Foto saat ikut partisipasi aktif saat diskusi
"Mohon maaf saya telat, sebagai konsekuensinya ada yang mau nggak dua orang membeli makanan ringan ke kantin, untuk di makan bersama-sama." Kata Bu Dosen yang telat masuk sekitar sepuluh menitan.
Teman-teman pun ramai memberi usulan untuk membeli nasi uduk, seblak ceker, buku novel, nah ini fantasi gue wkwk. Pada akhirnya Bu dosen memberi kami uang seratus ribu untuk digunakan bersama setelah pembelajaran selesai. Elo tahu uang itu digunakan untuk apa jadinya? Pakai slot wkwk, nggaklah kocak. Lebih tepatnya digunakan liwetan bareng.
Hari ke Seratus Empat Puluh Tiga Ngampus, mata kuliah ada dua yaitu, Perubahan Sosial dan Perencanaan Program Pnf. Di Pagi hari itu, gue hampir aja telat masuk kelas, makannya dari lampu merah sempu menuju gerbang Fkip gue lari kecil, buset dah! Bikin kaki gue pegal cuy!
Diperjalanan gue ketemu si Yasya yang lewat naik ojek Maxim, santai bat dah. Dia bilang santai aja jangan lari-lari, wong masih ada waktu sepuluh menit lagi. Gue menggubris apa yang disampaikannya itu, prinsip gue satu, harus cepat-cepat masuk ke kelas. Alhamdulillah, gue nggak telat dan Bu Dosen belum datang.
Yasya yang nggak terima gue tinggal duluan bilang ke yang lain, katanya gue olahraga pagi tadi, padahal waktu masuk masih lumayan lama. Gue hanya menjawab dengan lelucon, bukan olahraga pagi kocak, tapi olahraga kaki. Dan disambut dengan gelengan kepala sambil tertawa.
Bu dosen menjelaskan terkait mata kuliah perubahan sosial hanya sebentar, waktunya memang terbatas, yeah sekitar lima puluh menitan. Di sela-sela pembelajaran gue mikir, apakah gue harus ikut acara diskusi di kampus untirta pakupan setelah ini? Yeah, harus kayaknya dah.
Oleh karena itu, setelah selesai mengikuti perkuliahan gue OTW ke Pakupatan. Seperti biasa, gue jalan kaki sampai ke Ciceri. Buset dah, udah mah panas kaki gue bekas lari tadi pagi pegel banget lagi. Tapi... perjalanan harus tetap dilanjut. Dengan penuh percaya diri sambil membawa buku, gue berjalan santai, bodo amat bila ada yang mengomentari, toh itu di luar kuasa gue. Sejauh melangkah, aman-aman aja.
"Co! Gue kira elo nggak datang." Panggil seseorang yang sudah tak asing lagi di telinga gue.
"Yeah, setelah Mk selesai, gue langsung OTW ke sini." Jawab dengan santai.
"Tanda tangan dulu ke sebalah sana." Ajak Mitha, sambil mengarahkan gue layaknya tamu.
"Dari mana a?" Tanya teman Mitha kepada gue sambil menyodorkan buku tamu.
"Saya dari Fkip."
Setelah selesai gue langsung masuk, yang ternyata sedang menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ya udah, gue langsung gabung aja.
"Duduk di depan aja, Co. Ada yang masih kosong, elo mah aktif orangnya." Kata Naser ketika melihat gue. Yeah, gue pun mengikuti arahannya.
Pemateri di acara Hima Open Diskusi yang diselenggarakan oleh Hima Administrasi Publik ada dua, yaitu Dosen dari jurusan tersebut dan Dosen dari Jurusan Hukum. Ketika diskusi dimulai, topik yang dibahas tentang PP No 28 tahun 2024 tentang alat kontrasepsi. Perdebatan antara mahasiswa jurusan hukum dengan mahasiswa jurusan administrasi publik berlangsung dengan sengit, sedangkan gue hanya ngang-ngong aja. Jujur dah, baru tahu ada informasi itu cuy!
Foto acara HOD tahun 2024
Di pertengahan diskusi yang sedang berlangsung, gue memberanikan diri untuk mengeluarkan pendapat terhadap isu ini. Gue menyampaikan dua solusi bila ada oknum tertentu yang menggunakan hukum ini sebagai alat untuk aborsi sebelum menikah. Pertama, ketika membeli pengaman harus menunjukkan surat sudah menikah dan harus adanya sosialisasi dari pemerintah ke masyarakat. Karena, jujur gue dari Fkip baru tahu isu ini.
Setelah selesai, gue pamit kepada Mitha dan Naser untuk shalat Dzuhur. Ketika gue turun dari tangga, gue menyapa Indri dan terjadilah percakapan. Tanpa gue sadari, di situlah gue dapat kembali bertemu dengan Laila yang sudah satu tahun tak bertemu. Dia tersenyum malu-malu, sorot matanya yang teduh membuat mode saling pandang begitu menentramkan. Astagfirullah, gue langsung pamit kepada mereka untuk shalat, bahaya kalo lama-lama bisa-bisa gue terpenjara wkwk.
0 Komentar