Hari Ke seratus Empat Puluh Delapan Ngampus

Foto saat KKM Hmj Pnf Tahun 2024
"Gimana sih sikap kamu akhir-akhir ini, banyak yang menyimpang banget." Ucap Ayah dengan nada bersahabat.

"Maaf Pak." Hanya itu yang keluar dari mulut gue.

"Nggak apa-apa. Ingat, point yang harus diutamakan adalah kejujuran. Berusahalah untuk jujur meskipun itu pahit." Ucapnya dengan bijak, yang membuat gue malu telah membuatnya kecewa.

Apakah yang terjadi setalah itu? Gelap. Ternyata gue hanya mimpi. Subhanallah, gue kembali mimpi bertemu dengan Ayah yang memberikan nasehat. Terlepas mimpi itu datangnya dari Tuhan atau syetan, gue dapat simpulkan bahwa jujur itu memang harus dibudayakan.

Hari Ke Seratus Empat puluh Delapan Ngampus. Mata kuliah ada tiga, yaitu: Pembelajaran Transformatif, Media dan Sumber Belajar, serta Patologi Sosial. Di hari Rabu ini, menurut teman-teman gue mempunyai sebutan hari yang penuh penderitaan, sial bat dah pokoknya. Bobot setiap mata kuliah tiga sks, dan Dosennya pada tegas semua lagi, semi-seram cuy!

Mata kuliah pertama Pembelajaran Transformatif jadwalnya di Pagi hari. Ketika gue bangun tidur untuk siap-siap berangkat ngampus, gue teringat apa yang disampaikan oleh Bu Dosen pada pertemuan sebelumnya bahwa untuk pembelajaran diganti dengan mengumpulkan tugas antar ke kelompok di goagle drive, ya udah gue lanjut tidur lagi wkwk.

Sekitar jam tujuh gue bangun, dan bilang kepada diri sendiri, 'Woi! Lagi santai kawan. Bisa-bisanya nyantai padahal bentar lagi mk cuy'. dan gue ketawa dengan tingkah konyol ini. insting gue mengatakan bahwa tidak ada pembelajaran dah, ya udah gue buka grup kelas di WA, ternyata benar libur dulu wkwk, insting gue kali ini benar. Gas! Lanjut tidur dulu nggak sih.

Mata kuliah kedua, Media dan Sumber Belajar jadwalnya pukul sepuluh. Sebelumnya gue juga sudah dapat informasi dari dosen pengampu mata kuliah tersebut bahwa untuk kali ini diliburkan dulu, double kill banget cuy! Apakah gue tidur lagi? Tentu tidak kisana. Tinggal gue memastikan pembelajaran mata kuliah selanjutnya.

Mata kuliah ketiga, Patologi sosial jadwalnya jam satu siang. Setelah gue cari informasinya ternyata masuk cuy, belajar mandiri. Untuk Dosennya sedang ada kesibukkan, tidak bisa masuk seperti biasanya. Mendapat informasi itu, gue hanya diam, dilema antara harus ke kampus atau tidak?

Kalo gue berangkat ke kampus, percuma pembelajarannya nggak bakalan kondusif, diskusi pun palingan tidak jauh hanya satu arah. Nilai plusnya sih, malamnya gue bisa ikut kajian peraturan fakultas, hanya itu. Sebaliknya, kalo gue nggak ke kampus sama aja belajar mandiri, ongkos buat ke kampus bisa tuh gue gunakan untuk membeli paket wkwk. Pada akhirnya gue memutuskan untuk tidak ke kampus, urusan absen biarlah hitung-hitung menghabiskan jatah toleransi absensi aja.

Hasil dari pembelajaran tranformatif kembali gue rasakan. Dulu gue sering cemas akan biaya ngampus, kalo libur kerja di hari Sabtu-Minggu, karena tidak ada pemasukan gitu. Kalo sekarang persepektif gue berubah, menjadi bodo amat. Kalo gue libur kerja di hari sabtu-minggu karena ada kegiatan penting, untuk biaya ngampus pakai aja yang ada, kalo mentok nggak ada, ya udah jangan ngampus, gitu aja kok repot. Persepektif inilah yang secara tidak sadar menjadi prinsip gue untuk menyederhanakan masalah yang besar sekalipun.

Sebenarnya bisa aja gue minta ke orang tua untuk berangkat ngampus, cuman karena berdasarkan analisis yang gue perhatikan, orang tua gue juga lagi banyak pengeluaran untuk hal-hal yang lebih urgent, jadi mau minta pun gue sadar diri duluan. Lebih baik gue menyibukkan diri dengan belajar meskipun tidak ke kampus, gue tahu mungkin ini keputusan yang keliru di suatu saat nanti, yang terpenting adalah gue sudah berani memutuskan tanpa ada penyesalan yang berkesudahan. Yeah, begitulah

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement