"Apa tujuan dari program pertukaran mahasiswa?" Tanya gue ketika kebetulan ketemu menuju lokasi Camping.
"Salah satunya adalah pengenalan budaya kita dengan budaya tempat kampus tersebut. Biar pemikiran kita beragam." Ucapnya sambil senyum manis.
"Besok bisa nggak kita wawancara perihal keluh kesahnya PMM? Yeah, kalo keburu."
"Hm... boleh tuh. untuk waktunya, setelah out bond semoga luang. Tinggal kita manfaatkan ngobro-ngobrol santai." Ucapmu dengan antusias.
"Tapi bukannya besok waktunya jadwal pulang?"
"Calm, fleksibel aja kita."
Namun, pada akhirnya itu hanyalah sebatas rencana. Bukan waktu yang salah, tetapi kita yang tak berani untuk memulai. Biarlah, tidak setiap kupu-kupu yang cantik dapat ditangkap, karena lebih baik dibiarkan dengan bebas menghiasi indahnya taman-taman bunga yang sudah Tuhan tanamkan di hati.
Kemarin, gue baru mengikuti kegiatan praktikum dua mata kuliah di grafika cikole bandung. Buset dah! Suasana di sana dingin banget co! bikin tubuh gue merinding. Mana tidur di tenda lagi. Yeah, terlepas dari itu, gue senang kok, karena itu adalah pengalaman yang berharga.
Pemberangkatan ke Bandung pukul dua belas malam, biar tidak macet. Sebelum gue masuk ke kampus, di gerbang bertemu dengan dua mahasiswa PMM dari Bengkulu namanya Te Septika, dan satu lagi dari Makasar namanya Te Fani.
Ngobrol dong gue sama mereka. sambil berjalan menuju titik kumpul. Gue lebih banyak ngobrol dengan Te Fani perihal program pertukaran mahasiswa, jurusan yang dia pilih dan lain-lain sebagainya.
Obrolan kami terhenti ketika sudah datang ke titik kumpul, lalu berpisah. Di situ gue mengalami keanehan tersendiri, sudah lama gue menantinya, tanpa aba-aba datang dengan sendirinya. Mana lumayan intens lagi oborlannya, kocak emang.
Pukul Lima Pagi, kami datang ke Bandung, berhentinya di Univesitas Pendidikan Indonesia. Pagi-paginya kami membeli makan di warteg setempat. Lalu pergi ke Indomaret. Seperti biasa, gue membeli Hemaviton C1000, sedangkan yag lain pada beli es cream.
Kami duduk santai dulu di depan indomaret, sibuk dengan aktivitas masing-massing. Gue dengan Ucup memulai diskusi santai perihal logika. Seperti, mau makan warteg dengan mau makan nasi warteg. Panjang tuh perdebatan.Titik puncaknya adalah, ketika kami membahas ke topik, kenapa namanya gotong royong, kenapa nggak gotong bareng-bareng?
Ada Dohri, Nabila, Aida, Andhika ikut gabung sama-sama berpikir. Perdebatan yang tadinya biasa saja, seketika menjadi ramai. Mereka sangat antusias, berbeda seperti di kelas ketika ada diskusi.
"kayak anak-anak UPI benaran." Kata Dosen melewati kami yang sedang asyik diskusi.
Diskusi di tutup dengan kesimpulan masing-masing. Namun, kesimpulan secara umumnya adalah kenapa namanya gotong royong, kenapa nggak gotong bareng-bareng? Karena semua orang tahu bahwa gotong royong itu sebagai membersihkan sesuatu secara bersama-sama. Kalau misalnya nih gotong royong ada yang meninggal, apa yang dibersihkan bersama? Yaitu, membersihkan mayatnya, liang kuburnya, dan lain-lain.
Kami pergi dari Idomaret, lalu keliling UPI jalan kaki. Capek nggak? Lumayanlah. Kegiatan selanjutnya shalat jum'at, makan siang, dan berangkat ke Grafika Cikole.
Pukul Empat Sore, Bis merapat di Grafika Cikole. Panitia mengumumkan nama-namanya yang satu tenda. Gue kebagian satu tenda bareng Fais, Mirza, Dendi, dan Andika. Lengkaplah satu kelompok BPJS.
Suasana di tempat Camping, lumayan dingin, gue bingung mau mandi atau nggak. Dan yang paling gue pikirkan adalah, presentasi. Maka biar tidak kepikiran, gue tiduran di dalam tenda dengan muka penuh beban.
Mandi air dingin membuat gue segar, tapi tidak dengan pikiran yang belum siap presentasi. Dalam hati, gue memotivasi untuk calm aja, toh kalo nggak bisa menjawab pertanyaan penguji tinggal bilang tidak tahu.
Hujan turun pukul setengah enam. Gue sedikit girang, presentasi diganti besok malam, meskipun itu tipis banget. Setelah shalat maghrib kami makan bareng ke aula, di situlah hujan mulai reda. Sambil makan, gue terus kepikiran. Biar tidak sia-sia, gue baca-baca referensi untuk bahan presentasi.
"Ehm, tuh ada si dia lagi ngambil makanan." Goda Mirza kepada gue, tanpa disuruh kepala gue mencari keberadaannya. Dia memakai baju pantomim hitam-putih, kerudung hitam, senyumnya terus mengembang, bikin hati gue berdesir. Aihh! Kenapa ini? Bukankah gue hanya becanda aja sama Mirza terkait si dia.
Pulang dari makan malam, sebagian diantara kami shalat Isya. Karena gue telat, mereka ninggalin gue yang masih shalat. Tiba-tiba gue mendengar dua cewek yang merapat mau shalat, katanya sih biar dapat hidayah. Gue sih calm aja, toh pasti orang lain yang nggak gue kenal.
Dengan khusyu gue berdoa kepada Tuhan agar diberi kelancaran dan kemudahan dalam presentasi. Eh, kelancaran sama kemudahan sama nggak sih? Bodo amat! Pas gue mau ngambil sepatu, barulah gue tahu siapa dua cewek itu, ternyata Itu Te Septika, dan Te Fani.
Ngobrol santailah gue dengan Te Septika ngolor-ngidul sambil menunggu Te Fani beres shalat Isya. Sambil ngobrol, pikiran gue masih saja traveling soal persentasi. Di sinilah kami berjalan sambil terus mengobrol soal program PMM dan janjian besok akan gue wawancara, biasa buat kenangan kata gue, yang di iyakan sama mereka.
Bagi gue pada malam itu moment-nya antara senang dan cemas. Gue senang karena bisa sedekat itu sama mereka, sehingga mendapatkan ilmu baru dari apa yang mereka alami. Sedangkan cemasnya mau presentasi. Tapi calm, ditemani senyum manisnya, semuanya baik-baik aja kok wkwkwk.
Presentasi dimulai, kami kebagian nomor tiga. Itu artinya masih ada waktu untuk menambah referensi.
"Bentar lagi Bang Presentasinya tuh." Kata Mirza yang berdiri di samping gue.
"Calm aja, lihat di bawah pohon sana ada seseorang yang membuat gue kembali semangat." Jawab gue sambil terus memandangi si dia dari jauh.
"Wih, bisa aja bang." Ledek Mirza yang membuat gue ketawa geli, yeah bisa-bisanya hati gue berdesir.
Suasana tidak begitu tegang ketika kami presentasi, santai aja gitu. Tapi memang gue akui apa yang gue sampaikan sangat terburu-buru karena dikejar waktu. Biarlah, yang penting kelar. Topik yang dibahas adalah tentang analisis konflik proyek geotermal yang ada di Padarincang Banten. Hal ini sesuai dengan mata kuliahnya, yaitu Analisis kebutuhan dan masalah sosial.
Selesai Presentasi, cuaca semakin dingin. yang lain sebagian sudah pada tidur. Sedangkan gue sama Ucup masih diskusi santai terkait Geotermal dan lain-lain. Tepat pukul satu, kami kembali ke tenda masing-masing untuk tidur.
Besoknya pukul delapan, setelah sarapan kami siap-siap berangkat out bond untuk praktikum mata kuliah, Kepemimpinan dan Dinamika Kelompok. Didampingi oleh Instruktur dari pihak Grafika Cikole Bandung, kami merasa senang karena cukup terhibur. Pas bagian pembagian kelompok, secara telak gue kepilih menjadi ketua kelompok. Buset dah!
Hujan turun dengan deras pukul sebelas siang, bertepatan dengan selesainya acara Out Bond, tinggal nanti setelah Ishoma dilanjut menikmati wahana. Tadinya gue nggak mau ikut, tapi pas gue pikir-pikir rugi banget kalo nggak naik, toh udah bayar mahal. Gue naik apa yah? Lupa lagi tuh! Yang jelas meluncur dari atas pakai gantungan tali itu loh.
Pukul Tiga siang mobil Bis meluncur menuju Jayagiri untuk OTW ke tempat penginapan. Dan kocaknya lagi, gue lupa nama tempat penginapannya. Pas sampai, gue dengar kabar bahwa Te Fani dkk akan OTW pulang duluan karena program PMM sudah selesai. Ketika melewati bangku bis yang gue duduki, keberanian untuk menyapanya tipis bat dah, padahal tinggal bilang selamat pergi.
Gue nggak bisa mendeskripsikan apa yang gue rasakan pada waktu itu. Yang jelas, wawancara mereka berdua gagal total, padahal semalam sudah janjian. Yeah, gue sih menyikapinya calm aja wong waktunya juga mepet.
Air kamar mandi masih terasa dingin, tapi tidak menghalangi gue buat tidak mandi. Yeah, gue harus mandi! Lalu istirahat dengan nyenyak di kasur yang menggoda.
"Kamar mandi elo ada airnya nggak?" Tanya mereka yang bingung mau mandi airnya nggak jalan.
"Ada dong, tinggal dikit." Jawab gue jujur, karena merasa beruntung duluan menyalakan keran air.
Malamnya agenda terakhir dimulai. Yaitu, acara Makrab pemilihan ketua angkatan. Gue datang telat karena harus menyelesaikan masalah si Yasya yang ingin pulang duluan, karena mengalami capek, akibatnya penyakit gulanya kambuh.
Selama pemilihan ketua angkatan, gue hanya diam. Bukan berarti nggak suka dengan acara itu, cuman lagi ingin diam aja memperhatikan sekitar. Toh, lagian kalo ngomong doang isinya kosong percuma aja gitu.
Setelah bubar makrab, gue langsung pergi ke kamar untuk tidur. Gue ngobrol sama si Naufal Anas sampai benar-benar tidur, nggak tahu dah sampai mana kami mengobrol yang jelas katanya gue yang duluan tidur.
Pukul Delapan lewat, kami berangkat untuk ke tempat oleh-oleh Bandung. Yeah, tepatnya ke Cihempas. Banyak sekali beraneka ragam oleh-oleh, tapi yang perlu elo tahu adalah tidak satu pun gue beli, malah hanya masuk ke Indomaret untuk membeli Hemaviton C1000. Gue merasa butuh suplemen vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh di siang hari.
Perjalanan pulang dilanjut setelah satu jam setengah berhenti di Cihempas. Semuanya normal-normal aja. Pas gue pindah ke kursi paling belakang sambil melihat pemandangan di samping Bis, gue bertanya kepada diri sendiri, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba suasana hati gue mellow begini? Apakah ini efek dari lagu mellow yang diputar di Bis? Yeah. Tapi kenapa tensinya tinggi? Ternyata gue rindu sama si dia, dan harus ikhlas melepasnya pergi. Kacau bat dah!
Sepanjang perjalanan pulang gue hanya diam sambil mengendalikan rasa yang tiba-tiba hadir ini. Sesekali sih ngobrol dengan yang lain, cuman tidak intens aja. Yang penting adalah sudah tahu penyebabnya karena apa, dan mengantisipasinya bagaimana.
Untuk mengilangkan kebosanan, gue mengajak Najwa buat diskusi santai. Dan, beruntungnya dia mau, ya udah gue gas. Kepadanya gue bilang sedang melakukan penelitian tentang arti mahasiswa dari sudut pandang orang lain.
Obrolan kami ngalir dengan sendirinya. Banyak hal yang kami bahas mulai dari apa pun yang terlintas dibenak. Dan cukup intens juga. Saking asyiknya ngobrol, perjalanan dari Bandung ke Banten tidak terasa lama, dekat banget malah. Yeah, begitulah kalo kita dapat teman sefrekuensi, topik sekecil apa pun yang bahkan dianggap sepele, akan menjadi pembahasan yang menarik.
Kami datang ke Kampus dari Bandung pas banget Maghrib. Gue langsung OTW Shalat, lalu kemudian siap-siap pulang. Diperjalanan, untuk menenangkan gemuruh hati yang rindu padanya, gue membuat SW.
Bandung, bukan lagi soal dilan. Bukan lagi soal praktikum, tapi juga soal melepas seseorang yang akhir-akhir ini menghipnotis dengan senyum, serta pemikirannya yang cantik.
Terima kasih atas kesempatan mengenalmu, dan selamat pergi.
Semoga kesibukkan, jarak, berbeda kampus dan wilayah, tidak menjadi alasan untuk tak saling kenal.
Grafika Cikole Bandung, 28 - 06 - 2024
Gue sengaja memakai tanggal 28, karena itu adalah moment di mana bisa ngobrol terakhir bersamanya via offline. Dan gue berharap setipis tisu semoga dengan bedanya: Jarak, Wilayah, Kampus dan Wilayah tidak menjadi asalan-alasan untuk tak saling kenal. Kocak memang, belum merasakan kedekatan emosional yang intens udah langsung gas aja takut ditinggalkan untuk yang kedua kali, setelah sebelumnya harus berpisah secara terpaksa di Bandung.
Dari peristiwa ini gue mendapat pelajaran bahwa harus berani memulai. Bukan malah sibuk meramal, karena meramal tanpa tindakan itu hanya sebatas iklan saja yang menghalangi kita mendapatkannya.
0 Komentar