Review Acara Gonjlengan Wacana di Rumah Dunia

Foto bareng di Rumah Dunia
"Elo mau ikut acara nggak di Rumah Dunia?" Tanya Abang gue 

"Acara apa Bang?" Tanya gue balik tanpa menoleh.

"Ini gonjlengan wacana antara Presma Untirta dengan Presma Uin."

"Dialog interaktif gitu?" 

"Yeah, seperti itu sih."

"Gaslah." 

Gue amati pamfletnya yang sudah tertera foto dua presma. Dalam hati gue berkata, bagus juga nih gue ingin tahu seberapa jauh kualitasnya. Bukan apa-apa, gue ingin tahu aja gitu apa yang membedakan antara presma dengan mahasiswa lain di luar dari jabatannya. Yeah, meskipun gue udah tahu pas sambutan ospek universitas, tapi dari segi gagasannya dalam membangun Banten Berbeda.

Tema yang diangkat dari gonjlengan wacana adalah, 'Dialog Interaktif dalam membangun Banten' yeah kurang lebih begitulah. Momentumnya pas banget di hari sumpah pemuda, so, tepat banget menggagas soal perjuangan Banten. Karena bagaimana pun juga Banten butuh kontribusi anak muda, bila tidak ada bahaya bisa-bisa jabatan Banten diduduki terus sama Keluaga besar wkwk.

Gue berangkat bareng Abang gue ke sana jam sepuluh lewat lima belas menitan, saat posisi lagi panas-panasnya. Apalagi pas datang di jalan Serang, buset dah kayak dipanggang banget. 

Setelah sampai di rumah dunia gue dan Abang gue langsung shalat Jum'atan di Masjid setempat. 

Acara di mulai seharusnya jam setengah dua, tapi gue perhatikan belum ada tanda-tanda mau di mulai. Gimana mau di mulai coba, dua presmanya juga belum pada datang. Mungkin masih ada kesibukkan yang lain, fositif thingking aja. 

Tiba-tiba hp gue berdering ada telpon masuk dari kating Kak Farhan.

"Elo di mana?" Tanyanya.

"Di Cafe kak."

"Gue di depan Auditorium nih sama Kak Taufik." 

"Siap."

Gue mencari keberadaannya, ternyata benar ada. Gue datangi dan sapa mereka. Ketika sedang berbincang ada tiga cewek datang gue nggak terlalu memperhatikan siapa mereka. Tapi semakin dekat mereka menuju kami gitu, pas gue perhatikan ternyata mereka satu jurusan sama gue di Untirta. Ada si Mei, Aisyah (ini bener atau nggak, gue lupa lagi nih sama ini anak namanya) dan satu lagi si viola. 

Acara di mulai jam dua lewat dengan konsepnya sederhana banget. Bagi gue nggak masalah sih, yang penting banyak dagingnya. Dari pada meriah, tapi seremonial doang.

Ada yang membuat gue kecewa banget di acara tersebut, yaitu presma Untirta nggak bisa hadir karena ada janji sama rektor. Buset deh! Jelekin citra kampus aja kalo nggak bisa datang minimal kirim utusan kek bukan polos kayak gini. Di saat presma Uin hadir, presma Untirta nggak hadir, situ mentalnya ciut atau nggak siap sih?! Kalo nggak siap, bilang dari awal co! Dan kalo beneran ciut melawan presma Uin dengan alasan ada kesibukkan ngapain mau jadi pemimpin sih! Yeah, itulah keresahan gue wkwk.

Kang Salam sebagai presiden rumah dunia dan kebetulan alumni Untirta terpaksa harus mewakili ketidakhadiran presma Untirta melawan presma Uin.

Ada beberapa hal yang gue dapat dari paparan presma Uin. 

1. Terpakai, kita harus bisa menjadi manusia yang bisa terpakai atau bahasa bagusnya sih bermanfaat bagi orang lain. Baik di kampus atau di masyarakat karena dengan begitu kita akan dipandang oleh masyarakat. Dan itu sebagai bentuk kontribusi kita membangun Banten.
   
2. Terpercaya, jadikan diri kita dipercaya oleh orang lain karena itu akan memudahkan kita dalam menjalani kehidupan.
 
3. Memiliki, misalnya memiliki skill, pengalaman, dan pengetahuan agar kita bisa membantu orang lain ketika dalam fase kesusahan dalam hal membuat tugas atau hal-hal apa pun. Ini universal sih, mungkin memiliki si dia juga termasuk wkwk.
 
4. Dihormati, setiap bertemu orang hormatilah bila kita ingin dihormati. Atau kata Kang Wildan nya sendiri milikilah kekuasaan atau keterampilan karena dengan begitu akan dihormati.

Dari penjelasan yang dipaparkan oleh presma Uin, gue sepakat dengan Abang gue yang mengatakan bahwa, selebrasi doang esensinya kosong. Karena pemaparannya lebih kepada mem-branding diri apa yang sudah dilakukan untuk Uin, tanpa disadari jauh menyimpang dengan tujuan acara tersebut. Memang ada beberapa point yang dipaparkan terkait pembangunan Banten cuman kurang seksi sama aja gitu dengan gagasan mahasiswa biasa. 

Idealnya kan presiden mahasiswa itu jangan memaparkan gagasan yang sudah dia lakukan karena ini ruang lingkupnya luar kampus, biarkan publik yang menilai. Paparkan gagasannya dalam menatap masa depan, apa yang sekarang sedang dipersiapkan untuk kampus dan Banten ke depan. But anyway! Gue tetap apresiasi keberanian dari presma Uin Kang Wildan untuk datang ke rumah dunia. Sedangkan presma Untirta? Payah co! Gue aja sekalian presmanya wkwk.

Gagasan yang kedua dari Kang Salam yang mewakili presma Untirta. Dalam kecamatanya problematika Banten itu yang dia kutip dari salah satu tokoh (namanya lupa lagi gue) adalah, kita ini hanya fokus mendirikan Banten tapi tidak dengan pemimpinnya siapa. Setelah berdiri baru menentukan pemimpinnya, kan aneh. Idealnya jangan begitu. 

Dan kita sering berhalusinasi akan ada ratu penyelamat yang akan memimpin Banten ini ke depan seperti di film-film. Itu terjadi, buktinya politik dinasti ada wkwk. Selain itu ada tiga hal problematika Banten, yaitu:

1. Pemimpin, ini yang tadi pas awal pembentukan tidak menentukan pemimpinnya siapa, makannya sekarang masih dikuasai keluarga besar.
2. Hedonis, dalam kecamata kang salam masih banyak pegawai-pegawai pemerintahan Banten yang hedonis. Banyak jalan-jalan, makan-makan dan lain sebagainya. 
3. Korupsi, soal ini mungkin sudah tidak aneh lagi. Di semua tempat mengalaminya bukan Banten doang, bahkan di Daerah-Daerah Banten juga pernah terjadi. Ketiga hal inilah yang masih menjadi problematika di Banten yang harus diselesaikan.

Setelah dua pemateri menyampaikan gagasannya, moderator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan keresahannya hidup di Banten. Tiga teman gue yang cewek tadi sudah mewanti-wanti gue bakalan bertanya. Gue jawab santai dulu nggak sih. 

Melihat moderator yang mondar-mandir tak ada yang unjuk gigi, gue mengangkat tangan bersedia menyampaikan keresahan gue, yeah, meskipun ngedadak nggak ada persiapan sama sekali bodo amatlah, santai dulu nggak sih. Gue hanya mengungkapkan dua doang, padahal mah ada banyak sih belum kepikiran aja. Yaitu:

 1. Kurang Patner

Gue maemang sudah punya beberapa patner diantaranya Najwa dan Sherlly. But, gue nggak terlalu dekat banget bukan berarti gue nggak mau patner an gue menjaga jaraknya. Karena posisi Najwa sudah punya cowok, so, gue menjaga perasaan cowoknya aja gitu. Meskipun kesepakatannya cowoknya fine-fine aja dan sudah tahu tentang gue, nggak enak aja gitu, kita Ä·an sebagai cowok mempunyai kode etik tersendiri tanpa tertulis yang tak perlu digubris.

Di luar dari hal itu komunikasi gue dengannya aman sih baik-baik aja kayak sahabatan aja gitu. Gue bersyukur punya patner seperti dia, asyik diajak diskusi dan humble juga. Kemudia Sherlly, dia sama kayak Najwa wawasannya luas banget soal pengalaman apalagi. Cuman sayangnya jomblo jadi kalo gue ngegombal bahaya banget wkwk. Padahal banyak yang suka sama dia cuman yeah begitulah cewek yang berprinsip kepada masa depan, nggak butuh hubungan yang sifatnya sementara apalagi banyak dramanya buanh-buang waktu doang. Begitulah, kalo sama si Najwa kan gombalinnya free wong dia udah punya pacar. 

Dahlah itu sedikit soal mereka, kalo gue spill banyak kena azab lagi wkwk.

 2. Lingkungan

Dari lingkungan yang baik kita akan menjadi baik. Sebaliknya dari lingkungan yang buruk, bisa jadi kita menjadi buruk meskipun itu kembali lagi kepada orangnya. Yang gue rasakan baik lingkungan masyakarat kampung gue dan kampus kurang banget gitu. Seperti halnya di kelas, gue kan suka aktif bertanya tujuannya biar gue tahu lebih dalam namanya juga belajar yah. Respon teman-teman gue nggak suka gitu yang padahal idealnya seperti. Apalagi kalau pas mereka presentasi, wih, pada takut dengan pertanyaan gue yang katanya berat banget. Yeah, mungkin seberat rasa ini kepada si dia wkwk.

Gue aneh gitu, kenapa mereka nggak suka gitu, yeah hak mereka juga sih karena kita nggak bisa mengendalikan akan hal itu. Bahkan mereka sampai meminta satu permintaan sama gue buat jadi pasif di kelas satu mata kuliah aja. Gue sih bisa aja, cuman buat apa kalo nggak berlandas mah alasannya, kecuali berlandas. Makannya gue gubris aja dan bodo amat nggak disukai, karena bagi gue disukai sama si dia aja udah cukup haha.

Itulah dua keresahan gue, tanpa gue sangka dapat hadiah buku. Dalam hati gue mengucap hamdalah. 

Yeah, begitulah sekilas acara gonjlengan wacana kemarin. Banyak dagingnya dan itu membuka wawasan gue terhadap beberapa hal, termasuk kualitas diri dua presma kampus terfavorit Banten ternyata biasa aja.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement