Hari Ke Seratus Tiga Puluh Delapan Ngampus

Kumpulan bersama komunitas riset humoniora
"Kunci dari kebahagiaan adalah, di mana kita bisa berdamai dengan keadaan itu sendiri. Tanpa menghakimi, dan tabah menjalani." Selintas nasihat itu hadir di kepala ketika gue memasuki gerbang Kampus Untirta Sindangsari, untuk mengembalikan buku. Oh tidak, self talk sedang mode on!

"Lihatlah Gedung Rektorat! Dia menjulang dengan mengkilat hasil dari berproses. Begitu juga dengan diri kita, so! Jangan menganggap ke Perpustakaan itu sia-sia."

"Peganglah buku dengan erat, bernafas dengan rileks, berjalanlah dengan penuh percaya diri, dan tebarkan senyum tulus, apa yang kamu rasakan kisana?"

Sambil berjalan, Self Talk terus mode on. Gue dilanda antara ngakak dengan bingung, yeah padahal se-malam tidak membaca buku psikologi, tapi mengapa alur hari ini mengarah kepada psikologi? Wallahu'alam.

Hari Ke Seratus Tiga Puluh Delapan Ngampus, mata kuliah ada dua, yaitu Kewirausahaan Sosial dan Strategi Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Non Formal. Untuk mata kuliah pertama kewirausahaan sosial diliburkan dulu karena para dosen yang mengampu mata kuliah tersebut sedang mencari tempat, untuk nanti belajar langsung di lapangan.

Waktu luang itu gue gunakan untuk menulis hasil catatan kemarin mengikuti Seminar Nasional dan Fenomena sosial yang sedang terjadi di masyarakat, dengan tajuk disorganisasi menjaga diri dalam persepektif patologi sosial. Apakah keduanya selesai ditulis? Baru satu sih yang kelar, kalau yang satu lagi tinggal kesimpulan soalnya ketika gue mau melanjutkan menulis nggak keburu langsung berangkat ke kampus, biasa cuy kondisinya mau hujan.

Setelah Shalat Dzuhur gue langsung persiapan berangkat ngampus, padahal pembelajaran mata kuliah kedua dimulainya sore, lantas kenapa gue buru-buru banget? Pertama, kondisinya mau turun hujan, jadi lebih baik gue berangkat dari sekarang dari pada nunggu tanpa kepastian hujannya reda. Kedua, gue mau mengembalikan buku ke kampus untirta sindangsari. Berangkatlah gue naik mobil angkutan umum.

Ketika memasuki gerbang utama, self talk gue mode on seperti yang gue sampaikan di atas, kocak emang bisa-bisanya. Tadinya gue nggak ada niatan buat meminjam lagi, tapi pas gue keliling ke lantai empat ada salah satu buku yang menarik, yaitu buku sejarah asia tenggara. Tebalnya okay, kualitas kertasnya bagus, bahasanya juga nggak terlalu berat, ya udah gaslah! Gue ambil buku tersebut lalu langsung gerak cepat menuju tempat peminjaman.
Buku yang dipinjam
Yang menunggu tempat peminjaman buku ada dua orang remaja, yang sepertinya sedang magang. Yaitu, cowok dan cewek. Gue datangi mereka dengan percaya diri, nggak tahu dah semangat aja gitu bawaannya. Si cewek yang sedang mengunyah sesuatu, demi melihat muka gue yang entah seperti apa dipandangannya tertawa ngakak.

Biasanya nih yah, kalo ada yang ketawa gue gampang tertular ikut ketawa, ini tiba-tiba sikap gue cool banget cuy. Lima persen ingin sih ketawa wkwk. To the point tanpa menghiraukan ditertawakan, dengan penuh percaya diri gue menyampaikan ingin meminjam buku, lalu bertanya ke si cewek, apakah ada yang lucu sampai dia tertawa? Dia menjawab nggak ada apa-apa. Ya udah, sambil menunggu peminjaman buku gue berjalan ke rak buku yang di atasnya tercantum tulisan besar, Untirta Pers.

Ternyata, itu semua kumpulan buku-buku dari para Dosen, sekaligus buku yang ditulis oleh Rektor. Ada salah satu buku yang menarik perhatian gue, ya gue ambil dong buat dipinjam, ternyata belum bisa. Pas gue tanya alasannya kenapa? Jawabannya adalah, belum ada izin dari pihak terkait. Kocak emang.

Gue mengambil buku yang sudah selesai diproses peminjamannya. Lalu tersenyum kepada dua penjaga itu, untuk pamit pergi. Baru aja gue melangkah, si cewek tadi menertawakan memanggil sambil melakukan 'Sarangheo' kocak emang, gue memasang muka polos, maksudnya apa? Eh, malah dibalas senyum manis, ya udah gue langsung pergi tanpa membalasnya. Nggak tahu kenapa dah, yang gue rasakan biasa aja gitu malahan gue mikir, apaan sih anak. Belakangan gue baru tahu, ternyata efek dari titik fokus hanya kepada buku yang akan dibaca, bukan si dia wkwk.

Meminjam satu buku menurut gue kayak kurang gimana gitu, akhirnya gue mencari lagi di lantai ketiga. Tiba-tiba gue teringat, Tumbler gue nggak ada, di mana tuh? Sambil mencari buku gue mengontrol diri untuk tidak panik, pasti nanti ada tuh tumbler, palingan ketinggalan di lantai atas pas meminjam buku.

"Tumbler-nya ketinggalan nih, A." Kata si cowok ketika melihat gue datang.

"Yeah, tadi saya lupa." Jawab gue santai.

"Oh... punya si Aa. Saya kira punya cewek gitu." Semprot si cewek ketika melihat dengan, sambil tersenyum manis. Okay, gue balas tersenyum kepada keduanya.

Haduh, biasa-bisanya tumbler lupa ke bawa. Terlalu bersemangat nih gue meminjam buku, sampai lupa kepada yang terdahulu. Iyah, maksud dari terdahulu itu tumbler, kan dari awal gue bawa-bawa tumbler, eh, pas ada buku malah dilupain. Jangan ya dek ya wkwk.

Mata kuliah di mulai setelah shalat Ashar. Pembelajaran dimulai dari presentasi kelompok 4 membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran. Singkatnya adalah, dari beberapa metode pembelajaran yang digunakan kepada warga belajar itu karena faktor-faktor atau kebutuhan dari warga belajar itu sendiri. Yeah, begitulah.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement