Curhatan Abang-Abang Maxim

Test Baca Al-Qur'an
"Mau ke mana a?" Tanya seseorang tiba-tiba, ketika gue menunggu angkutan umum.

"Biasa ke kampus." Jawab gue singkat.

"Ya udah bareng aja, saya maxim soalnya."

Ketika dia bilang 'Saya Maxim' dalam hati gue ketawa, lah manusia kali bukan maxim wkwk. Gue berpikir sejenak, menganalisis situasi sebelum meng-iyakan.

Yeah, dalam persepektif bisnis si Abang nih cerdik melihat peluang. Dalam persepektif pendidikan, ini implementasi hasil pembelajaran. Dalam persepektif agama, tentu ini bentuk kebaikan. Dan dalam persepektif politik, ini bentuk dimanfaatkan, nah saatnya mengatur strategi memanfaatkan balik.

Kemarin Pagi ketika mau berangkat Ngampus, tiba-tiba ada motor yang berhenti di depan gue, pngendaranya cowok berumur sekitar tiga puluhan. Dia nanya ke gue mau ke mana? Ya gue jawab apa adanya, dan ending-nya naik, lumayanlah mengantisipasi nggak telat, soalnya waktu pembelajaran bentar lagi dimulai.

Dari awal gue sudah menekankan harus mendapatkan ilmu baru dari si Abang ini. Gue ajaklah berbincang seputar maxim ini, eh ujung-ujungnya dia curhat, dalam hati gue bersuyukur misi gue berhasil nih, bentar lagi dapat nasihat kehidupan.

Si Abang ini baru setengah tahun bekerja di Maxim, tadinya kerja di Pabrikan, eh kenapa PHk, mana Istrinya lagi mengandung delapan bulan lagi. Dalam bingung itulah, dia mengarungi nasib, mau cari kerja tapi sadar diri tidak punya skill yang mumpuni. Akhirnya, kerjalah di Maxim.

Gue bertanya tentang keluh-kesahnya kerja di Maxim, menurutnya ada dua hal. Pertama, untuk sekarang banyak sekali yang bekerja di Maxim daerah Serang, yang akhirnya sama pihak perusahaan untuk mendapatkan penumpang harus menunggu satu jam sekali.

Contohnya Abang mendapatkan satu penumpang, untuk mendapatkan penumpang lagi dijeda selama satu jam atau lebih, itu merugikan. Dulu sebelum banyak yang kerja di Maxim, dapat penumpang itu gampang, nggak dijeda oleh pihak perusahaan, tapi sekarang? Masya Allah.

Kedua, ketika ada yang notifikasi dari penumpang terus tidak kita ambil karena lagi shalat atau tidak sempat, udah tuh dijedanya bisa dua jam atau tiga jam, bahkan seharian. Dan yang merugikan adalah, rating di akun kita turun. Maka dari itu si Abang selalu mengantisipasi untuk mematikan data biar tidak mengulanginya lagi.

Dulu si Abang ini orangnya nakal, gabung dengan anak-anak yang seperti itu. Tanpa gue cantumkan di sini elo sudah tahu kali ya. Sempat disuruh kuliah sama orang tuanya, tapi karena lingkungannya kayak begitu, ya susah cuy! Lalu orang tuanya mengucapkan closing statmen.

"Okay kalo elo nggak mau kuliah sekarang, tapi nanti jangan menyesali terlalu dalam atas pilihanmu ini."

Apakah si Abang ini menyesal? Tentu kisana. Tapi tadi nggak bisa berkutik, karena dari awal sudah di skakmat. Mendengar ceritanya gue jadi miris, sekaligus merasa optimis untuk terus mengasah skill untuk bekal di masa yang akan datang.

"Cari tahu potensi elo apa cuy, lalu gali terus biar ahli. Selama orang tua mengizinkan kuliah, maksimalkan kesempatan itu, biar tidak menyesal di akhir nanti. Gue juga baru sekarang merasakan penyesalan ini, coba dari awal nurut untuk kuliah, mungkin posisi gue bukan sebagai ojeg maxim." Kata Si Abang ketika gue pinta nasihatnya.

Berikut gue paparkan apa saja yang didapat dari curhatan si Abang Maxim:

1. Kita harus cerdik dalam melihat peluang. Gue tahu maksud si Abang ini menawari gue naik motor, motif sebenarnya apa, padahal gue nggak order. Maka dari itu gue juga nggak mau kalah Cuy! Punya maksud lain lagi wkwk. Seru cuy! Strategi gue berhasil haha.

2. Perbanyak skill dan pengalaman-pengalaman lainnya untuk bekal di masa yang akan datang. Karena hidup itu abstrak, maka dari itu harus antisipasi dari awal.

3. Bergabunglah dengan lingkungan yang baik, karena dari lingkungan akan membentuk siapa diri kita sekarang, dan bisa jadi di masa yang akan datang.

4. Dari mulai sekarang, kita sebagai lelaki harus mempunyai rencana yang matang untuk ke jenjang yang serius, apa saja yang akan dilakukan dan tujuannya apa? Karena tanggung jawab kita nanti lebih berat dari yang sekarang.

5. Perbanyak wawasan biar tidak bergantung kepada satu sudut aja. Terutama tentang dunia kerja harus jeli melihatnya dari berbagai sudut, biar tidak menjadi takut duluan.

Itulah beberapa point yang dapat gue pelajari, sebenarnya masih banyak sih, cuman menurut gue yang relate hanya itu. Tentunya gue bersyukur telah mendapatkan pengalaman ini dari Bang Imran namanya, terlepas dari maksudnya yang terselubung. Semua ini dari-Nya, maka gue kembalikan kepada-Nya.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement