Sumber foto Pribadi
"Kita harus mempunyai rencana tiga langkah ke depan, sebagai seorang lelaki, agar kelak ketika menemukan kesulitan tidak begitu kebingungan." Kata A Faris, ketika kami berbincang santai sambil menunggu pelanggan.
"Kenapa nggak rencana dua langkah? Dan mengapa itu secara tidak langsung dikhususkan kepada lelaki doang?" Tanya gue dengan kritis.
"Pertama, karena rencana dua langkah itu masih rawan. Kedua, umumnya memang ke semua gender. Tetapi memang idealnya lelaki mempunyai pemikiran yang seperti itu." Jawabnya dengan bijak, sambil menghisap sebatang rokok.
Gue terdiam mendengar penuturannya, sambil refleksi diri, sudah siapkan bila masa itu datang menghampiri? Laa Haula Wala Kuwwata Illa Billah.
Di Sore hari, Qodarullah gue berbincang dengan A Faris ketika sedang bekerja. Yeah, penjualan di Sore hari kadang memang sedang melow, jadi cocoklah diisi dengan hal-hal yang bermanfaat selain scrool sosial media.
Pemikiran menjadi topik utama yang kami angkat, di mana menurutnya kita harus mempunyai rencana tiga langkah ke depan ketika mau melakukan sesuatu. Hal ini sempat gue sanggah, mengapa harus tiga langkah, bukankah dua langkah saja sudah cukup? Kemudian ia memberi penjelasan yang cukup logis dengan sebuah analogi.
Contohnya kita mau pergi ke kota Serang, tiba-tiba di jalan ada kendala, nah karena kita masih punya rencana kedua, gampang dong tinggal melaksanakan. Masalahnya adalah kalau misalnya di jalan yang kedua itu kembali ada kendala, apa yang akan kita lakukan? Berdiam diri sambil ngedumel terhadap kendala itu. Ini letak masalahnya. Kalau misalnya dari awal kita sudah mempunyai rencana tiga langkah ke depan, tentu tanpa menghabiskan waktu dengan ngedumel, kita melanjutkan perjalanan.
Awalnya gue masih mencerna apa maksudnya, setelah dipikir-pikir ada benarnya juga. Karena toh, di dalam hidup itu selalu ada hal-hal yang tak terduga, dan mau tak mau kita harus siap menghadapi. Meskipun sambil aduh-aduh, God!
Kemudian, lebih lanjut Ia mengaitkan rencana tiga langkah ke depan itu dengan kehidupan gue, pertanyaannya sih sederhana, tapi jujur gue nggak bisa menjawab secara detail.
"Apa yang sudah dipersiapkan, ketika sudah selesai Kuliah?"
Gue hanya jawab seadanya aja. Perihal rencana setelah ngampus, jujur dah gue belum ada kepikiran ke sana, sebenarnya sih ada pikiran itu, bahkan sering menyapa, tapi cepat-cepat gue tepis jauh-jauh. Bukan berarti gue menghindar. Gue hanya berpikiran, ya udah sih fokus dulu aja kuliah yang benar, terutama perbaiki niat yang tulus untuk belajar. Masalah ke depannya kayak bagaimana, itu bagaimana nanti saja, toh lagian percuma kita berlebihan mempersiapkan masa depan, kalau ujung-ujungnya insecure, dan jadi tidak yakin sama diri sendiri sambil berkata, bisa nggak yah? wkwk.
Yeah, soalnya dulu pernah berada di situasi ini hehe. Tetapi setelah belajar lagi, terutama mendalami pemikiran stoisme, ya udah gitu. Mau bagaimana pun juga, ada saja hal-hal di luar kendali kita datang menghampiri, sambil bilang 'Terima aku!' 'Terima aku!' Yeah, begitulah.
Soal rencana tiga langkah ke depan, gue sepakat sekali, bahwa itu harus kita kuasai agar dalam mengambil keputusan itu tidak gegabah. Istilah kerennya begini, Berdiam menyusun strategi, bergerak mendapatkan hati wkwk. Maksud dari 'hati' ini tanda kutip yah, bisa berbagai macam hal tergantung sasaran yang ingin kita dapatkan.
Lantas, apa kaitannya seorang lelaki dengan rencana tiga langkah ke depan?
Kita semua tahu bahwa seorang lelaki tidak akan pernah terlepas dari tanggung jawab. Beban berat yang dipikul dipundaknya sudah menjadi kewajiban yang harus diterima. Terlepas terpaksa atau tidak. Ketika masa itu datang yang menuntut penuh tanggung jawab, pilihan kita hanya dua, menerima sambil melakukan sesuatu atau membiarkan yang beresiko keluarga kecilnya berantakan. Hanya itu tidak ada yang lain.
Oleh karena itulah, mumpung masih muda, sebelum masa itu datang, kita harus mempersiapkan segalanya, dengan cara belajar banyak hal. Karena kalau misalnya nanti, tiba-tiba kita dipecat dari tempat kerja, ya tetap santai bisa mencari lagi pekerjaan yang sesui dengan bidang yang dikuasai. Jadi tidak tenggelam dalam kebimbangan yang berkepanjangan, ujung-ujungnya lari ke hal-hal yang negatif. Naujubiilahi Mindjalik, semoga Tuhan senantiasa menjauhi kita dari perbuatan seperti itu. Amien.
Terakhir, Ia berpesan bahwa masa muda harus belajar menguasai tiga skill, dimulai dari sekarang. Yaitu: Komunikasi, Bahasa Inggris dan Ilmu Teknologi. Mendengar ketiga skill itu, gue sepakat karena itu adalah kunci untuk kita beradaptasi dengan era digitalisasi. Wallahu'alam.
0 Komentar