Foto saat mentoring perdana LSP
"Kita harus mempunyai pemikiran yang kreatif dan inovatif, dalam mengajak para mentee untuk mentoring. Yeah, kaitkan dengan lingkungan sekitar atau jurusan aja." kata Ketum Rifal ketika gue meminta masukkan terhadap mentoring yang sering terpending.
"Dikaitkan dengan jurusan maksudnya bagaimana?" Tanya gue yang belum memahami dengan rinci.
"Ketika mentoring, selipkan dipembahasan nilai-nilai dari jurusan agar mudah dipahami. Dan nilai plusnya kita bisa menerapkan apa yang kita pelajari selama ini."
Jleb! tiba-tiba gue teringat mata kuliah pendidikan Antropologi, Andragogi dan Sosiologi yang berkaitan dengan kelompok sosial. Yeah, gue masih ingat point besar dari mata kuliah tersebut arahnya ke mana, formulanya seperti apa, dan... saatnya menerapkan.
Hari berjalan begitu cepat, sudah tak terasa menginjak pekan ke lima mentoring LSP Tahun 2024 semester satu. Untuk dipertemuan kali ini, gue mengambil alih keadaan dengan menyodorkan dua pilihan, mentoring dilaksanakannya malam ini setelah shalat maghrib atau besok malam. Gue tunggu respon para mente dari polling yang sudah dibuat, hasilnya adalah jatuh kepada pilihan pertama, yeah boleh juga.
Oh yah, pertemuan di pekan sebelumnya selalu terpending, pertama karena gue malas wkwk, soalnya ada beberapa hal yang sedang gue kerjakan. Kedua, belum menemukan formula yang cocok untuk memulai mentoring. Jujur dah, mengajak mente yang satu jurusan itu kayak susah bat dah, hal ini dialami oleh teman gue juga yang mentor LSP, katanya susah. Hm... gue mikir ini tantangan yang harus gue hadapi.
Dalam dilema itulah secara tidak sadar gue mengimplementasikan mata kuliah pembelajaran transformatif yang digagas oleh Mezirow. Bahwa, awal dari tranformasi itu kita dilema dulu, baru selanjutnya diskusi dengan orang lain untuk menemukan persepektif baru lagi. Yeah, begitulah.
Setelah shalat Maghrib, gue menunggu mereka di Masjid Kasunyatan Kampus. Iseng-iseng, gue mengajak ngobrol mentor-mentor yang kebetulan lewat membahas jalannya mentoring. Lama gue tunggu, belum datang juga tuh. Buset dah, kata gue pada ke mana nih anak cuy. Dan elo tahu, mereka datang setelah waktu Isya, itu pun baru dua orang. Gue tanya, ke mana yang lain? Katanya masih pada di jalan dan sebagian lagi kumpulan angkatan.
Mendengar kata 'Lagi kumpulan angkatan' membuat gue terkejut. Berarti mentoring bakalan sama dua orang doang nih, dan tentunya harus gue percepat juga karena mereka mau membersamai kumpulan angkatan.
"Ini tetap jadi kan a mentoringnya tanpa menunggu yang belum datang?" Tanya Virly yang terlihat cemas.
"Calm, kita mulai aja dah." Jawab gue.
Tiba-tiba, yang lain datang satu persatu untuk mengikuti mentoring. Yeah, sekitar lima orang. Berikut gue paparkan jalannya mentoring.
1. Sesi satu, definisi dari LSP
"Sebelumnya apakah teman-teman mengetahui, apa itu LSP?" Tanya gue kepada mereka, yang direspon tidak pada tahu.
Secara garis umum, gue menjelaskan bahwa LSP itu kepanjangan dari Lingkar Study Pekanan. Yang di mana, salah satu tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan agama, khusus yang mengontrak mata kuliah agama. Keaktifan di mentoring akan berpengaruh ke nilai mata kuliah agama, yeah begitulah.
