"Thanks udah membuat gue come back menyukai membaca buku, meskipun itu bikin kepala gue bertalu-talu." Ucap Vika tempo hari, ketika kami selesai diskusi soal rencana strategis dekanat Fkip tahun 2020-2024.
"Haha, akhirnya gue sukses bikin anak orang tersesat."
"Eh, elo harus tanggung jawab. Masa lengah dikit gue ingin baca buku, jurnal, artikel dan lain-lain. Capek cuy! Harusnya beli seblak ceker." Rajuknya dengan manja.
"Bagus dong biar nggak tersesat banget. Lagian dekanat udah menyediakan taman bermain dan jembatan penghubung kok untuk melepas penat."
Kami pun tertawa mengingat kebijakan-kebijakan yang di luar nulur itu.
Membaca adalah kunci untuk membuka cakrawala di alam mayapada, itulah yang kami pahami. Berdasarkan apa yang gue alami ketika sering membaca buku, pikiran begitu gandrung. Setiap hari kayak berantem aja gitu, lengah dikit seperti yang disampaikan oleh Vika, tiba-tiba ingin baca buku, baca jurnal, artikel dan lain sebagainya. Kocak emang, tapi ini beneran terjadi.
Contohnya gue lagi melamun, pikiran gue bilang kayaknya baca jurnal soal kasus remaja seru nih, yuk! Gas dah. Atau, nanti setelah ini baca buku novel cocok nih kayaknya wkwk, gitu aja tuh. Kadang gue ketawa ngakak dengan prilaku yang aneh ini, bisa-bisanya gitu. Yeah begitulah.
Gue barusan melihat reel vidio di Instagram tentang orang yang sebelum mengenal buku dengan sesudah mengenal buku. Awalnya dia santai hidupnya, eh setelah mengenal pikirannya kayak runyam, diam aja gitu wkwk, melihat hal itu gue jadi ngakak teringat nasib sendiri. Di kolom komentar ada yang bilang itu katanya hasil perpaduan dari baca buku dunia shopie karya Justin Garder dan Madilog karya Tan Malaka. Kocak banget kata gue mah komentarnya, bisa pas gitu.
Dari Vidio itu dapat gue simpulkan berdasarkan apa yang gue alami juga bahwa, membaca itu dapat membuat kita tersesat. Yeah, jadi bingung gitu. Apalagi pas baca buku Novel Filsafat Dunia Shopie, masya Allah dah, ramai banget pikiran. Setelah gue kaji, kebingungan ini dalam persepektif Mezirow adalah proses pembelajaran transformasi. Yeah, kalau tidak berhenti di kebingungan itu, dengan cara kita terus mencari dan mencari sampai ketemu titik terangnya.
Itulah salah satu sisi positif dari sering membiasakan membaca buku, di mana kita sering terdorong untuk produktif, minimal tercipta pikiran unik atau konyol dalam pikiran untuk melakukan sesuatu.
"Aktivitas membaca, apakah yang menjadi alasan elo untuk tetap kekeuh menjomblo?" Tanya Vika di tengah obrolan.
Gue diam sejenak, terkejut dengan pertanyaan yang mendadak itu.
"Kenapa elo bertanya begitu?" Akhirnya kata itulah yang dapat gue sampaikan.
"Gue baca dari jurnal atau artikel tuh, mengatakan bahwa seseorang yang sering membaca buku sangat sensitif dalam memilih pasangan hidup. Hal ini terjadi karena seseorang tersebut memiliki standar yang tinggi terhadap pasangan. Terlepas dari benar nggaknya, apakah itu alasan elo Co?"
"Nggak juga, Vi. Banyak kok tokoh-tokoh hebat di luar sana yang bahkan kutu buku dia tidak menjomblo. Itu hanya persepektif doang."
"Gue hanya bertanya ke elo secara spesifik, bukan ke orang lain, tinggal jawab doang iya atau nggak." Kata Vika dengan Ketus.
"Yeah, standar gue memang tinggi. Karena yang gue lihat bukan hanya cantiknya, tapi value yang dimiliki perempuan itu." Jawab gue dengan jujur, biar drama tidak merembet. Cewek tahu sendiri kalo lagi ngambek wkwk.
"Owalah, pantesan. Oh yah, sampai mana obrolan kita tadi."
Alhamdulillah, kata gue dalam hati, untung tidak diperpanjang. Kocak emang, bisa-bisanya ke luar alur pembicaraan. Gue menyampaikan bahwa dengan membaca juga membuat pikiran kita gandrung akan aspirasi dan inspirasi untuk melakukan sesuatu.
Sekilas tentang rencana strategis dekanat tahun 2020-2024, ada beberapa program yang tidak terelisiasi, diantaranya pembangunan Masjid, Pembangunan gedung rektorat, terkhusus perpustakaan tiga lantai dan lain-lain. Kocaknya adalah ada dua bangunan yang didirikan tanpa tertulis di program itu, yaitu Jembatan Gantung dari dua gedung kembar dan taman anak-anak. Yeah, begitulah.
0 Komentar