Foto saat Healing ke Pelabuhan Merak
"Apakah di rapot dibandingkan dengan di RPS, perkembangan peserta didiknya memiliki perbedaan yang signifikan?" Tanya Bu Dosen yang mengampu mata kuliah Pembelajaran Transformatif.
"Ada Bu. Kalo di rapot hanya berisi nilai-nilai aja, yang padahal nilai itu hanya sebatas nilai aja, dari persepektifnya belum tentu ada perubahan. Sedangkan di RPS sejalan dengan pembelajaran transformatif yang di mana indikatornya adalah perubahan persepektif warga belajarnya." Kata gue menjawab pertanyaan Bu Dosen, tentu bukan gue yang pertama menyampaikan pendapat, sudah ada teman-teman sebelumnya.
"Setelah tadi membaca dua bab buku pembelajaran transformatif. Menurut kecamata teman-teman, apa tantangan yang akan dihadapi bila kita menjadi fasilitator?"
"Partisipasi aktif dari warga belajar Bu. Contohnya aja, Bu di kelas ini sekarang diskusinya tidak aktif. Padahal ibu sudah memberi ruang. Dan kalau kita berkaca kepadaa pembelajaran transformatif, itu masih ada kaitannya dengan pendidikan andragogi yang di mana proses belajarnya warga belajar aktif menyampaikan pandangannya berdasarkan pandangannya masing-masing. Kalo warga belajarnya pasif aja, itu merugikan dua pihak dan indikator-indikator pembelajaran yang sudah direncanakan susah dicapainya." Kata gue lagi.
"Saya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Hasyim tadi, bahwa ketakutan mengeluarkan pendapat sudah membudaya yang menghambat proses pembelajaran. Budaya diam ini hasil dari pola pendidikan di keluarga, yang di mana orang tua lebih superior dari anak, padahal tidak setiap hal seperti itu." Kata Bu Dosen menjelaskan dengan panjang lebar, yang membuat kami sadar akan pentingnya ilmu pendidikan.
Hari Ke Seratus empat puluh empat ngampus, mata kuliah ada tiga. Yaitu: Pembelajaran Transormatif, Media dan Sumber Belajar, serta Patologi Sosial. Untuk mata kuliah pertama, topik pembahasannya dari buku pembelajaran transformatif.
Untuk mata kuliah kedua, media dan sumber belajar pembahasannya uji kompetisi yaitu membuat sertifikat otomatis masuk ke email dengan bantuan AI Autocrat. Berlomba-lombalah kami membuat sertifikat itu agar dapat nilai seratus.
Ketika gue sedang persiapan membuat sertifikat online itu, ada saja kendala. Yaitu, jaringan hotspot ke leptop lambat bat dah. Dan secara tiba-tiba fitur wifi di leptop hilang, lah kocak kata gue bagaimana ini? Mana waktu terus berjalan lagi. Okay, gue berusaha mengerjakannya lewat Hp, apakah bisa? Tidak kisana. Segala cara sudah gue coba, tetap aja nggak bisa, mau tak mau ya gue harus menunggu yang lain kelar untuk meminjam leptop.
Setelah Mirza kelar dengan mendapat nilai seratus, gue langsung meminjam leptopnya. Teman-teman yang lain ramai karena waktunya sekitar sepuluh menit lagi selesai, sedangkan gue? Santai aja. Gue berpikiran, minimal memahami bagaimana membuatnya, yeah secara perlahan gue amati. Saking santainya gue, si Mutiara becandain gue, woi! Lagi santai kawan. Kocak emang, tapi yeah begitulah.
"Kamu gimana sih nggak sat-set." Kata Dosen ketika gue pamit untuk kelar kelas karena waktu pembelajaran telah selesai.
"Iya pak, tadi ada kendala di leptop." Jawab gue dengan santai.
"Kalo bingung nanti tanya ke yang sudah paham yah, jangan diam aja kamu mah."
"Siap pak." lalu berjalan dengan santai tanpa ada beban.
Ketika mengingat momen ini jujur dah gue ingin ngkakak, kocak aja gitu. Di saat yang lain gagal dari uji kompetisi itu keluar kelas mukanya seperti terbebani, gue masih bersikap santai wkwk. Biarkan gagal, yang penting sudah memahami caranya.
Mata kuliah ketiga, Patologi sosial dimulai setengah dua. Topik yang dibahas hasil dari presentasi kelompok, yang ternyata dua kelompok tersebut membahas tentang Living Together. Gue baru dengar istilah ini, ternyata artinya mah hidup bersama bersama pasangan layaknya rumaah tangga tanpa ikatan pernikahan.
Setelah pembelajaran selesai, gue bersama Ibad shalat Ashar dulu. Baru dilanjut meminjam ruang Edutaria ke TU Kampus. Gue kira mudah gitu, ternyata susah cuy. Terlepas dari itu, gue anggap ini sebagai pembelajaran untuk bekal yang akan datang, bila nanti mau meminjam tempat di kawasan kampus. Yeah, begitulah.
0 Komentar