"Elo udah baca buku Bumi Manusia karya Pramoedya kan? Coba baca lagi atau pahami lagi agar elo tidak seperti si Minke." Ucap Andhika, sambil menyerahkan buku itu.
"Apa hubungannya antara gue dengan si Minke?" Tanya gue penasaran, yang membuat Andika, Vika, Pirly terkejut.
"Elo dari Fkip, maka cari tahu lebih dalam budayanya apa, dan elo dari PNF juga cari tahu budayanya lebih dalam lagi. Jangan sampai setelah kerangka berpikir elo baru di level memahami atau meneerapkan, langsung menyimpulan dengan dini. Coba evaluasi lagi." Kata Vika yang membuat gue terdiam.
Yeah, gue baru 'ngeh' arah pembicaraan ke mana. Mereka benar, apa yang dialami oleh Minke harus dijadikan sebagai pelajaran agar gue tidak mengalaminya.
Sekitar dua bulan yang lalu, ketika kegiatan evaluasi akhir bulan gue tidak bisa hadir karena terkendala oleh kegiatan-kegiatan di luar. Yah, sebenarnya kegiatan evaluasi akhir bulan bersama teman-teman kayak begini bagus, di mana kita bisa saling mengingatkan terhadap hal yang sudah kita lakukan, tanpa disadari.
Sherlly, setelah lama nggak ketemu gue jadi rindu berbincang soal isu-isu diri, cuman karena jadwalnya yang akhir-akhir ini padat, biarinlah toh itu juga demi meningkatkan kualitas dirinya, jadi gue harus tetap mendukung. Yang penting dia baik-baik saja.
Refleksi diri sering gue lakukan, baik itu dilakukan sendiri maupun bersama teman-teman. Menurut kecamata gue, refleksi yang efektif adalah di saat kita melakukannya secara balance antara dengan diri sendiri dan orang lain, agar kita bisa menilainya dari berbagai persepektif, bukan satu persepektif doang.
Seperti yang disampaikan oleh teman-teman perihal si Minke, gue kembali teringat apa yang dialaminya. Bahwa minke terlalu mengagung-agungkan budaya barat kebanding budayanya sendiri. Dalam kecamatanya, budaya barat itu begitu moderat dan maju dari berbagai bidang, tapi ternyata realitanya tidak seperti itu ketika dia berurusan dengan hukum barat. Budaya yang dianggap beradab, ternyata sangat biadab.
Lantas apa kaitannya dengan yang gue alami?
Gue sedang ada projek penelitian lintas jurusan dan fakultas, itu artinya gue harus mencari informasi sebanyak-banyaknya terhadap objek itu. Jujur, selama gue berbincang dengan responden yang ngampus di jurusan dan fakultas tersebut, persepektif gue terhadap fakultas dan jurusan sendiri jadi goyang cuy!
Beruntungnya Tuhan membimbing gue ke Perpustakaan fakultas, lalu di luar rencana meminjam buku Filsafat Pendidikan Non Formal karya dari DR.H. Oong komar, M.Pd. Persepektif gue yang goyang tadi sedikit bisa dikendalikan. Makannya timbullah pertanyaan dalam diri gue, apa yang dapat kamu unggulkan berada di Fkip dan Pnf? Ini yang sedang gue kaji.
Yeah, gue mengakui sedang berada dalam fase krisis kebudayaan terhadap nilai-nilai yang ada di fakultas dan di jurusan. Oleh karena itu, perlu kiranya di kesempatan yang akan datang kembali mengkaji nilai-nilai itu, terutama dari buku bacaan ketika meminjam, isu-isu soal dunia pendidikan harus gue utamakan.
Apa yang disampaikan oleh Vika terhadap level kerangka berpikir harus perhatikan juga, agar ketika ditarik kesimpulan secara dini pun masih berlandas, bukan gegabah. Berikut gue paparkan hasil refleksi bersama:
1. Tinggal di mana pun kita, kenali lingkungannya, analisis budayanya agar tidak salah kaprah. Berhentilah mengagung-agungkan budaya orang lain, karena toh pasti ada kekurangannya juga.
2. Jati diri yang kuat lahir dari sikap menghargai terhadap objek tersebut, dan itu didapat dari mengetahui objek itu sendiri.
3. Motivasi tanpa konsisten itu ibarat kobaran api tanpa tambahan kayu bakar. Sedangkan konsisten tanpa motivasi ibarat api kecil dengan tambahan kayu bakar sesuai dengan kegunannya.
4. Ketika apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan arah tujuan, evaluasilah segera jangan dibiarkan, agar tidak menjadi kebiasaan. Karena itu sepercik kemalasan yang sedikit-demi-sedikit menjalar.
5. Kadang apa yang kita harapkan berakhir mengecewakan. Hal ini terjadi karena dua faktor, pertama harapan kita yang terlalu besar. Kedua, itu belum saatnya kita dapatkan.
Itulah beberapa point, yang dapat gue simpulkan. Banyak hal yang kami diskusikan lebih mendalam terhadap apa yang sudah kami lakukan selama satu bulan. Dan tentunya, perlu di evaluasi untuk kebaikan yang akan datang, Ura!!!
0 Komentar