Selebaran kertas
"Menjadi orang yang hobi membaca itu tidak rugi, malahan peduli akan lingkungan. Teman-teman tahu mengapa?" Tanya Pak Yatno, dua tahun lalu ketika mengajar di Sekolah.
Tanpa aba-aba, kami respon dengan menggeleng.
"Nah, Ketika saya berjalan, lalu melihat koran atau tulisan akan saya ambil. Kemudian saya akan membacanya, setelah itu membuang ke tempat sampah. Ada dua yang saya dapatkan, pertama mendapatkan ilmu baru. Kedua, peduli lingkungan karena membuangnya ke tempat sampah." Ucapnya dengan semangat sambil memotivasi kami untuk rajin-rajin membaca.
Nasihat itu kembali hadir dan merayu untuk mengambil sekertas surat yang sudah tak perawan. Ternyata di dalamnya berisi pesan untuk mendawamkan keyakinan kita akan ke Esa-an Tuhan. Subhannallah.
Kemarin, ketika gue pulang dari Perpusda Pandeglang mencoba nostalgia dengan tradisi lama, yeah berjalan kaki. Lumayan cuy, jalan kaki satu kilo capeknya minta ampun. Ini yang membuat gue aneh, dulu jalan kaki lebih dari satu kilo enjoy aja, tapi tidak untuk sekarang. Entahlah, gue sedang membiasakan kembali tradisi ini biar kalo ada apa-apa bisa mandiri, nggak manja kayak anak yang tak tahu diri, anjay.
Diperjalanan itulah gue menemukan selebaran kertas yang ter-marginalkan dari kelompoknya. Gue mengambilnya, lalu tangan gue seperti berminyak. Kocak, ternyata itu bekas tilam gorengan cuy!
Jujur gue merasa sedih euy melihat buku yang disobek-sobek kayak begitu, tapi mau bagaimana lagi toh sudah terjadi. Gue baca perlahan, sambil terus jalan biar cepat sampai rumah, soalnya penasaran ingin cepart membaca buku yang gue pinjam di Perpusda.
isi dari bacaan itu adalah membahas keutamaan shalat tahajud, judulnya tentang 'Dipermudah Mendapatkan Jodoh' sambil baca gue juga cengar-cengir sendiri, apa-apaan ini kok kayak lampu hijau yah biar gue turun gunung mencari pasangan wkwk.
Setan : Iyah, itu tanda elo harus cari pasangan segera
Malaikat : Kocak, baca dulu sampai akhir cuy! Ya kali baru baca setengah langsung disimpulkan. Kalo kayak begitu, jatuhnya kayak kebijakan pemerintah cuy.
Setan : Apa maksudnya dengan kebijakan pemerintah? Ngaco benar nih!
Malaikat : Buat Yang tahu-tahu aja ini mah.
Gue : Woi! Elo biasa pada diam nggak Co!!
(Foto tidak dapat ditampilkan saat kejadian)
Sedikit gue ulas yah, jadi di sana tuh ada bapak-bapaknya namanya samaran yang aktif di masjid, nggak jauh kayak marbot gitu. Dia mempunyai target menikah di umur 25 tahun, tapi tepat di umur segitu belum dapat juga. Muncullah rasa cemas di dalam dirinya.
Dia memasrahkan semuanya kepada Tuhan, dan rutin shalat tahajjud selama dua tahun tak pernah terputus. Tiba-tiba ada salah satu jamaah pengajian ingin mengenalkannya dengan seorang perempuan, yeah akhirnya seperti di film-film, mereka menikah i umur si cowok yang sudah 27 tahun. Buset, telat dua tahun co!
Mereka hidup bahagia, bahkan dikaruniai tiga anak. Setelah sekian lama bersama, istrinya dipanggil oleh Tuhan duluan, sedih dong dia. Pasca istrinya pergi duluan, kesehariannya begitu hampa. Anak-anaknya ada yang sibuk kuliah, kerja dan lain-lain. Kesepian sering melanda sehingga membuatnya merana mengenang istri tercinta.
Dia memutuskan untuk silaturahmi dengan Ibunya, ketika datang langsung disambut dengan tangan histeris, kata Ibunya kasihan melihatnya di usia yang tanggung harusnya punya pasangan biar ada yang mengurus, minimal teman ngobrol. Dalam hati gue juga bicara, iya Bu apalagi saya wkwk, anjay-anjay.
Berkat doa Ibunya, tiba-tiba dapat door prize istri baru lagi, penonton setia dengan gembira mengucakan, Hore!! Selamat yah!! Dan elo tahu, gue kesel banget cuy, cerita bersambung. karena catatan selanjutnya tidak ada, haduh.
Point yang gue dapat dari cerita itu, yang pertama adalah kita harus yakin akan takdir yang diberikan oleh-Nya. Coba kalo dia maksa diri di umur 25 tahun karena targetnya menikah, harus pokoknya! Gimana pun caranya. Tapi itu tidak dia lakukan, alih-alih meluapkan emosi nggak jelas, dia gunakan dengan dawam shalat tahajjud, dan itu terasa dipermudah dari segala urusan.
Kedua adalah, hidup ini banyak ujiannya. Maka berdoa dan berusaha adalah kunci kita dalam menjalani hidup, urusan hasil mah kembali kepada Tuhan. Kadang, rencana yang kita buat tidak tergapai atau gagal bukan karena Tuhan tidak sayang, melainkan ada yang lebih baik dari itu dan Tuhan lebih tahu skenario hidup kita ke depan akan seperti apa.
Banyak memang pesan-pesan yang tersirat dari selebaran surat itu, tapi tak bisa gue sampaikan semuanya. Karena waktunya sudah semakin larut, waktunya tidur, besok kerja cuy ^_^
02:13
Pandeglang, 23 agustus 2024
0 Komentar