenarnya apa, terakhir daya pengetahuan. Dan itu membudaya di semua tempat, tentu gue berpendapat kayak begini nggak merasa tahu segalanya gue resah aja mengapa esensi-esensi tidak diutamakan. 

Padahal lingkungan kampus, padahal sekelas mahasiswa, dan padahal sudah belajar antropologi pendidikan. Yang di mana, dalam pandangan antropologi, kebudayaan itu lahir dari pendidikan.  Pendidikan yang baik akan melahirkan kebudayaan yang baik. Lantas mengapa budaya kita seperti ini, apakah dari pendidikannya? Takdir mungkin wkwk.

Materi pertama membahas soal kelembagaan pendidikan non formal, apa saja syarat-syaratnya agar kelembagaan yang kita dirikan tetap bertahan. Nama pemateri pertama ialah Pak Atih, Dosen Fisip dan CEO Kampung Cendikiawan, asal Pandeglang. 

Bila lembaga kita ingin ingin langgeng dan konsepnya juga bukan kaleng-kaleng harus mempunyai lima sifat, yang disingkat IDEA. Apa itu?

 1.  Itegritas

Lembaga kita harus punya integritas dong, biar kelihatan oleh orang-orang nggak ecek-ecek. Artinya konsisten dalam menyelenggarakan kegiatan bukan satu gebrakan doang, ke sananya ngawur. Untuk mempunyai integritas ini kita harus menyiapkan konsep yang benar-benar matang apa saja yang akan dilakukan, sistem pembelajarannya bagaimana, jadi direncanakan sedetail mungkin, serinci mungkin, selengkap mungkin. Dan kita harus menganalisis kalau salah satu program tidak berjalan harus bagaimana, bukan dibiarin aja.

 2.  Demokrasi

Lembaga kita harus demokrasi maksudnya terbuka dan dikenal luas oleh kalangan masyarakat, bukan diam-diam bikin bom wkwk. Untuk yang satu ini gue belum memahami terlalu dalam, so membahasnya juga takut di luar dari jalur, nantilah biar gue tanya lagi wkwk. 

 3. Etika

Lembaga kita harus mempunyai nilai-nilai yang tidak menyimpang di masyarakat. Tapi justru harus menyesuikan dengan keadaan sekitar. Biar apa? Biar menarik minat masyarakat, dan pandangan masyarakat juga baik. Dengan hal itu, kita mempunyai nilai plus.

 4. Afinitas

Lembaga kita harus selaras dengan masyakarat, pemerintah, dan lain sebagainya. Biar tadi yang point ketiga, masyarakat tertarik, mendukung, dan simpatik. 

Itu yang gue tangkap dari materi pertama, benar dan salahnya kembali ke sudut pandang, kan setiap orang mempunyai pemikirannya masing-masing.

Materi kedua dari Pak Yuliana ketua SKB Pandeglang. Membahas apa yang perlu kita siapkan untuk indonesia emas 2045. Sebagaimana kita ketahui bahwa di tahun itu usia negara kita 100, menurut para ahli akan mengalami demosgrafi di mana usia produktif 20 - 35 tahun lebih dominan kebanding yang tua. Hal ini di satu sisi menjadi peluang untuk kemajuan negara kita, di satu sisi menjadi ancaman karena bila yang muda-muda nggak produktif, ya, pasti akan banyak ketimpangan sosial terjadi.

"Elo mau nanya?" Kata teman gue di WA

"Yeah." Jawab gue singkat.

"Gue juga mau nih. Ou iyah, pematerinya dari Pandeglang semua yah! Hebat yah."

"Yups, kita nanti yang akan meneruskan mereka."

"Yoi. Gue masih bingung nih rangkai katanya, hmm." Gue mikir, ouh ada kata 'hmm' kode butuh bantuan nih, tapi kan posisi gue nggak memungkinkan.

"Rangkai aja yah, sorry pemateri lagi bicara nggak sopan kalo kita mainin hp." Balas gue tanpa berpikir panjang sambil matikan data. 

Gue hanya fokus ke pemateri. Tadinya gue mau bantuin teman gue rangkai kata sih, cuman setelah dipertimbangkan matang-matang buat apa. Ada dua alasan mengapa dengan teganya gue nggak bantuin, pertama biar dia belajar sendiri karena gue tahu dia tuh mempunyai pemikiran yang cerdas, dan kedua biar nggak ngandelin gue. Yeah, gue mengapresiasi dia orangnya mandiri, cuman yang gue pikirkan kedepannya sifat mandirinya mengurang karena terbiasa dapat penalti.

Sesi tanya jawab pun dibuka, gue sudah mempersiapkan pertanyaan bagi masing-masing pemateri. Buat pemateri yang pertama gue ada dua pertanyaan yaitu,

 1. Bila di Sekolah ada kurikulumnya dari kemendikbudristek, sedangkan pendidikan non formal ada nggak kurikulumnya atau minimal sasaran-sasarannya karena takutnya ada yang mendirikan pendidikan non formal pembelajarannya menyimpang dengan aturan agama, moral, dan bangsa?
 2. Tadi bapak sempat menyinggung bahwa pemerintah kabupaten Pandeglang mengalami kesulitan mencari pelopor-pelopor pendidikan untuk di Pandeglang dan perwakilan Pandeglang di Provinsi Banten. Apakah itu informasi baru yang peraturannya baru ada atau sudah lama tapi tidak tersampaikan ke publik. Karena berdasarkan analisis saya kita nggak kekurangan pelopor buktinya di fkip angkatan 2023 saya menemukan baru ada lima orang, di Fisip baru saya temukan satu orang. Dan, pada tahun 2022 ketika saya masih aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia Kabupaten Pandegang, saya sering berkunjung ke gedung DPRD, Setda dan bahkan Dindikbud tidak ada arahan atau informasi perihal pelopor pendidikan. Gimana tuh Pak?

Bodo amat terlalu panjang nggak berbobot, atau apalah pandangan orang, yang ada dalam pikiran gue pada saat itu adalah mengeluarkan aspirasi dan keresahan gue. Buat pemateri kedua gue juga punya dua pertanyaan yaitu,

Pembahasan yang bawa sampaikan tadi perihal menyongsong indonesia emas 2045, nah apa saja sih yang harus kita persiapkan untuk mencapai ke sana dengan progres yang baik sehingga tidak menjadi acaman bagi kita nanti, bila di Daerah kita sendiri permasalahnnya yaitu:

 1. Perpusda Pandeglang sebagai jendelanya ilmu pengetahuan tidak ada kegiatan, yang padahal mereka mempunyai program perpusling ke setiap desa, tapi realitanya vakum karena tanda kutip ini privasi pak. Dan bahkan kemarin saya sudah tiga kali ditolak meminjam buku dengan alasan input data belum selesai padahal sudah sebulan lebih?
 2. Tidak ada lembaga yang aktif seperti ruang-ruang untuk peningkatan minat dan bakat warga setempat. Dan bahkan, kumandang juga entah ke mana nggak ada kabar vakum yang padahal harusnya ada kan ya pak, kira-kira gimana tuh pak?

Moderator memberikan instruksi untuk mengangkat tangan, untuk memilih siapa aja yang akan bertanya karena dibatas hanya tiga orang doang, bahkan dari awal sudah digiring bakal dapat doorprize siapa coba yang nggak tertarik. 

Dan pada akhirnya gue nggak ke pilih. Kecewa nggak gue? Pasti tapi di situ gue langsung mengendalikan diri, ya lagi pula mau bagaimana lagi. Andai diberi kesempatan buat satu orang nanya lagi nggak dapat doorprize, gue mau, karena tujuan gue bukan ingin dapat doorprize (meskipun ada sedikit keinginan sih wkwk) lebih dari itu mengeluarkan aspirasi-aspirasi gue mumpung ada orangnya nih di depan. 

Acara pun selesai gue udah berdamai dengan keadaan. Sesuai perkiraan gue dari rumah semnas ini berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Bersamaan dengan selesainya acara semnas 2023, kekecewaan gue terhadap janji bakal dikasih point-point inti acara oleh panitia penyelenggara padam, karena kita satu keluarga massa nyimpen dendam sih nggak berguna banget. Lagi pula buat apa gue nyimpen kekecewaan di saat posisi gue lagi sibuk-sibuknya dikejar deadline untuk menuju masa depan yang cemerlang. 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement