Semua orang mempunyai pilihan jurusan masing-masing. Tetapi tetaplah Tuhan yang akan menentukan, ke mana baiknya dia berlabuh.
Bila kita berada dalam situasi atau lingkungan yang tidak nyaman. Ada dua pilihan, pergi atau tetap bertahan. Kedua-duanya baik, kembali kepada misi dan motivasi diri masing-masing.
Dua quotes selintas hadir di saat mengevaluasi diri. Yeah, tak terasa sudah seratus hari ngampus, apa yang sudah didapat? Apa yang bisa dibanggakan sehingga bermanfaat untuk sesama? Dan sudah berapa jauh materi-materi yang diajarkan dosen menyerap dalam diri, sehingga melahirkan sifat dan sikap kedewasaan?
Karena salah satu tujuan dari pendidikan adalah untuk mendewasakan, sehingga mempermudah keberlangsungan hidup, sehingga memandang carut-marutnya problematika yang terjadi dikehidupan masyarakat tidak serasa kiamat sugro melulu, mau pun kiamay kubro sekalipun.
Hari ke seratus ngampus, bagi gue ini adalah moment yang berharga, yeah sudah sepatutnya melakukan evaluasi biar banyak sadar diri, bukan malah tinggi hati dan lalu frustasi dengan dinamika hidup sehari-hari. Banyak hal yang sudah dipelajari, banyak hal yang sudah dilewati, dan banyak hal yang sudah dirasakan, sudah sejauh mana hal itu berdampak bagi diri kita? Apakah rasanya masih sama kayak dulu, tidak ada perbedaan? Wallahu'alam, itu tergantung kepada diri masing-masing.
Gue bangun kesiangan, pukul 06:45 WIB, parah. Padahal dari semalam, pulang kerja langsung tidur dah, nyenyak banget. Tapi gue nggak mau membuat bad mood dengan cara mempertanyakan hal ini lebih dalam lagi, seperti kok bisa sih kesiangan? Dan lain-lain, biarlah. Se-malam emang gue capek bat dah pulang dari kerja.
Pukul 07:30 gue baru berangkat dengan santainya. Gue tahu bakalan telat, jadi calm aja. Pas gue masuk kelas, presentasi kelompok sudah beres, buset lagi tanya-jawab. Nggak tahu presentasinya kecepatan atau guenya yang telatnya lama, entahlah. Setelah selesai, dosen mengatakan bahwa penyampaian materi dari kelompok sekarang tuh cepat bat dah, kayak lagi balapan motor GP co.
Presentasi membahas tentang, strategi mempartisipasikan peserta dalam pmbelajaran bagi orang dewasa. Strategi adalah pembelajaran yang dapat dipahami sebagai suatu cara, seperangkat cara, teknik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap.
Strategi versi dosen adalah, cara agar apa yang kita ingin rencanakan dapat tercapai. Sebelum ke sana, harus tahu dulu apa itu yang ingin dicapainya atau apa yang akan dilakukan? Lalu, mengapa melakukan hal itu? Kemudian yang terakhir adalah, bagaimana cara melakukannya. Ketiga hal ini harus dimatangkan dulu sebelum melangkah ke strategi.
Mengapa pembelajaran orang dewasa ada point refleksi diri dan kritis? Karena orang dewasa sudah mempunyai pengalaman, dan sudah mempunyai pemikiran yang matang. Ada tiga dasar landasan pendidikan, yaitu: Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Langkah-langkah dalam proses pelaksanaan kegiatan pembelajara, diantaranya:
1. Menyiapkan iklim belajar yang kondusif
2. Menciptakan perencanaan pembelajaran antara instruktur dan warga belajar
3. Menetapkan kebutuhan belajarnya. Singkatnya, apa yang dibutuhkan di sana untuk dipelajari. Karena tujuan dari pembelajaran orang dewasa salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan warga belajar dan menyelesaikan masalahnya.
4. Merumuskan tujuan khusus, bahan-bahannya hasil kesepakatan antara warga belajar dan inatruktur.
5. Merancang pola pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
6. Melaksanakan program
7. Evuluasi
Strategi Mempartisipasikan Pembelajaran Bagi Orang Dewasa, diantaranya:
1. Partisipasi dalam perencanaan. Yaitu, meningkatkan partisipasi warga belajar dalam kegiatan mengidentifikasi tujuan belajar, kebutuhan belajar, permasalahan dan lain-lain.
2. Strategi pembelajaran partisipatif. Menuntut peserta didik untuk speak up
3. Materi pembelajaran yang relevan.
4. Penekanan pada aplikasi praktis. Meningkatkan pengetahuan dan konsep-konsep yang dapat dijelaskan lewat pengalaman peserta didik.
5. Iklim pembelajaran yang kondusif
6. Refleksi kritis.
Selesai MK gue langsung OTW ke Masjid untuk shalat dhuha. Tadinya gue mau langsung pulang, tapi tidak jadi karena Ketuplak MK analisi gender ngajak gue buat ikut mendampingi ke Sekolah SMK PGRI Kota Serang untuk meminjam tempat.
Gue dengar dengan sangat jelas sekali (gue sembunyikan siapa namanya) gibahin tentang gue. Yaitu katanya gue tuh kalo menyampaikan materi nggak jelas, dan susah dipahami. Awal mendengar apakah gue kaget? Yeah. Apakah gue sakit hati? Yeah. Tapi gue lansung smash jauh-jauh rasa sakit itu, biar tidak terbentuk mental baperan.
Di jalanan pulang kata-kata itu masih terngiang-ngiang dengan jelas, gue sih bukan sedih tapi mengevaluasi diri. Yeah, padahal gue sudah berusaha memaksimalkan peluang yang ada, berkaitan publik speaker. Padahal gue sudah berlatih hampir dua semester, tapi ternyata belum ada apa-apanya. Bodohnya adalah, gue menganggap sudah mumpuni.
Tidak, ini adalah cambukkan bagi gue untuk terus belajar lagi, tidak boleh berhenti. Apa pun yang sudah gue lakukan kemarin-kemarin, toh nggak kosong-kosong amat, ada hasilnya. Buktinya gue sudah tenang dalam mengeluarkan pendapat, tidak seagresif dulu, mental gue juga sudah terbentuk. Di situ gue mikir, yeah hasil dari berlatih kemarin-kemarin melahirkan mental tangguh, tinggal sekarang gue fokus kepada teknik-tekniknya. Yeah, mudah memang, tapi suatu saat nanti sangat memuaskan.
0 Komentar