Hari Ke Seratus Satu Ngampus

Foto dulur 6  pas LK 1
"Elo punya janji kan sama gue, mana euy." Kata si dia yang membuat gue berhenti membaca buku.

"Janji yang mana?" Tanya gue balik, sambil mengingat.

"Ya elah, itu yang katanya semester dua nanti bakal gue kasih yah." 

"Hm... astagfirullah. Thanks udah ngingetin gue lupa-lupa ingat banyak dead line dan projeck akhir-akhir ini." 

Dia tidak merespon, hanya diam lalu bercermin menampilkan senyum indahnya. Gue memperhatikan sambil tersenyum juga, yeah tentunya itu moment spesial yang tidak seharusnya gue ingkari atau lupakan. 

Gue membuka daftar list, masih banyak beberapa point yang belum gue kerjakan. Yeah, termasuk yang dia sampaikan. Okay, satu minggu ke depan gue akan kerjakan setelah target yang lain selesai. 

Hari ke seratus ngampus, mata kuliah pertama untuk sementara tidak ada, dosennya ada projeck di luar pulau. Mata kuliah kedua dilaksanakan secara offline, apakah hari ini gue telat lagi? Yeah. Apakah gue alpha lagi? Yeah. 

Teman gue yang duduk di samping sedikit mengeluh, katanya masa bisa-bisanya di alpakan padahal telat dikit doang. Gue hanya tersenyum mendengarnya. Menurut gue, dia lebih beruntung dari gue, harusnya bersyukurlah. Sedangkan gue yang sering di alpakan santai aja. Ya, karena kita tinggal memilih, antara bersyukur atau marah. Gue memilih bersyukur, meskipun di absen Alpha. Kenapa? Gue mikirnya lumayan dapat ilmu, urusan absensi bisa diurus nanti. 

Pembelajaran hanya dimulai sebentar saja, membahas tugas yang harus dikerjakan. Dan sedikit mengulas soal bedanya antara pedagang dengan pengusaha. Pedagang adalah orang yang berjualan barang. Sedangkan pengusaha adalah orang yang inovatif, kreatif, dan memiliki perbedaan dari yang lain dari segi barangnya, istilahnya di sebut faktor x. 

Ketika dosen menjelaskan perbedaan antara pedagang dengan pengusaha, otak gue traveling. Mencoba mendefinisikan keduanya lebih luas lagi. Ibaratnya begini, gue sekarang masuk ke level pedagang atau pengusaha sih? Syarat level pedagang adalah, ya biasa aja kayak kebanyakan orang-orang. Sedangkan syarat level pengusaha adalah mempunyai daya inovatif, kreatif dan berbeda dengan yang lain. 

Pertanyaan besarnya adalah, apa yang membedakan gue dengan yang lain kalau pola pikirnya masih kayak orang kebanyakan? Kalimat-kalimat soal pengusaha dan pedagang semakin merangsek masuk lebih dalam lagi, sehingga membuat gue hanya bisa tersenyum, yeah gue harus menata diri untuk belajar banyak hal lagi, bukan santai-santai haha-hihi lantas menggadaikan kebahagiaan diri demi menyenangkan semua orang. No!!

Mata kuliah ketiga tidak ada, karena diganti dengan tugas penyuluhan kepada masyarakat yang nanti akan dilaksanakan besok di Sekolah SMK PGRI Kota Serang. Karena nggak ada hal yang ingin gue lakukan lagi di kampus, ya udah gue langsung OTW pulang biar belajarnya dilanjut di Rumah aja. 

Diperjalanan pulang, gue kepikiran soal biaya kuliah. Yeah, bisa dihitung idealnya perhari gue harus keluar uang 50 k. Rinciannya, 30 k buat ongkos bolak-balik. 10 k buat makan siang, dan 10 k lagi buat jaga-jaga. Buset. 

Sebenarnya dengan uang segitu, gue bisa nge-kost. Cuman karena mempertimbangkan hal-hal lain, ya udah pulang-pergi nggak buruk kok. Justru seru! Setiap hari ditantang untuk gesit biar sat-set. Lengah dikit, ya kena sikat. Gue juga kepikiran, Alhamdulillahnya ada aja jalan buat kuliah, padahal dengan perhari 50 k itu fantastis bat dah, kayak orang kaya aja wkwk. Terlepas dari itu, gue bersyukur bisa kuliah meskipun banyak keluh-kesahnya. Biarlah, karena kepuasan diri akan terasa nikmat bila disandingkan dengan letih dan capeknya berproses untuk meraih mimpi-mimpi yang dicita-citakan.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement