Sumber Ilustrasi dari ChatGPT
"Siapa yang mau jadi perwakilan kelas untuk masuk Tim Editing dan Layout projek membuat buku Modul Pembelajaran Reflektif?" Tanya PJ mata kuliah Pembelajaran Transformatif, di WA grup kelas.
Gue membaca sekilas, lumayan menarik. Iseng-iseng gue tanya lebih lanjut bagaimana job desk-nya. Tanpa menjelaskan panjang lebar, gue di masukkan ke grup tim tersebut, yang ternyata Mirza sudah masuk duluan, lah kocak kata gue bisa-bisanya ini.
"Gue nggak bisa co, ngapain elo masukin gue ke grup." Bantah gue tak terima kepada PJ ketika di kelas.
"Calm aja, kan ada si Mirza." Jawabnya, sambil menunjuk ke orangnya.
Yang ditunjuk hanya tersenyum penuh arti. Yeah gue mengerti, itu artinya calm aja dah. Kalau kesusahan tinggal bilang atau menghilang wkwk.
Minggu ini, jadwal gue padat banget! Saking padatnya, supir angkot pun iba dengan gue. Dia bilang, se-padatnya macet di jalanan, pasti ada ada jalanannya. Mengapa demikian? Karena jalannya, jalan haha. Aikh! Apaan sih jokes bapak-bapak tiba-tiba banget melintas dipikiran gue ini.
Meskipun padat, ada saja hal kocak yang membuat gue ketawa. Seperti misalnya terpilih menjadi perwakilan kelas untuk menjadi Tim Layout dan Editing bersama Dosen. Apakah itu spesial? Tentu tidak kisana! Justru di sini bagian kocaknya.
Seperti yang gue bilang di atas, awalnya gue iseng-iseng, eh malah dimasukin ke lubang, kan gue jadi bingung. Tahu gitu mah pas awal aja gue daftar dengan gentel man, lalu menghilang dengan beribu-ribu alasan haha. Astagfirullah...
Ketika pertemuan pertama bersama dosen untuk pembagian tugas, gue nggak hadir, karena pada waktu itu qodarullah masuk angin, jadi gue fokus tidur hampir seharian tanpa beraktifitas. Lagian gue mau beraktifitas, posisinya lagi tidur, jadi yah udah tidur aja. Meminjam kata Gus Baha, dari pada kita bingung mau ngapain, lalu tanpa disadari berbuat dosa, lebih tidur.
Dua hari kemudian, gue dikabari oleh PJ untuk mengerjakan tugas Layout dan Editing, karena sudah dibagi tupoksinya masing-masing. Gue biarin tuh satu harian, tanpa mencari tahu tugasnya harus ngapain, bukan gue nggak mau mengerjakan, tapi gue sedang fokus dulu ke yang lebih urgent, khawatir kalo gue tahu tugasnya itu harus ngapain, dapat mengganggu kefokusan.
Empat hari menuju deadline, baru gue luangkan waktu untuk mengetahui tugas gue apa. Berikut gue cantumkan:
----------------------------------------------------------------------
DAFTAR SIMBOL DALAM MODUL
?? = Deskripsi
?? = Tujuan
?? = Alat dan bahan
?? = Waktu
?? = Alur refleksi
?? = catatan
?? = tips untuk fasilitator
?? = sumber
?? = contoh
?? = kesimpulan
?? = variasi (variasi waktu, variasi penggunaan metode)
---------------------------------------------------------------------------
Itu tugas gue. Jujur dah pas gue melihatnya bingung banget, ini maksudnya apa? Apakah memberi simbol ini setiap poin penting harus ada simbolnya, seperti waktu, maka simbolnya harus jam? Atau bagaimana yah? Setelah lama berpikir dan mentok, gue tanya ke ChatGPT, ternyata jawabannya iya begitu memasukkan simbol sesuai point.
Gue meminta penjelasan lebih lanjut tupoksinya kepada PJ dan bahkan ke Mirza, eh ternyata mereka juga sedikit bingung. Kocak kata gue bisa-biasanya, apalagi gue yang nggak ikut kumpulan haha. Berikut gue cantumkan tupoksinya lebih spesifik.
--------‐----------------------------------------------
--------------------------------
Sikap gue ketika melihatnya menjadi dilema. Yeah, apakah gue harus mengerjakan simbol-simbol itu duluan atau menunggu teman-teman yang lain mengerjakan metode, baru setelah itu gue layout dan editing bagian-bagian pentingnya? Entahlah.
Pada akhirnya gue putuskan untuk menunggu yang lain menyelesaikan metode-metode, untuk kemudian nanti gue revisi. Yang ada dipikiran gue pada waktu itu, alah ini lebih simpel. PJ dan Mirza yang sudah mengerti alasan gue menunggu semuanya selesai dulu, menyetujui karena katanya logis.
Hari Minggu, gue izin tidak masuk kerja, beruntungnya Bos gue mengizinkan. Niatnya sih gue mau fokus mengerjakan tugas layout dan editing tahap satu ini, agar besoknya bisa fokus mengumpulkan semua file metode dari teman-teman. Ternyata pas gue cek persatu-satu, kocak banget ada sebagian yang acak-acakan. dan elo tahu itu artinya gue harus mengerjakan ulang cuy, sesuai format simbol di atas itu. Yeah, gue kerjakan sambil berpikir positif ini bagian dari belajar.
Besoknya di hari Senin, gue di serang rasa mager. Alih-alih mengerjakan tugas itu, gue sibuk diskusi soal gagasan bersama ChatGPT haha. Gue magernya karena menyadari tugas gue ternyata dua kali lipat cuy dari teman-teman sebagai layout dan editing! Jadi gue harus menciptakan variasi waktu yang tidak membosankan.
Dan eo tahu, gue menyelesaikannya di malam rabu, setelah sebelumnya meminta izin kepada Dosen untuk perpanjangan waktu. Gue jelaskanlah alasan yag logis mengapa gue meminta perpanjangan waktu, dan Alhamdulillah di acc cuy. Dari mengikuti kegiatan ini, gue banyak mendapatkan perspektif baru, diantaranya:
1. Menantang diri
Waktu gue padat banget, tapi gue harus bisa meluangkan waktu untuk mengerjakan tugas ini. Awalnya gue iseng-iseng mengikuti kegiatan ini, tapi dari iseng-iseng itulah gue harus bertanggung jawab! Mungkin semua ini sudah di atur oleh-Nya.
2. Tidak bergantung kepada pihak eskternal
Ketika gue melihat di daftar tugas, harus menyatukan metode-metode, ukuran file, formatnya, dan lain sebagainya gue hanya membalas dengan ngakak, lucu aja gitu. Masalahnya begini, diantara tim layout dan editing hanya gue yang tidak punya leptop, nggak tahu yah teman gue yang satu lagi dia punya atau nggak. Tapi ini fakta! Gue menganggap lucunya begini, udah mah gue nggak punya leptop, tugas-tugasnya itu idealnya harus dikerjakan di Leptop. Kan kocak yah haha.
Sebenarnya untuk urusan Leptop sih gampang, gue tinggal pinjam, bahkan Mirza sudah berkali-kali bertanya kepada gue kalau mentok atau ada kendala kabari dia aja, jadi gampanglah. Tapi yang gue pikirkan adalah ini peluang emas cuy! Gimana caranya gue nggak bergantung kepada pihak eksternal.
Maka dari itu, gue menantang diri gue untuk bisa menyelesaikan tugas ini tanpa menggunakan Leptop, terkait bagaimana caranya gue harus banyak riset. Kecuali sudah mentok. Saatnya gue menerapkan apa yang Minggu ini gue baca dari buku Jeff Keller yang berjudul bahwa kita sukses itu dimulai dari sikap kita. Yeah, sikap gue adalah percaya diri dan menyelesaikan tugas tanpa ramai, meskipun banyak kendalanya.
Alhamdulillah, yang tadinya gue bingung tidak tahu bagaimana caranya menyatukan lima dokumen word menjadi satu, akhirnya sekarang bisa. Ini bukan keberuntungan, tapi hasil dari belajar. Selain itu, masih banyak hal-hal yang membuat gue tidak bergantung kepada pihak eksternal.
3. Berusaha mencintai apa yang tidak disukai
Jujur, gue nggak menyukai banget bertugas menjadi tim layout dan editor. Tapi di situlah gue dipaksa untuk berpikir objektif, sehingga membuka perspektif baru. Akhirnya apa yang terjadi? Gue menyukai tugas ini, setiap ketikan tangan menyentuh keyboard, itu lahir dari rasa cinta untuk terus berproses! Gue mengakui hasilnya tidak maksimal, biarlah yang penting sudah mencobanya.
4. Simulasi menerbitkan buku
Yeah, buat gue ini pelajaran berharga buat nanti menerbitkan buku koleksi gue. Nggak tahu yah waktunya kapan, yang penting sudah ada gambaran. Gue menganggap ini sebagai simulasi yang harus dimaksimalkan dengan baik. Yeah, gue bangga dengan posisi yang diberikan dosen, lumayan berat sih, tapi dampaknya begitu besar.
5. Kritis itu penting sekali
Saat gue memperbaiki metode-metode yang sudah dikerjakan oleh teman-teman, yeah banyak kesalahannya. Mulai dari penempatan kata, ejaannya, keterhubungan kalimat sesudah dan sebelum. Gue cek satu persatu, dikritisi maksud di dalamnya, kemudian diganti atau ditambah kalimatnya yang sesuai menurut pandangan gue. Yeah, begitulah.
Menjadi Layout dan Editor abal-abal, tentunya itu tidak spesial dan beribu-ribu sebutan negatif lainnya. Tetapi siapa sangka, ini bisa menjadi cahaya, bukan malapetaka untuk langkah dan arah gerak gue selanjutnya.
Meminjam kata Helmi Yahya dalam bukunya The Conect dot (Kalau salah koreksi) mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa yag kita lakukan itu akan menjadi partikel-partikel kecil yang kemudian menjadi sebab kita sukse. Yeah, begitulah.
--------------------------------
Sikap gue ketika melihatnya menjadi dilema. Yeah, apakah gue harus mengerjakan simbol-simbol itu duluan atau menunggu teman-teman yang lain mengerjakan metode, baru setelah itu gue layout dan editing bagian-bagian pentingnya? Entahlah.
Pada akhirnya gue putuskan untuk menunggu yang lain menyelesaikan metode-metode, untuk kemudian nanti gue revisi. Yang ada dipikiran gue pada waktu itu, alah ini lebih simpel. PJ dan Mirza yang sudah mengerti alasan gue menunggu semuanya selesai dulu, menyetujui karena katanya logis.
Hari Minggu, gue izin tidak masuk kerja, beruntungnya Bos gue mengizinkan. Niatnya sih gue mau fokus mengerjakan tugas layout dan editing tahap satu ini, agar besoknya bisa fokus mengumpulkan semua file metode dari teman-teman. Ternyata pas gue cek persatu-satu, kocak banget ada sebagian yang acak-acakan. dan elo tahu itu artinya gue harus mengerjakan ulang cuy, sesuai format simbol di atas itu. Yeah, gue kerjakan sambil berpikir positif ini bagian dari belajar.
Besoknya di hari Senin, gue di serang rasa mager. Alih-alih mengerjakan tugas itu, gue sibuk diskusi soal gagasan bersama ChatGPT haha. Gue magernya karena menyadari tugas gue ternyata dua kali lipat cuy dari teman-teman sebagai layout dan editing! Jadi gue harus menciptakan variasi waktu yang tidak membosankan.
Dan eo tahu, gue menyelesaikannya di malam rabu, setelah sebelumnya meminta izin kepada Dosen untuk perpanjangan waktu. Gue jelaskanlah alasan yag logis mengapa gue meminta perpanjangan waktu, dan Alhamdulillah di acc cuy. Dari mengikuti kegiatan ini, gue banyak mendapatkan perspektif baru, diantaranya:
1. Menantang diri
Waktu gue padat banget, tapi gue harus bisa meluangkan waktu untuk mengerjakan tugas ini. Awalnya gue iseng-iseng mengikuti kegiatan ini, tapi dari iseng-iseng itulah gue harus bertanggung jawab! Mungkin semua ini sudah di atur oleh-Nya.
2. Tidak bergantung kepada pihak eskternal
Ketika gue melihat di daftar tugas, harus menyatukan metode-metode, ukuran file, formatnya, dan lain sebagainya gue hanya membalas dengan ngakak, lucu aja gitu. Masalahnya begini, diantara tim layout dan editing hanya gue yang tidak punya leptop, nggak tahu yah teman gue yang satu lagi dia punya atau nggak. Tapi ini fakta! Gue menganggap lucunya begini, udah mah gue nggak punya leptop, tugas-tugasnya itu idealnya harus dikerjakan di Leptop. Kan kocak yah haha.
Sebenarnya untuk urusan Leptop sih gampang, gue tinggal pinjam, bahkan Mirza sudah berkali-kali bertanya kepada gue kalau mentok atau ada kendala kabari dia aja, jadi gampanglah. Tapi yang gue pikirkan adalah ini peluang emas cuy! Gimana caranya gue nggak bergantung kepada pihak eksternal.
Maka dari itu, gue menantang diri gue untuk bisa menyelesaikan tugas ini tanpa menggunakan Leptop, terkait bagaimana caranya gue harus banyak riset. Kecuali sudah mentok. Saatnya gue menerapkan apa yang Minggu ini gue baca dari buku Jeff Keller yang berjudul bahwa kita sukses itu dimulai dari sikap kita. Yeah, sikap gue adalah percaya diri dan menyelesaikan tugas tanpa ramai, meskipun banyak kendalanya.
Alhamdulillah, yang tadinya gue bingung tidak tahu bagaimana caranya menyatukan lima dokumen word menjadi satu, akhirnya sekarang bisa. Ini bukan keberuntungan, tapi hasil dari belajar. Selain itu, masih banyak hal-hal yang membuat gue tidak bergantung kepada pihak eksternal.
3. Berusaha mencintai apa yang tidak disukai
Jujur, gue nggak menyukai banget bertugas menjadi tim layout dan editor. Tapi di situlah gue dipaksa untuk berpikir objektif, sehingga membuka perspektif baru. Akhirnya apa yang terjadi? Gue menyukai tugas ini, setiap ketikan tangan menyentuh keyboard, itu lahir dari rasa cinta untuk terus berproses! Gue mengakui hasilnya tidak maksimal, biarlah yang penting sudah mencobanya.
4. Simulasi menerbitkan buku
Yeah, buat gue ini pelajaran berharga buat nanti menerbitkan buku koleksi gue. Nggak tahu yah waktunya kapan, yang penting sudah ada gambaran. Gue menganggap ini sebagai simulasi yang harus dimaksimalkan dengan baik. Yeah, gue bangga dengan posisi yang diberikan dosen, lumayan berat sih, tapi dampaknya begitu besar.
5. Kritis itu penting sekali
Saat gue memperbaiki metode-metode yang sudah dikerjakan oleh teman-teman, yeah banyak kesalahannya. Mulai dari penempatan kata, ejaannya, keterhubungan kalimat sesudah dan sebelum. Gue cek satu persatu, dikritisi maksud di dalamnya, kemudian diganti atau ditambah kalimatnya yang sesuai menurut pandangan gue. Yeah, begitulah.
Menjadi Layout dan Editor abal-abal, tentunya itu tidak spesial dan beribu-ribu sebutan negatif lainnya. Tetapi siapa sangka, ini bisa menjadi cahaya, bukan malapetaka untuk langkah dan arah gerak gue selanjutnya.
Meminjam kata Helmi Yahya dalam bukunya The Conect dot (Kalau salah koreksi) mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa yag kita lakukan itu akan menjadi partikel-partikel kecil yang kemudian menjadi sebab kita sukse. Yeah, begitulah.
0 Komentar