"Kadang gue aneh melihat cewek sekarang lebih dominan mempercantik wajah kebanding mempercantik isi kepala."
"Lah, kenapa aneh bukankah budayanya begitu?"
"Yeah, mereka nggak mikir lelaki yang berkualitas bukan mengukur kecantikan dari wajah tapi dari isi kepala. Karena mereka tahu, wajah akan berubah di makan waktu sedangkan isi kepala nggak bakalan. Justru akan membuat hubungan semakin langgeng."
"Mengapa elo seyakin itu sher, bukankah langgeng atau nggaknya suatu hubungan tergantung komitmem antar pasangan?"
"Omong kosong komitmen. Ibaratnya begini Co, elo diberi dua pilihan cewek si A dan B. Si A ini cantik dia hobi dandan, setiap hari fokus banget mempercantik diri. Dia lupa dengan tujuan hidupnya untuk apa? Kuliah untuk apa? Belajar se-moddy aja. Sebaliknya si B, dia cantik dandan secukupnya aja, punya tujuan hidup yang jelas, dan fokus belajar menata masa depan. Kira-kira lo pilih yang mana? Kita kesampingkan kecantikannya."
"Gue pilih si B lah."
"Kenapa elo pilih si B nggak si A? Bisanya si A anaknya populer banyak yang minat, bukankah itu suatu keberuntungan untuk eksistensi elo dianggap populer juga."
"Sher, kalo gue mengutamakan nafsu mungkin milih si A. Kenapa? Karena benar kata elo itu privillage, gue bakal terkenal dan dianggap beruntung dapat bidadari incaran kaum Adam. Tapi kenapa gue pilih si B? Karena gue mikirnya ke depan. Karena rumah tangga itu bukan memikirkan aku cantik, aku ganteng, lebih dari itu berjuang bersama melawan derasnya ombak dengan ilmu pengetahuan yang masing-masing kuasai."
"Itu elo tahu maksud gue Co. Gue nggak mempermasalhkan cewek pakai kosmetik, itu hak mereka, but anyway isi kepala jangan diabaikan. Karena realitanya mereka mendapatkan lelaki yang salah, alih-alih membimbingnya menjadi lebih baik, ini dijadikan sebagai alat mainan dan parahnya sebagai alat pemuas sahwat. Di mana harga dirinya sebagai perempuan?"
"Yeah, selain itu Sher?"
"Cantik itu luka."
Kemudian dia menjelaskan maksudnya bahwa cantik itu luka. Dalam kecamata gue dia memang cantik idaman para cowok, daya pikatnya juga begitu kuat nggak aneh banyak cowok yang ngejar-ngejar.
Buat sebagian orang cantik itu mungkin suatu hal yang sangat diinginkan, buktinya berbagai kosmetik dengan berbagai merek bertebaran di pasaran, dan itu salah satunya yang membuat perempuan-perempuan sibuk mempercantik diri dan mengabaikan kualitas diri. Tapi bagi Sherlly cantik itu membuatnya terluka. Mengapa bisa demikian? Ada beberapa alasan yang gue tangkap pas berbincang dengannya.
1. Merasa spesial
Merasa diri spesial itu bagus artinya kita mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Tapi baru-baru ini Mark Marson dalam sebuah bukunya Seni Bersikap Bodo Amat mengatakan bahwa sering merasa spesial akan membuat mental kita rentan akan lelah. Karena tidak setiap saat kita di spesialkan oleh orang-orang. Pada saat itulah kepercayaan diri kita menurun dan mulai merutuki diri mengapa orang-orang tidak menganggapnya spesial lagi padahal itulah yang dia inginkan dengan begitu terkenal di ketahui banyak orang, dia bisa puas. Tanpa dia sadari perbuatan itulah yang akan membuanya masuk ke dalam penyesalan.
2. Nggak Tenang
Setiap buka WA banyak nomor-nomor baru masuk, dengan dalih ingin kenalan. Ujung-ujungnya ngajak pacaran, ditolak bukannya nerima ini malah marah-marah ngata-ngantain toxic lah, inilah, kasarlah pokoknya. Padahal dia tujuannya mau berteman kenapa ending-nya kayak begitu. It's okay perasaan itu anugerah dari Tuhan kita tidak bisa melarang orang lain untuk tidak menyukai kita. But anyway bila ditolak sadar dirilah kenapa nggak diterima, sudah punya pasangan kah atau ingin fokus menata masa depan dulu? Biar nggak salah paham. Kalo begitu caranya kan siapa yang tenang coba. Yeah, si cowok itu yang salah, tapi secara tidak langsung kita kena imbasnya.
3. Punya teman sedikit
Kadang kita mempunyai teman yang humoris banget, eh tiba-tiba besoknya diajak becanda diam aja kayak benci banget. Usut punya usut dia cemburu pacaranya chatan bareng Sherlly. Yang padahal salah cowoknya itu mah. Hal-hal seperti inilah yang sering terjadi dan membuat temannya yang satu frekuensi berkurang.
Ada cowok yang satu frekuensi bahkan berkomitmen untuk menjadi patner, ujung-ujungnya baper. Ngajak pacaran, pas ditolak sikapnya sinis, hilang lagi. Maunya apa sih? Padahal jadi patner itu udah nyaman. Emang omong kosong.
Hanya itu sih yang gue tamgkap, memang penjelasannya panjang lebar cuman gue hanya mengambil point intinya doang.
Jika gue berada di posisi Sherlly mungkin gue akan merasakan yang sama. Sering jadi pusat perhatian, jadi bahan cibirin dan lain sebagainya padahal dia cantik loh dicibir juga, lantas kenapa risih? Dalam kecamata gue ada satu hal yang membuat dia berpikir bahwa cantik itu luka.
Perasaan nggak enakan terhadap orang. Semisal ada cowok yang nge-chat dengan dalih perkenalan, kalo nggak mau respon ya, biarin minimal pakai teknik manipulatif, bukan malah welcome, seolah-olah memberikan harapan kepada si cowok tersebut. Karena di otak cowok, sekali diberi ruang ya gas! It's okay kita sebagai manusia harus bersikap baik bila ada yang nge-chat harus respon, but anyway! Jangan berlebihan and melampui batas.
Karena buat apa kita dianggap oleh orang-orang sangat baik, tapi batin kita tertekan. Lebih baik melakukan kebaikan tanpa paksaan. Bila kita sudah sadar nggak enakan itu pada akhirnya nggak enak, buat apa dipendam ya, katakanlah apa adanya, dari pada ada apanya dibalik itu. Yeah memang susah sih, gue juga sedang belajar dalam fase ini harus butuh waktu untuk terbiasa termasuk menerima resiko.
"Gue bersyukur dilahirkan cantik, cuman mungkin kecamata gue aja menilai cantik ini sebagai luka karena belum bisa menerima resikonya. Gue sadar, nggak bisa melarang orang buat baper and menyukai gue meskipun aslinya gue nggak suka. Karena jangankan orang lain, elo juga baper kan?"
"Yeah, abisnya elo Sher, cantiknya satu paket. Cantik wajah, pikiran dan perbuatan."
"Sialan elo Co. Elo pikir gue juga nggak baper tiap saat digombalin mulu haha. Gini-gini gue juga cewek bila tiap saat digempur pertahanan gue jebol."
"Yeah, kembali kata elo baper boleh, merusak tujuan kita jangan karena di depan masih banyak tantangan,"
"Depan mana nih?"
"Tuh, depan gerbang haha."
Dari hasil obrolan dengan Sherly gue dapat pengetahuan baru lagi, terkadang apa yang kita anggap berharga sangat berharga bagi orang lain. Berapa banyak orang berdoa dan berusaha untuk mendapatkannya, sedangkan kita yang dianugerahi hal itu oleh Tuhan biasa saja. Tidak berdyukur dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Seperti halnya cantik wajah, betapa banyak orang berlomba-lomba ingin cantik biar banyak yang suka, padahal orang yang cantik dari lahir disukai oleh banyak orang hidupnya tidak tenang. Tidak pernah merasakan berjalan di khalayak ramai seperti orang biasa umumnya, tapi jadi pusat perhatian.
Dedy Combuzer pernah berkata, dulu mikel jackson ingin berjalan di mall seperti orang lain pada umumnya tidak ada yang mengenal dan bebas melakukan apa pun tanpa ada orang-orang yang minta tanda tangan dan lain sebagainya, dia rela menyewa mall tersebut agar satu hari tidak didatangi pengunjung biar dia bebas berjalan. Bayangkan Co! Untuk bebas aja menjadi manusia biasa harus keluar uang, sedangkan kita yang gratis tidak mau mensyukuri itu.
"Cantik dalam kecamata elo gimana, Co?" Tanya Sherly sebelum menutup obrolan.
"Cewek yang cantik dalam kecamata gue bukan dia yang penuh kosmetik, tapi dia yang seksi dari segi pemikiran dan perbuatan. Karena percuma cantik doang diajak berjuang jadi beban. Dalam kecamata elo Sher?"
"Cewek yang cantik itu dia yang bisa tahu memakai kosmetik secukupnya, dan betapa pentingnya belajar mengisi kepala biar bertemu orang yang tepat bisa saling melengkapi. Kalau cowok yang ganteng dalam kecamata gue adalah, dia yang bisa memimpin, kaya akan pengalaman, wawasan, dan mau bertanggung jawab. Karena hakikatnya perempuan secantik apa pun, se-hebat apa pun, dan se-mandiri apa pun butuh cowok yang bisa memimpin dan membimbing dia agar sikap manjanya dalam lelahnya mengurus anak-anak kelak bisa bersandar dibahu yang tepat."
"Wih, panjang amat Sher."
"Haha sepanjang doa-doa kita." Lalu pergi meninggalkan gue yang sibuk mikirin banyak tugas kuliah.
Gue sependapat dengan Sherlly perihal cewek harus menjadi pemberdaya, dan sebelum sampai ke sana harus menyiapkan berbagai macam pengetahuan dan pengalaman agar ketika waktu tersebut sudah datang langsung tancap gas, bukan sibuk memoles diri dan menjadi beban sambil menuntut hak-haknya kepada pasangan melebihi batas kemampuan pasangannya sendiri.
0 Komentar