Rekomendasi Sampul Buku Dari ChatGPT
"Projeck elo kapan terbitnya, Vi?" tanya gue ke Vika kemarin, ketika selesai meminjam buku di Perpustakaan Kampus.
"Sudah rampung 95% tinggal proses revisi oleh editor penerbit. Kalau yang punya elo gimana?"
"Wih, cakep Vi. Kalau yang punya gue sedang proses tahap dua, banyak beberapa yang harus gue perbaiki."
"Jangan bilang elo mau pending lagi, Co?"
"Yeah, target gue sih gitu. Biar diterbitkannya bukan satu buku aja. Btw, kali ini elo mau cetak berapa eksemplar?"
"Insya Allah, maksimal 20 juta kopi hehe."
Kami pun tertawa mengingat pikiran konyol itu.
Projeck dan projeck adalah tugas mandiri yang sudah lama gue rencanakan. Yeah, projeck-nya membuat buku tentang keseharian ngampus. Untuk targetnya kapan, sebenarnya sudah lewat tenggat waktu, tapi biarlah gue harus fleksibel dengan situasi yang seperti ini.
Gue nggak kepikiran buat menjualnya di pasaran, bukan berarti nggak percaya diri tidak laku, tapi lebih tepatnya sadar diri sih hehe. Yeah, karena target gue hanya untuk koleksi, bukan untuk dijual beli. Kenapa sih gue punya pemikiran seperti ini? Oke mari kita bahas.
Pikiran ini hadir ketika gue lagi melamun di kelas, selain itu juga sering hadir saat gue menggarap tulisan keseharian ngampus soal out put menulis. Ya kali hanya disimpan di blog doang, apa yang patut gue banggakan cuy.
Dan yeah, gue mikirnya begini. Kalo gue terbitkan menjadi buku, itu dapat bermanfaat bagi keluarga kecil gue nanti. Contohnya nih, Istri gue nanti telepon gue ketika di kantor lantaran si anak bontot nanya keseharian gue pas dulu ngampus ngapain aja.
Si Dia : Punten a, menganggu waktunya. Saya istri Anda dengan Nim ... menikah pada tanggal ... ingin memberitahukan bahwa si bontot nangis terus ingin tahu perjalanan ngampus dulu aa.
Gue yang ketika itu sedang memimpin rapat, demi mendengar nada dering dari Si Dia terkejut. Terus gue izin kepada sekertaris untuk mengambil alih dulu rapat, karena ada perlu sebentar.
Gue : Iya Dek. Ouh itu, buka aja di buku yang dulu aku berikan dulu. Kalau mau versi berbeda, lihat di website aja. Biar gambarnya lebih jelas.
Si Dia : Oke siap. Emang nggak apa-apa a diberi ke si Bontot? Kata kamu itu pusaka?
Gue : Eh, nggak apa-apa, apa sih yang nggak buat kamu hehe.
Astagfirullah... astagfirullah... bantu istigfar teman-teman biar gue halunya nggak kejauhan haha, kocak emang.
Yeah, itulah sedikit gambarannya. Kadang gue ngakak dengan pikiran konyol ini, bisa-bisanya gitu hadir, tapi seru juga sih membuat dinamika kian hidup dan pikiran jadi lebih fleksibel. Bayangin kalo nggak fleksibel, mungkin sudah mati-matian gue berusaha untuk menerbitkan buku seperti Vika dan teman-teman gue lainnya yang serius untuk menyelesaikan projek. Bahkan si Vika sendiri kalo yang kali ini terbit, berarti sudah punya dua buku cuy. Sedangkan gue? satu pun belum wkwk.
Menyikapi hal ini gue sih calm aja, nggak mau buru-buru. Untuk semester kali ini, memang gue kembali memutuskan untuk mem-pending menerbitkan buku dengan beberapa alasan yang tidak perlu gue jelaskan panjang lebar di sini, karena terkendala oleh faktor internal dan eskternal.
Akhir kata, tidak setiap hal yang sudah kita rencanakan itu dapat berjalan dengan mulus, pasti ada ujiannya, dan tentunya pasti ada nilai positifnya. Next, semoga di semester yang akan datang dapat terwujud.
0 Komentar