2. Sesi dua, Pemilihan BPH
Ketika pemilihan ketua kelompok, kocaknya mereka memilih yang tidak hadir. Gue tanya kan, kenapa milih dia cuy? Kata mereka, biar dia sadar untuk ikut mentoring kan dia ketua masa nggak hadir hehe. Dalam hati gue ngakak, boleh juga nih gebrakannya. Untuk Sekertaris dan Bendahara, mereka tidak asal pilih, biar tidak organisasi kelompoknya berjalan dengan baik.
3. Sesi tiga, tujuan dan harapan selama mengikuti Mentoring.
Pada sesi ini, gue mencoba mengimplementasikan mata kuliah pendidikan Andragogi, Antropologi dan Sosiologi. Untuk Andragogi, gue identifikasi kebutuhan mereka masing-masing dengan bertanya tujuan dan harapannya untuk mentoring yang sekarang, bahkan di pekan selanjutnya. Untuk Antropologi, gue mencoba memahami kultur pembelajaran yang diharapkan mereka itu tepatnya seperti apa. Dan untuk Sosiologi, gue mencoba mencari beberapa opsi agar hubungan emosional kelompok terhubung, sehingga terjadi interaksi yang intens saat mentoring. Rata-rata mereka ingin belajar membaca Al-qur'an yang baik dan benar sesuai tajwid.
4. Sesi Empat, Materi soal Pergaulan dan Adab.
"Pergaulan itu adanya ruang lingkup atau kelompok manusia a." Kata Galang menjawab pertanyaan yang gue lontarkan.
"Kalo dari saya a, Pergaulan itu adanya interaksi dari sekelompok manusia." Kata Virly.
"Nah, ada dua persepektif teman-teman. Pertama dari Galang yang mengatakan baahwa pergaulan itu adanya ruang lingkup atau kumpulan seperti yang sekarang kita lakukan. Sedangkan dari Virly, pergaualan itu adanya interaksi dari kumpulan kelompok. Kalau dari teman-teman bagaimana?"
Satu persatu gue tanya, yang tadinya diam atau masih ragu menjawab, pada akhirnya berani speak up. Dan, diskusi pun berjalan dengan kondusif. Agar tidak bosan, gue selipkan humor yang membuat suasana mencair.
Karena waktunya terbatas, dan mereka memahami materi tersebut, minimal tergambarlah. Gue memberi dua masalah, pertama bila teman-teman berada di lingkungan yang negatif katakanlah tidak baik, apa cara teman-teman untuk menghadapi itu, apakah tetap bergaul atau pergi meninggalkannya? Dan pertanyaan yang kedua, Hal-hal yang berbau agama di kampus ini kayak terbelakang banget, jadi ketika kita menerapkan nilai-nilai agama dianggap alay dan lain sebagainya. Bagaimana teman-teman menghadapi hal itu?
Mereka langsung membahas kedua masalah yang gue sampaikan itu. Point kesimpulan yang mereka sepakati adalah, tetap bergaul asalkan kita harus mempunyai prinsp yang kuat. Syukur-syukur bisa mengajak mereka kepada jalan kebaikan secara perlahan tetapi pasti. Yeah, begitulah.
Pembahasan soal adab, gue paparkan dengan singkat karena waktunya ternyata sudah habis. Tak terasa cuy, mentoring sudah berjalan satu jam lebih, mana diskusinya masih mentah lagi. Gue mengatakan kepada mereka, nanti dilanjut di waktu senggang aja, bahkan boleh di luar dari mentoring biar diskusinya bisa membedahnya lebih dalam lagi. Yeah, begitulah.
Setelah selesai mentoring, ada perasaan lega bat dah. Hal ini nggak bakalan gue rasakan kalo mentoringnya dilaksanakan secara online. Lumayanlah, gue makin sadar ilmu agama dan pengetahuan yang Tuhan berikan belum seberapa. Oleh karena itu, gue harus terus haus mencari ilmu agar tidak stak di situ-situ aja.
Serang, 29-Oktober-2024
0 Komentar